Rusia Tanggapi Permintaan Astronot Eropa untuk Miliki Kendaraan Luar Angkasa Sendiri, Tapi...

JAKARTA - Permintaan astronot pada Uni Eropa beberapa waktu lalu untuk memiliki kendaraan luar angkasa sendiri atau independen ternyata mendapat respon positif dari Roscosmos, yakni badan antariksa milik Rusia.

Pemimpin program luar angkasa Rusia, Dmitry Rogozin, memutuskan untuk menawarkan solusi. Melalui Twitter-nya, Rogozin menyarankan agar Eropa menggunakan roket dan pesawat ruang angkasa Soyuz untuk membawa astronotnya ke luar angkasa.

Kendaraan itu bisa diluncurkan dari pelabuhan antariksa Eropa di Kourou, Guyana Prancis, seperti halnya varian lain dari roket Soyuz untuk misi kargo.

"Saya kira pada saat ini penting bagi Rusia dan Eropa untuk menemukan area dan arah baru untuk kerja sama. Salah satu proyek ini dapat meningkatkan kompleks peluncuran Soyuz di Guyana Prancis untuk mengesahkannya untuk penerbangan berawak. Jika para astronot Eropa ingin memiliki kemampuan mereka sendiri untuk mencapai ISS, maka menggunakan kapal Soyuz MS yang didebug secara menyeluruh dan andal di atas peluncur Soyuz-2 yang tidak kalah andal dari Kosmodrom Prancis di Kourou sebagai situs peluncuran Eropa," ungkap Rogozin.

"Setelah dilatih oleh para ahli kami, menurut pendapat saya, adalah ide yang luar biasa. Ini akan menghemat miliaran euro pembayar pajak Eropa dan menawarkan program luar angkasa Eropa kemampuan untuk bergabung dengan klub Space Powers, yang memiliki semua kompetensi yang diperlukan untuk penerbangan berawak," imbuhnya.

Namun, menurut ArsTechnica yang dikutip VOI, Selasa, 22 Februari, pernyataan Rogozin tampak tidak masuk akal. Pertama, solusi ini bukan menjadikan kendaraan mereka independen yang sejatinya dicari oleh para astronot Eropa.

Mereka akan membutuhkan Rusia untuk memproduksi dan mengirimkan kendaraan lengkap ke Eropa. Kedua, Rogozin membuat saran ini pada saat Rusia berada di ambang invasi ke Ukraina. Geopolitik masalah ini rumit, tetapi langkah Rusia ini merupakan ancaman terbesar bagi stabilitas Eropa sejak Perang Dunia II.

Menanggapi hal ini, Badan Antariksa Eropa (ESA) menjawab dengan merujuk pada pertemuan antara kepala badan antariksa musim panas lalu.

“Menyusul pertemuan antara Dirjen ESA dan Dirjen Roscosmos pada 28 Juli 2021, kedua Kepala Badan sepakat untuk membentuk gugus tugas bersama untuk melihat kemungkinan jalan kerja sama di masa depan terkait Soyuz di CSG (Guiana Space Center)," ujar ESA.

"Gugus tugas gabungan telah dibentuk dan para ahli sedang mengerjakan kemungkinan skenario kerja sama yang melibatkan Soyuz di CSG. Setelah mereka menyelesaikan laporan, mereka akan mempresentasikannya kepada dua Kepala Badan," tambahnya.

Dengan adanya pernyataan ini, tampaknya akan ada peluncuran manusia dengan Soyuz dari Guyana Prancis di masa mendatang.

Sebelumnya diwartakan, Eropa ingin memiliki roket besutan benua mereka sendiri untuk mencapai ISS. Para pemimpin Eropa harus segera memutuskan apakah benua itu akan berupaya untuk tetap berada di peringkat terdepan negara-negara penjelajah antariksa, atau tetap mengandalkan negara asing.

Karena jika tidak, Eropa akan terus tunduk pada keinginan NASA, Rusia, dan perusahaan swasta seperti SpaceX. Apalagi, dengan mengendarai kendaraan SpaceX, mereka hanya akan memperkaya pesaing industri antariksa Eropa.