Perdagangan RI Berbalik Defisit dengan Rusia, Imbas Perang Berdampak Ekonomi Meski Tak Signifikan
JAKARTA – - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia di awal tahun ini mencatatkan hasil yang kurang menggembirakan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BPS Margo Yuwono ketika menggelar konferensi pers virtual di Jakarta.
Menurut Margo, Indonesia membukukan defisit 15 juta dolar AS untuk perdagangan dengan Rusia pada periode Januari-Februari 2022. Jumlah itu berasal dari nilai impor yang lebih tinggi dengan 35,6 juta dolar AS berbanding impor sebesar 28,7 juta dolar AS.
“Kita tahu sudah lebih dari dua minggu ini terjadi peperangan (antara Rusia dan Ukraina),” ujarnya pada Selasa, 15 Maret.
Meski memiliki dampak terhadap ekonomi Indonesia, Margo memastikan defisit neraca perdagangan dengan negara beruang merah itu tidak terlalu signifikan. Pasalnya, share ekspor dan impor dengan Rusia terhadap keseluruhan tergolong kecil, yakni masing-masing hanya 0,84 persen dan 1 persen di Januari-Februari 2022.
Baca juga:
- Deretan Bohir Besar Sawit RI dan Paling Licin di Urusan Minyak Goreng, Ada Konglomerat Anthony Salim, Martua Sitorus, hingga Sukanto Tanoto
- Bidik Kemiskinan Turun, Menko Airlangga Serahkan Bantuan Tunai Pemerintah ke Nelayan Labuan Bajo
- PLN Dikabarkan Dapat Rp8,7 Triliun untuk Bangun PLTA Pumped Storage Pertama di Asia Tenggara
Secara terperinci, komoditas ekspor andalan RI adalah lemak dan minyak nabati/hewani, mesin/peralatan listrik, serta peralatan mekanik. Sementara impor yang didatangkan dari Rusia mayoritas berbentuk besi dan baja, pupuk, serta bahan bakar mineral.
“Perdagangan kita dengan Rusia ini kecil,” katanya.
Untuk diketahui, pada sepanjang 2021 Indonesia berhasil mencetak surplus neraca perdagangan dengan Rusia sebesar 239,8 juta dolar AS. Nilai tersebut disokong oleh ekspor sebesar 1,49 miliar dolar AS dengan catatan impor 1,25 miliar dolar AS.