Siaran Wawancara untuk Buku Rage Ungkap Rahasia di Balik Sikap Antipati Trump terhadap COVID-19
JAKARTA - Buku berjudul Rage akan segera rilis 15 September mendatang. Ditulis oleh jurnalis, Bob Woodward, buku itu akan bercerita tentang sisi-sisi kehidupan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam buku itu Trump mengungkap rahasia kecil tentang kenapa ia terasa begitu antipati terhadap COVID-19.
Woodward mewawancarai Trump untuk buku tersebut. Kepada Woodward, Trump mengaku sengaja mengecilkan bahaya krisis kesehatan akibat COVID-19 meski sejatinya ia memiliki banyak bukti tentang bahaya COVID-19. Kata Trump, hal itu ia lakukan untuk meredam dampak kepanikan akibat pandemi.
"Saya ingin selalu mengecilkannya," kata Trump, dalam wawancara bersama Woodward, 19 Maret. Wawancara itu berlangsung beberapa hari setelah AS menetapkan keadaan darurat nasional. “Saya masih suka mengecilkannya, karena saya tidak ingin membuat panik.”
Wawancara antara Trump dan Woodward disiarkan oleh CNN, Rabu, 9 September. Dalam wawancara itu Trump mengaku tahu bahaya virus corona sejak awal Februari. "Virus itu bertebaran di udara," kata Trump dalam wawancara dengan Woodward di tanggal lain, 7 Februari.
“Selalu lebih berbahaya daripada sentuhan. Anda tidak perlu menyentuh sesuatu (jika tidak ingin tertular). Baik? Tapi udara, Anda menghirup udara dan begitulah caranya (tertular). Dan itu sangat rumit. Itu sangat rumit. Virus itu lebih mematikan daripada flu berat," tambah Trump.
Sepekan setelah wawancara itu Trump mengatakan dalam briefing di Gedung Putih bahwa jumlah kasus COVID-19 di AS "dalam beberapa hari akan turun mendekati nol." Woodward sendiri sempat dikritik karena menyimpan komentar Trump atas bahaya virus corona untuk dirinya sendiri. Padahal, pernyataan Trump adalah salah satu kunci penting bagi AS yang telah berbulan-bulan menghadapi pandemi.
Woodward membela diri dengan mengatakan, "Dia (Trump) memberi tahu saya hal itu dan saya berpikir, 'wow, itu menarik. Tapi apakah itu benar?' Trump bukannya kerap mengatakan hal-hal yang tidak sesuai?" kata Woodward.
Buku Rage Donald Trump
Dalam proses penulisan buku tersebut, Woodward melakukan 18 kali wawancara dengan Trump. Hal lain yang diungkap adalah terkait pernyataan Trump tentang para pemimpin militer AS. Trump memang menuai kritik menyusul laporan yang menyebut bahwa dia telah merendahkan personel militer dan veteran.
Dalam buku Woodward, seorang ajudan mantan Menteri Pertahanan Jim Mattis mendengar Trump berkata "para jenderal sialan adalah sekumpulan pengecut" karena mereka lebih peduli tentang aliansi daripada kesepakatan perdagangan. Mattis meminta ajudannya untuk mendokumentasikan komentar itu dalam surat elektronik.
Rage adalah sekuel dari buku berjudul Fear: Trump in the White House yang dirilis Woodward tahun 2018. Momentum kemunculan Rage disoroti karena muncul hanya beberapa pekan sebelum Pilpres AS yang akan diselenggarakan 3 November mendatang. Buku itu juga muncul di tengah kritik terhadap upaya Trump memerangi COVID-19.
Baca juga:
- WNI Dilarang Masuk: Tertutupnya Pintu 59 Negara adalah Bukti Tertinggalnya Indonesia Tangani COVID-19
- Ujicoba AstraZeneca Picu Kemunculan Penyakit, Dampaknya Meluas dan Jadi Kabar Buruk bagi Progres Vaksin Dunia
- Ramalan Dunia: Bencana Ekologi Akan Paksa Satu Miliar Orang Eksodus ke Negara Maju pada 2050
Kembali ke percakapan 19 Maret antara Trump dan Woodward. Sebagaimana ditulis Reuters, dalam obrolan itu Trump memberitahu Woodward beberapa "fakta mengejutkan" yang menunjukkan tingkat risiko COVID-19. Trump kala itu mengatakan memahami bahwa COVID-19 tak hanya menyerang kalangan orang tua, namun juga kaum muda. Risiko sama di antara keduanya.
Sosok Trump sangat kontroversial soal COVID-19. Ia dikenal begitu antipati. Trump, bahkan selama ini selalu membela diri dengan menyatakan bahwa penanganannya terhadap COVID-19 yang telah menewaskan lebih dari 190 ribu orang di AS sudah sangat baik.
“Faktanya adalah saya adalah pemandu sorak untuk negara ini. Saya mencintai negara ini dan saya tidak ingin orang-orang ketakutan," kata Trump, suatu hari di Gedung Putih. “Kami melakukannya dengan baik dari standar apa pun.”