Kemiskinan di Ukraina Membuat Bisnis Sewa Rahim Dilegalkan, Isu Eksplotasi Perempuan Dikesampingkan

JAKARTA - Ukraina sebelumnya bukan negara yang populer di Indonesia. Namun sejak 24 Februari 2022 ketika Rusia melakukan invasi, nama Ukraina langsung menjadi pusat perhatian seluruh dunia. Setelah sebulan lebih dibombardir alih-alih masa mendekati damai, Ukraina semakin di ambang kehancuran.

Rusia dan Ukraina tidak bisa dibandingkan, karena perbedaannya seperti langit dan bumi. Rusia tidak hanya unggul dalam hal militer, namun juga perekonomian. Sementara Ukraina merupakan negara termiskin di Eropa.

Kehancuran kota-kota di Ukraina akibat serangan Rusia. (Wikimedia Commons)

Jika yang dipakai sebagai acuan adalah PDB per kapita, maka Ukraina memang berada di urutan pertama sebagai negara Eropa termiskin. Menurut Country Economy, PDB per kapita Ukraina adalah 3.724 dolar AS, sementara PDB per kapita Rusia 10.115 dolar AS pada tahun 2020.

Ukraina telah merugi sekitar 280 milyar dolar AS dalam produk domestik bruto yang hilang antara 2014 dan 2020. Saat itu terjadi konflik dengan Rusia, dan diperkirakan kerugian Ukraina akan meningkat tahun ini.

Biaya Hidup Murah

Ukraina memang menyandang gelar negara paling miskin, tapi bukan berarti masyarakatnya hidup dalam kondisi kemiskinan yang akut. Karena dibandingkan negara Eropa lainnya, biaya hidup di Ukraina relatif murah.

Semua kebutuhan dasar di Ukraina dapat dipenuhi dengan gaji minimum seperti listrik, air, tempat tinggal, hiburan, hingga internet. Sedangkan menurut laman Livingcost, untuk bisa tinggal di kota-kota besar Ukraina hanya diperlukan biaya sebesar 541 dolar AS atau setara dengan Rp7,75 juta per bulan.

Warga Ukraina berduyun-duyun mengungsi ke negara-negara tetangga akibat perang melawan Rusia. (Wikimedia Commons)

Ukraina adalah negara Eropa dengan daratan luas dan subur, setiap warga negaranya menerima sebidang tanah secara gratis dari pemerintah dengan hanya membayar pajak. Ukraina terkenal sebagai salah satu penghasil gandum terbesar dunia. Selain itu Ukraina merupakan eksportir besar biji bunga matahari, kentang, kismis, labu, dan madu.

Bisnis Sewa Rahim

Namun karena desakan ekonomi, masyarakat Ukraina banyak bergantung kepada bisnis sewa atau meminjamkan rahim untuk membesarkan janin milik orang lain hingga Ukraina sejak beberapa dekade dikenal sebagai pusat pabrik bayi istilah lain untuk bisnis sewa rahim.

Sejak bisnis sewa ahim disahkan pada tahun 2002, Ukraina menjadi tujuan populer bagi pasangan yang mencari layanan “hamil untuk orang lain”. Istilahnya, surogasi. “Anda berusia 18 hingga 35 tahun? Memiliki fisik dan psikologi yang sehat dan taat hukum?” Demikian iklan yang banyak tertempel di bus dan berbagai kota di Ukraina oleh para perusahaan penyewaan rahim surogasi.

Bisnis ini bahkan didukung sejumlah perusahaan resmi yang menjadi perantara, maupun tindakan medis untuk layanan sewa rahim.

Advetorial bisnis sewa rahim di Ukraina. (BioTexCom)

Ribuan wanita Ukraina menyewakan rahimnya untuk membesarkan janin milik pasangan lain setiap tahunnya. Apalagi semenjak tahun 2015 ketika Thailand, India, dan Nepal melarang bisnis ini dengan alasan eksploitasi perempuan. Para penyewa berasal dari negara-negara maju di Eropa Barat yang ingin memiliki anak kandung, namun tanpa direpotkan dengan masa kehamilan.

BioTexCom merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa perantara sewa rahim terkenal di Ukraina. Dengan paket paling murah senilai 11 ribu dolar AS atau senilai Rp158 juta untuk satu kali kehamilan. Itu masih ditambah 250 dolar AS atau sekitar Rp3,6 juta untuk gaji bulanan perempuan yang rahimnya disewa.

Total yang diterima para ibu pengganti ini kalau dijumlahkan lebih dari tiga kali rata-rata upah per tahun di Ukraina, yaitu sekitar 3000 dolar AS atau Rp43 juta .

Kedok Adopsi Ilegal

Sewa rahim di Ukraina menjadi sangat populer bagi pasangan asing yang mencari layanan surogasi dengan harga terjangkau. Biaya paket rata-rata 30 ribu dolar AS, sangat murah dibandingkan dengan layanan surogasi di Amerika Serikat yang mencapai 120 ribu dolar AS.

Seorang pengacara dari Kyiv yang khusus menangani bidang media dan reproduksi, Sergii Antonov menyebutkan, antara 2000 hingga 2500 bayi lahir lewat sewa rahim di Ukraina. Setengahnya melalui BioTeXCom, dan sepertiga pelanggannya berasal dari China.

Menurut Antonov, kondisi para wanita yang menjadi penyewa rahim ini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Umumnya mereka berasal dari desa kecil dalam situasi tanpa pilihan dan harapan.

Iklan bisnis surogasi yang dikeluarkan BioTexCom di Ukraina. (BioTexCom)

Para wanita hamil pengganti ini kadang tidak menerima bayaran sesuai yang dijanjikan. Kadang malah ditempatkan dalam ruangan yang tidak memadai, ketika memasuki tahap akhir kehamilan.

Bahkan dalam berapa kasus ditemukan para orang tua penitip janin tidak memiliki hubungan genetik dengan bayi yang dilahirkan ibu pengganti.

Bisnis sewa rahim ini mulai dicurigai banyak otoritas, bahwa beberapa klinik menggunakan surogasi sebagai kedok adopsi komersial ilegal.

Komisi untuk hak asasi anak-anak Ukraina, Mykola Kuleba menyebutkan Ukraina menjadi sebuah toko bayi online international. Dia mengutuk eksploitasi wanita Ukraina dan melarang industri ini. Namun sejauh ini Pemerintah Ukraina diam saja, dan bisnis sewa rahim tetap berjalan seperti biasa.