Akun Twitter Beberapa OSINT yang Laporkan Pergerakan Pasukan Rusia Tiba-tiba Ditangguhkan, Ada Apa Ini?
JAKARTA - Ketika pasukan Rusia dan kendaraan lapis bajanya mulai bergerak ke wilayah Ukraina, akun media sosial yang berbagi gambar dan video dari wilayah Donbas timur dan Luhansk telah menjadi sumber informasi penting.
Mereka bisa membagikan rekaman helikopter Rusia menuju Krimea atau divisi tank bergerak ke perbatasan. Pemilik akun ini yang membagikan video ini, umumnya dikenal sebagai intelijen sumber terbuka atau OSINT.
Akan tetapi ketika konflik meningkat, banyak peneliti yang membagikan materi utama ini yang diambil dari media sosial, tiba-tiba mendapati akun Twitter mereka tiba-tiba ditangguhkan.
Open Source Intelligence (OSINT) adalah praktik pengumpulan informasi dari sumber yang dipublikasikan atau tersedia untuk umum. Banyak departemen keamanan IT semakin ditugaskan untuk melakukan operasi OSINT di organisasi mereka sendiri untuk menopang keamanan operasional. Kerangka kerja OSINT berfokus pada pengumpulan informasi dari alat atau sumber daya gratis.
Pada malam 22 Februari, peneliti OSINT Kyle Glen akunnya terkunci selama 12 jam. Ini diketahui dari tweet Glen dan sebuah pos yang dibagikan oleh organisasi OSINT lainnya. Analis keamanan Oliver Alexander juga mengklaim akunnya juga dikunci dua kali dalam 24 jam.
Di luar Anglosphere, akun OSINT berbahasa Prancis, Neurone Intelligence, akun berbahasa Spanyol, Mundo en Conflicto, dan akun OSINT Brasil, Notícias e Guerras, juga terpengaruh.
Sebuah utas Twitter yang disusun oleh Nick Waters, seorang analis di organisasi perintis OSINT Bellingcat, mencantumkan lebih banyak penangguhan akun. Dalam sebuah tweet, Alexander membagikan tangkapan layar dengan pesan yang menyatakan bahwa akun telah dikunci karena melanggar aturan Twitter, meskipun pelanggaran aturan yang tepat tidak ditentukan.
Periset mengemukakan kekhawatiran bahwa penangguhan akun bisa menjadi bagian dari kampanye pelaporan massal yang dimaksudkan untuk menonaktifkan akun OSINT selama invasi Rusia.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Twitter, Elizabeth Busby, mengatakan bahwa tindakan telah diambil terhadap akun-akun ini karena kesalahan dan bukan bagian dari kampanye terkoordinasi.
“Kami secara proaktif memantau narasi yang muncul yang melanggar kebijakan kami, dan, dalam hal ini, kami mengambil tindakan penegakan hukum pada sejumlah akun karena kesalahan,” kata Busby. “Kami segera meninjau tindakan ini dan telah secara proaktif memulihkan akses ke sejumlah akun yang terpengaruh. Klaim bahwa kesalahan itu adalah kampanye bot terkoordinasi atau hasil pelaporan massal tidak akurat.”
Ketika ditanya kebijakan konten apa yang diyakini telah dilanggar oleh akun yang ditangguhkan, Busby mengarahkan The Verge pada kebijakan media sintetis dan manipulasi Twitter. Ini yang berkaitan dengan pembagian informasi yang salah di platform.
Berdasarkan ketentuan kebijakan, akun tidak boleh membagikan informasi yang telah “diubah, dimanipulasi, atau dibuat-buat secara signifikan dan menipu”, “dibagikan dengan cara yang menipu atau dengan konteks yang salah”, atau “kemungkinan besar mengakibatkan kebingungan yang meluas pada masalah publik, berdampak pada keselamatan publik, atau menyebabkan kerusakan serius.”
Namun tidak jelas bagaimana tepatnya akun yang ditangguhkan dianggap telah melanggar kebijakan tersebut.
Aric Toler, direktur penelitian dan pelatihan di Bellingcat, mengatakan kepada The Verge bahwa penangguhan itu mengejutkan mengingat jumlah akun berbahasa Inggris yang terpengaruh.
Baca juga:
“Biasanya ketika ini terjadi, itu terjadi pada akun yang relatif lebih kecil dan akun dalam bahasa asing, karena mod Twitter tidak memiliki kemampuan bahasa sebanyak di sana,” kata Toler. “Tapi di sini Anda juga mendapatkan banyak orang yang men-tweet dalam bahasa Inggris, beberapa akun yang cukup besar dengan puluhan ribu pengikut juga turun. Ini agak aneh.”
Toler juga menyoroti fakta bahwa banyak akun yang ditangguhkan adalah akun agregator, yang me-retweet akun lain yang memposting konten asli, daripada langsung membagikan gambar dan video. Menurut Toler, ini menunjukkan kemungkinan bahwa akun agregator telah ditangguhkan karena intervensi manusia daripada moderasi konten algoritmik.
Pendukung Ukraina khawatir bahwa penghapusan akun Twitter yang berbagi OSINT dari wilayah tersebut dapat menguntungkan tujuan militer Rusia di wilayah sengketa itu. Rusia sebelumnya telah melakukan kampanye disinformasi media sosial di Ukraina dan dituduh mempersenjatai media sosial untuk mempromosikan narasi palsu selama pencaplokan Krimea pada tahun 2014.
Rusia juga telah memperluas serangan digitalnya dengan meningkatkan serangan siber yang sedang berlangsung di Ukraina, menargetkan bank-bank Ukraina dan situs web pemerintah dengan serangan DDoS yang sedang berlangsung.
Namun, Toler mengatakan Twitter telah responsif dalam memulihkan akun yang ditangguhkan, dan penghapusan agregator OSINT tidak mungkin berdampak jangka panjang pada rilis media dari wilayah tersebut.
“Jika ada yang hilang di Twitter, itu akan ada di tempat lain, di Telegram, Facebook, banyak platform lainnya,” kata Toler. “Agregator menyebarkannya ke semua orang seperti kami [wartawan] yang mengikutinya. Jadi dampak terbesarnya adalah pada informasi tingkat kedua, tetapi bukan pada sumber aslinya.”