Buntut Sanksi Invasi Rusia ke Ukraina, Nike hingga IKEA Pilih Tutup Gerai
JAKARTA - Produsen sepatu Nike hingga perusahaan perabot rumah tangga IKEA menutup toko di Rusia pada Hari Kamis, karena pembatasan perdagangan dan kendala pasokan, menambah tekanan politik bagi perusahaan untuk menghentikan bisnis di Rusia karena invasi ke Ukraina.
Sementara, Bank Prancis Societe Generale mengatakan sedang berupaya untuk mengurangi risikonya di Rusia, takut akan tanggapan timbal balik oleh Moskow terhadap sanksi Barat, seiring dengan semakin banyak perusahaan yang menghentikan bisnisnya di sana, mulai dari produsen vodka Diageo hingga Toyota.
Adapun perusahaan-perusahaan yang dikenal secara global termasuk Apple, Ford dan Shell telah mengutuk serangan Rusia, tetapi beberapa pengumuman pada Hari Kamis lebih praktis, berfokus pada pasokan dan sanksi, karena rute pengiriman ditutup dan pemerintah melarang ekspor ke Rusia.
Adapun Chief Executive Boeing David Calhoun, dalam sebuah catatan kepada staf, mengakui kekerasan di Ukraina tetapi menghindari politik.
"Ke depan, Boeing akan terus mengikuti jejak pemerintah AS dan secara ketat mematuhi kontrol ekspor dan pembatasan yang telah diumumkan yang mengatur pekerjaan di Rusia," katanya dalam catatan yang dilihat oleh Reuters, yang menggambarkan penangguhan pekerjaan di Rusia. dan Ukraina, melansir Reuters 4 Maret
Sementara, pembuat pesawat asal Brasil Embraer, bergabung dengan Airbus dan Boeing dalam menghentikan pasokan suku cadang ke maskapai Rusia.
Adapun peritel perabot rumah tangga IKEA mengatakan akan menutup gerai di Rusia dan sekutu Rusia Belarusia, berdampak terhadap 15.000 pekerja, dan menjelaskan penutupannya dalam istilah non-politik.
"Perang memiliki dampak kemanusiaan yang besar dan mengakibatkan gangguan serius pada rantai pasokan dan kondisi perdagangan, itulah sebabnya kelompok perusahaan memutuskan untuk menghentikan sementara operasi IKEA di Rusia," sebut IKEA dalam sebuah pernyataan.
Nike Inc., mengatakan sangat terganggu oleh krisis yang menghancurkan di Ukraina" dan menggambarkan penutupan tokonya sebagai berikut: "Mengingat situasi yang berkembang pesat, dan meningkatnya tantangan dalam menjalankan bisnis kami, Nike akan menghentikan operasi di Rusia."
Berbeda dengan perusahaan-perusahaan sebelumnya, sejumlah perusahaan, termasuk McDonald's Corp dan PepsiCo bungkam tentang rencana tersebut.
Menggarisbawahi tantangan yang dihadapi perusahaan global saat mereka mematuhi sanksi terhadap Rusia, Societe Generale mengatakan pada Hari Kamis pihaknya dapat melihat "skenario ekstrem" di mana Rusia melucuti bank dari operasi lokalnya. Pemberi pinjaman memiliki eksposur $ 20 miliar ke Rusia.
Adapun Citigroup Inc mengatakan pada Hari Rabu, pihaknya dapat menghadapi kerugian miliaran dolar karena eksposurnya ke Rusia, dan ingin keluar dari aset Rusia. Saham bank telah mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir di tengah kekhawatiran kemungkinan penurunan nilai dan ekonomi yang lebih lemah.
Sanksi Barat, termasuk menutup beberapa bank Rusia dari jaringan keuangan global SWIFT, kontrol ekspor baru, dan penutupan ruang udara, telah menyebabkan puluhan perusahaan global menghentikan sementara operasi di negara itu, memukul rubel dan memaksa bank sentral untuk mendongkrak suku bunga.
Baca juga:
- Pemimpin Quad Sepakat Peristiwa Invasi Rusia ke Ukraina Jangan Sampai Terjadi di Indo-Pasifik
- Mantan Juara Dunia Catur Kasparov Sebut Kejahatan Perang Putin di Luar Imajinasi, Kembalikan Rusia ke Zaman Batu
- Puji Operasi Khusus di Ukraina Berjalan Sesuai Rencana, Presiden Putin: Tentara Kami Berjuang dengan Gigih
- AS Kembali Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia, Sasar Juru Bicara Kremlin hingga Konglomerat Alisher Usmanov
Peritel mode Spanyol Mango mengatakan pada Hari Kamis, mereka menutup sementara toko dan situs penjualan online di Rusia, dan perusahaan Spirits Diageo pembuat Smirnoff vodka dan Guinness, mengatakan telah menghentikan ekspor ke Ukraina dan Rusia.
Intel dan Cisco mengatakan mereka telah menghentikan penjualan di Rusia. Accenture mengatakan akan menghentikan bisnisnya di Rusia, yang memiliki hampir 2.300 karyawan.
Untuk diketahui, ratusan tentara Rusia dan warga sipil Ukraina telah tewas dan lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Ukraina dalam seminggu sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan serangan itu.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.