BKKBN Perkenalkan Kontrasepsi Implan Tanpa Bedah, Akseptor KB Tak Perlu Ragu
JAKARTA - Para akseptor KB kini tidak perlu ragu lagi memakai metode kontrasepsi implan khususnya bagi para ibu pasca persalinan. BKKBN telah melakukan inovasi dengan mengadakan alat kontrasepsi implan 1 (satu) batang (Etonogestrel). Implan merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang sifatnya hornonal. Metode ini lebih disarankan sebagai salah satu MKJP pasca persalinan dan pasca keguguran karena lebih nyaman dan minimal invasif tanpa menggunakan pisau bedah.
“Yang satu batang tentu akan lebih sederhana lagi tidak menggunakan pisau hanya cukup dengan di insersikan dengan inserter yang cukup tajam tentu dianestesi dulu. Tentu ini adalah upaya-upaya untuk dalam rangka minimal invasif. Semakin hari teknologi semakin canggih, semakin minimal invasif. BKKBN tentu membersamai provider dalam hal ini bidan-bidan, dan kami tentu akan memberikan pelayanan yang terbaik. Baik kepada pelanggan eksternal kita yaitu dalam hal ini akseptor, maupun pelanggan internal kita dalam hal ini adalah teman-teman bidan di lapangan,” jelas Kepala BKKBN Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat menjadi narasumber dalam Webinar Manfaat Implan 1 Batang Pasca Persalinan sebagai Kontrasepsi Jangka Panjang, Jumat (11/02).
Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN dr. Eni Gustina, MPH mengungkapkan bahwa efektivitas metode kontrasepsi implan 1 batang ini adalah sebesar 99,5%. Selain itu kelebihan implan 1 batang yaitu lebih ekonomis dan praktis, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan organ reproduksi (vagina), tidak mengganggu produksi dan kualitas asi, mengurangi nyeri haid dan jumlah darah hair, tidak mengganggu hubungan seksual, menurunkan risiko beberapa penyakit radang panggul.
“Inovasi dalam pelayanan KB selalu terjadi selalu dilakukan dan mengadakan menemukan implan 1 batang yang membuat nyaman akseptor dan tidak kalah penting nyaman juga buat provider. Untuk pemasangan maupun pencabutan jauh sekali bedanya. Tidak perlu menggunakan pisau. Ini adalah salah satu strategi kita untuk meningkatkan akseptor utamanya pada pasca persalinan. KB paska persalinan ini sangat efektif untuk mengatur jumlah anak, jarak anak, ini adalah strategi yang sangat penting karena ini masih ada di klinik kita,” ungkap Ketua Umum PP IBU Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes dalam kesempatan yang sama.
Dokter Emi pun berharap bahwa para bidan selain memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konseling kepada para ibu hamil sebelum melahirkan mengenai nutrisi, tanda bahaya dalam kehamilan dan pemberian ASI eksklusif, tetapi juga tentang pemilihan alat kontrasepsi pasca persalinan.
Kemudian Dokter Hasto juga menyinggung untuk pemasangan implan yang tidak bisa di klaim dengan menggunakan BPJS maka kemudian bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan penggerakan dan Baksos melalui BKKBN yang dalam hal ini adalah kepada Dinas KB di Kabupaten/Kota masing-masing tempat bidan berada.
“Dan kami mengimbau tidak ada batas, semua klinik-klinik KB atau bidan praktek mandiri semuanya boleh untuk menjadikan pelayanan semuanya tentu melalui mekanisme MoU dengan Dinas KB di masing-masing wilayah. Tapi pada prinsipnya semua boleh. Bahkan untuk pelatihan-pelatihan kami juga tidak membatasi artinya batasnya cuma tergantung anggarannya. Tetapi kami juga melatih baik bidan praktik swasta maupun juga yang ada di pemerintah. Itulah spirit kami untuk melakukan pelayanan melalui provider khususnya bidan,” tutup Dokter Hasto.
Webinar dengan tema “Manfaat Implan 1 Batang Pasca Persalinan sebagai Kontrasepsi Jangka Panjang” ini diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan live streaming di Youtube Klik KB pada Jumat, 11 Februari 2022. Selain Kepala BKKBN, hadir menjadi narasumber yaitu Ketua Umum PP IBU Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes; Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN dr. Eni Gustina, MPH; dan Dokter Spesialis Obsetri dan Ginekologi dr. Nuvita Nindita, Sp.OG. Peserta webinar adalah para bidan yang berada di seluruh Indonesia.
Baca juga: