Sumber Cuan Bos Djarum Konglomerat Hartono Bersaudara Pemilik Kekayaan Rp617 Triliun, dari BCA hingga Perusahaan Menara
JAKARTA - Konglomerat Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono masih tak tergoyahkan dari posisi puncak orang terkaya di Indonesia. Duet Hartono Bersaudara yang merupakan "bos besar" Grup Djarum itu memang memiliki sejumlah lini bisnis yang menjadi sumber utama cuan mereka.
Mengutip Forbes Real Time Billionaire List, Senin 8 Februari, nama Robert B. Hartono menempati posisi teratas sebagai orang paling tajir di Indonesia dengan kekayaan 22 miliar dolar AS atau sekitar Rp314 triliun. Di peringkat kedua terdapat nama saudaranya yakni Michael B. Hartono dengan total kekayaan 21,2 miliar dolar AS sekitar Rp303 triliun.
Melihat kekayaan mereka, utamanya didukung oleh sumber-sumber cuan yang ‘disetorkan’ dari perusahaan-perusahaannya di bawah bendera Grup Djarum. Kinerja saham dan pencapaian sejumlah emiten di bawah kendali Grup Djarum terbilang mencatatkan kinerja yang moncer sepanjang 2021.
Perusahaan-perusahaan tersebut terlihat agresif melakukan aksi korporasi di tahun 2021. Penyumbang utama cuan Hartono Bersaudara tentu saja dari sektor perbankan, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
BBCA yang sebelumnya telah melaksanakan pemecahan nilai harga saham atau stock split, sepanjang 2021 lalu harga sahamnya tumbuh 8,20 persen (ytd). BBCA tercatat telah melakukan stock split sahamnya dengan rasio 1:5 atau 1 saham dipecah menjadi 5 saham baru.
Nilai nominal per saham BBCA sebelum stock split adalah Rp62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA setelah stock split menjadi sebesar Rp12,5.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, dengan harga tersebut, perseroan berharap harga saham BCA menjadi relatif terjangkau dan mendapat sambutan positif dari investor, terutama investor pemula yang saat ini aktif berinvestasi di pasar modal.
Adapun, BBCA dan entitas anak membukukan laba bersih sebesar Rp31,4 triliun sepanjang 2021. Perolehan laba tersebut tumbuh 15,8 Persen secara tahunan. Sementara itu,, total aset BCA naik 14,2 persen secara yoy mencapai Rp1.228,3 triliun.
Dari sisi penyaluran kredit, total kredit BCA naik 8,2 persen secara yoy menjadi Rp637 triliun rupiah di Desember 2021, lebih tinggi dari target pertumbuhan 6 persen. Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman.
Sementara itu di sektor ritel modern terdapat nama PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) yang menjadi pendatang baru di portofolio Grup Djarum. Hal itu terjadi setelah pada awal Oktober 2021, perusahaan e-commerce Grup Djarum yakni PT Global Digital Niaga atau lebih dikenal dengan Blibli.com menjadi pengendali anyar RANC yang merupakan induk Ranch Market. Blibli tercatat menguasai 51 persen saham RANC.
Selanjutnya portofolio Grup Djarum dari sektor menara terdapat nama PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Adapun, pada Oktober 2021 lalu, Sarana Menara Nusantara juga melakukan akuisisi kepada PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) melalui anak usahanya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Kabar terbaru, SUPR bakal dibawa oleh Grup Djarum untuk go private.
Menariknya, ketika ditilik dari kinerja saham emiten portofolio Grup Djarum tersebut, hampir seluruhnya tersebut mengalami kenaikan harga saham sepanjang tahun lalu. Per penutupan perdagangan 2021, dari sejumlah emiten tersebut, saham RANC melonjak paling tajam sebesar 299,08 persen (ytd).
Baca juga:
- Kabar Gembira dari BCA, Mereka Sudah Resmi Gunakan Layanan BI Fast di Kanal myBCA dan Versi Website
- Kabar Gembira untuk Investor: BCA Bagi Dividen Interim Rp3,08 Triliun, Konglomerat Hartono Bersaudara Dapat Jatah Rp1,64 Triliun
- Jangan Telat, Tinggal 2 Pekan Lagi! Nasabah BCA Harus Segera Ganti Kartu Debit Magnetic ke Chip
Kemudian di posisi kedua disusul oleh SUPR yang baru bergabung di Grup Djarum, dengan kenaikan harga saham sebesar 277,44 persen (ytd). Meskipun harga sahamnya melejit, emiten pemilik Ranch Market tersebut mencetak kinerja kurang gemilang sepanjang semester I 2021.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2021, RANC mencetak pendapatan sebesar Rp1,48 triliun turun 7,54 persen dari posisi semester pertama tahun lalu sebesar Rp1,6 triliun.
Beban pokok pendapatan juga turut menyusut tipis seiring penurunan pendapatan menjadi Rp1,08 triliun dari Rp1,17 triliun pada periode yang sama.
Sementara itu, beban penjualan malah meningkat menjadi Rp224,84 miliar dari Rp215,08 miliar secara yoy. Sementara, beban umum dan administrasi meningkat menjadi Rp160,27 miliar dari Rp154,21 miliar secara yoy.
Dengan begitu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih turun menjadi Rp17,3 miliar turun 67,08 persen pada paruh awal 2021 dibandingkan dengan Rp52,55 miliar pada semester I 2020.
Adapun penguatan saham perseroan tahun lalu, salah satunya ditopang oleh aksi akusisi yang dilakukan oleh Blibli terhadap RANC beberapa waktu lalu.
Sementara itu, di segmen menara, TOWR terpantau mengalami kenaikan harga saham sebesar 19,27 persen (ytd) sepanjang tahun lalu. Pendapatan TOWR per September 2021 mencapai Rp6,07 triliun, naik 9,21 persen yoy dari sebelumnya Rp5,55 triliun. Laba bersihnya naik lebih tinggi yakni 35,17 persen yoy menjadi Rp2,58 triliun dari sebelumnya Rp1,9 triliun.