SoftBank 'Pamit' dari IKN, Ekonom Sebut Beberapa Penyebab: Kegaduhan Perpanjangan Masa Jabatan Presiden Hingga Risiko Inflasi

JAKARTA - Perusahaan modal ventura asal Jepang, SoftBank resmi mundur dari proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Padahal, awalnya SoftBank berencana menanam investasi hingga 100 miliar dolar AS di proyek tersebut.

Lalu, apa yang membuat Softbank mundur?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai berbagai dinamika politik di Tanah Air, seperti perpanjangan jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi tiga periode, hingga kondisi ekonomi seperti kenaikan inflasi mempengaruhi Softbank Group mundur dari proyek IKN.

"Ada indikasi kuat risiko politik pembangunan IKN cukup tinggi. Terlebih kegaduhan belakangan soal perpanjangan masa jabatan presiden membuat investor memilih wait and see. Investasi di IKN bukan jangka pendek, tapi butuh kepastian jangka panjang," tuturnya saat dihubungi VOI, Minggu, 13 Maret.

Bhima juga mengaku khawatir risiko politik terkait pemilu akan membuat proyek IKN terkendala, bahkan bisa berhenti total. Menurut dia, perang di Ukraina juga menambah deretan ketidakpastian global.

"Investor juga membaca risiko inflasi yang tinggi di negara maju akan membuat biaya pembangunan IKN naik signifikan. Biaya besi baja, barang material konstruksi pun akan mengalami kenaikan imbas dari terganggunya rantai pasok global," ucapnya.

Kata Bhima, hal tersebut juga pernah terjadi saat pembangunan ibu kota negara di Putrajaya-Malaysia saat krisis moneter 1998, membuat biaya pembangunan naik signifikan.

"Naiknya suku bunga diberbagai negara turut meningkatkan biaya dana (cost of fund) khususnya bagi investor yang memiliki rasio utang tinggi," jelasnya.

Lebih lanjut, Bhima menilai mundurnya perusahaan asal Jepang tersebut memberi sinyal kepada investor di baliknya bahwa Softbank akan lebih fokus pada pendanaan startup digital.

"Strategi perusahaan akan lebih fokus pada pendanaan startup digital, bukan proyek pemerintahan," tuturnya.

Sekadar informasi, SoftBank mengonfirmasi bahwa perusahaannya tidak akan berinvestasi di proyek IKN, Kalimantan Timur. Adapun keputusan tersebut disampaikan pada Jumat, 11 Maret 2022.

Pada Januari 2020, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhur Binsar Pandjaitan mengklaim bahwa Softbank berminat untuk menyuntikkan dana segar untuk pembangunan IKN mencapai 100 miliar dolar AS.

Luhut mengatakan bawa investasi yang ditawarkan Jepang tersebut terlalu besar. Sebab, pemerintah menilai bahwa investasi senilai 25 miliar dolar AS sudah cukup karena rancangan pemindahan ibu kota negara sudah berjalan.