Dua Pemuda Ditangkap Pihak Berwenang di Los Angeles dalam Kasus Penipuan NFT Pertama di AS

JAKARTA - Dua pria ditangkap dan didakwa melakukan penipuan terhadap pembeli non-fungible token (NFT) senilai 1,1 juta dolar AS (Rp15,7 miliar), pada Kamis, 24 Maret. Menurut pihak berwenang di AS, mereka menjadi penipu pertama di negara itu yang ditangkap dalam kasus pidana federal yang melibatkan aset digital, yang popularitasnya meledak tahun lalu.

Dalam pernyataan kepada media, Pengacara Negara atau Jaksa, Damian Williams, di Manhattan mengatakan bahwa Ethan Vinh Nguyen (20), dan Andre Marcus Quiddaoen Llacuna (20), telah ditangkap di Los Angeles, California pada Kamis, 24 Maret.

Mereka menghadapi tuduhan penipuan kawat dan konspirasi untuk melakukan pencucian uang berhubungan dengan skema jutaan dolar untuk menipu pembeli NFT "Frosties" yang mereka iklankan.  Frosties ini adalah NFT yang menggambarkan karakter seperti manusia salju.

Pembeli Frosties diiming-imingi bahwa mereka akan memenuhi syarat untuk mendapatkan hadiah khusus, seperti giveaway (hadiah) dan akses awal ke gim metaverse.

Akan tetapi pada 9 Januari tahun ini, Nguyen dan Llacuna tiba-tiba meninggalkan proyek itu begitu saja. Menurut Jaksa Williams, keduanya bahkan mentransfer uang sebesar 1,1 juta dolar AS hasil cryptocurrency dari skema ke berbagai dompet mata uang kripto di bawah kendali mereka. Skema seperti itu dikenal sebagai "Rug pull (tarikan karpet)."

Pengacara Nguyen belum memberikan komentar atas tuduhan ini. Begitu pula pengacara dari Llacuna juga bungkam menghadapi kasus ini.

Pasar NFT mencapai sekitar 25 miliar dolar AS (Rp358 triliun) pada tahun 2021. NFT itu terdiri dari aset digital unik yang dapat mewakili gambar yang dapat dikoleksi, karakter gim, atau sebidang tanah di dunia virtual.

"Di mana ada uang yang akan dihasilkan, penipu akan mencari cara untuk mencurinya," kata Williams dalam sebuah pernyataan.

Jaksa mengatakan Nguyen dan Llacuna telah meluncurkan proyek "Frosties" menggunakan nama samaran. Mereka juga telah merencanakan penjualan NFT kedua yang disebut "Embers" sebelum akhirnya ditangkap.

"Pasar yang sedang tren dan permintaan untuk investasi NFT tidak hanya menarik perhatian seniman sejati, tetapi juga seniman penipu," kata Agen Khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri, Ricky Patel dalam sebuah pernyataan yang dikutip NYPost.

“Para pencuri yang ditangkap diduga bersembunyi di balik identitas online, di mana mereka menjanjikan hadiah, hadiah, dan peluang eksklusif kepada investor sebelum menerapkan skema 'tarik karpet' mereka dan  meninggalkan investor dengan kantong kosong dan tidak ada investasi yang sah," tambah Patel.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat, baru-baru ini mengisyaratkan peningkatan fokus pada kejahatan yang terkait dengan aset digital dengan membentuk tim penegakan mata uang kripto nasional.