Waspadai Lonjakan Omicron, Layanan Telemedisin Diperluas Hingga Luar Jawa-Bali
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan perluasan telemedisin yang sedang dijalankan merupakan salah satu cara membantu daerah di luar Pulau Jawa-Bali untuk mewaspadai terjadinya lonjakan kasus akibat Omicron.
“Kita perkuat layanan untuk rumah sakit, kesediaan dan kesiapan rumah sakit itu juga kita juga perkuat untuk teman-teman yang positif, yang melakukan isolasi mandiri atau isolasi terpusat,” Sekretaris Jenderal Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha di Jakarta, dilansir Antara, Senin, 21 Februari.
Menanggapi kesiapan fasilitas kesehatan hadapi lonjakan kasus Omicron, Kunta menegaskan memang benar bila pada awalnya layanan telemedisin disediakan secara terbatas dan berfokus pada wilayah Jabodetabek saja. Namun, pemerintah merasa bila Indonesia perlu menjadi lebih waspada memerangi Omicron sekaligus mencegah terjadinya ketimpangan pemberian layanan kesehatan.
Oleh sebab itu, jangkauan telemedisin mulai diperluas ke sejumlah daerah di luar pulau Jawa-Bali seperti Medan, Palembang, Balikpapan, Banjarmasin, Manado dan Makassar.
Sedangkan di dalam Pulau Jawa-Bali sendiri, telemedisin akan dihadirkan tak hanya di area Jabodetabek saja. Tapi juga di Karawang, Bandung, Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Denpasar dan Nusa Dua.
Menurut Kunta, perluasan jangkauan layanan telemedisin merupakan bentuk antisipasi dari pengalaman saat menghadapi gelombang Delta.
Nantinya, masyarakat yang mengakses telemedisin dapat langsung berkonsultasi dengan tenaga kesehatan baik dalam aspek adanya penyakit lain yang diderita, gejala yang diderita hingga konsumsi obat dan berakhirnya masa isolasi.
“Nanti gejala ringan ada obatnya, langsung dikirim ke rumah. Inilah layanan yang bisa diakses secara gratis untuk yang berusia 18 tahun ke atas,” ujar dia.
Baca juga:
Sementara itu kesiapan pemerintah tak hanya berfokus pada penguatan telemedisin saja. Pemerintah juga terus mendorong rumah sakit untuk melakukan pengalihan fasilitas untuk pasien COVID-19 yang semula digunakan untuk pasien biasa.
Pemerintah, kata Kunta, ikut membantu menyediakan cadangan oksigen di rumah sakit dan menggencarkan edukasi mengenai isolasi seperti perbedaan isolasi mandiri dan isolasi terpusat sehingga semua pasien terutama kelompok rentan dapat tertangani dengan baik.
“Sehingga yang masuk rumah sakit itu benar-benar pasien COVID-19 yang membutuhkan. Biasanya mereka adalah pasti penderita komorbid, berusia tua di atas 60 tahun dan yang belum divaksin ini biasanya fatality rate nya cukup tinggi,” tegas Kunta.