Review Film Kukira Kau Rumah, Mewakili Perasaan Anak yang Sulit Disampaikan ke Orang Tua
JAKARTA - Film Kukira Kau Rumah menjadi tontonan remaja yang berbeda. Film ini mengisahkan Pram (21 tahun), seorang pemuda yang kesepian, semenjak SMP papahnya sudah meninggal, dan mamahnya sibuk bekerja. Pram mengisi hari-harinya dengan bermain musik dan menciptakan lagu sambil bekerja di sebuah music café. Sampai kemudian, Pram mengenal Niskala (19 tahun).
Pram pun kemudian dekat dengan Niskala, dan satu yang belum Pram ketahui saat itu adalah Niskala pengidap bipolar. Niskala sebenarnya kuliah diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya, Dedi (50 tahun). Tujuan Niskala hanya ingin
membuktikan ke ayahnya, bahwa dengan keadaan sakitnya itu, Niskala akan tetap bisa berprestasi.
Hal ini hanya diketahui oleh Mela (48 tahun), ibunya Niskala, dan dua sahabat Niskala, Oktavianus (20 tahun) dan Dinda (19 tahun). Dengan keadaan itu, pada dasarnya keadaan Niskala sangat terbatas. Namun semenjak Pram akrab dengan Niskala, hidup Niskala pun berubah.
Baca juga:
- Tak Sekedar Cinta Biasa, Film Kukira Kau Rumah Mengungkap Kesehatan Mental yang Sering Disepelekan
- Dulu Cantik dan Seksi, 5 Cewek Warkop DKI yang Masih Eksis di Dunia Hiburan
- Memasuki Bulan Penuh Rahmat, Ketahui Keutamaan dan Niat Puasa Rajab 2022
- Billie Eilish Hentikan Konser Demi Selamatkan Penggemar
Film Kukira Kau Rumah tampil secara mengejutkan, keluar dari genre cerita receh anak remaja. Film perdana besutan Umay Sahab ini mengalir dengan lancar dan mudah dinikmati. Tapi pesan yang ingin disampaikan bisa ditangkap dengan mudah tanpa menggurui.
Akting Prilly Latuconsina sangat menyakinkan dengan perubahan-perubahan emosi yang naik turun secara drastis. Ada titik dimana Prilly dituntut untuk akting tanpa kata hanya dengan mata, dan kesannya merasuk ke jiwa. Jourdy Pranata juga memberikan penampilan maksimal untuk memberikan sudut pandang orang ketiga di film ini.
Lagu-lagu yang disiapkan khusus untuk menguatkan OST Kukira Kau Rumah memegang peran penting dalam mengelola emosi penonton. Pada akhirnya, bukan sekedar kesehatan mental yang ditampilkan, tetapi juga hal-hal yang selama ini sulit diutarakan anak kepada orang tua terwakili dengan baik.
Keberanian Prilly sebagai produser mengangkat isu kesehatan mental dalam film ini layak diacungi jempol. Karena tidak mudah membuat cerita cinta remaja yang mudah diiikuti dan menghibur, tapi film ini memberikan lebih.
Namun, bersiaplah dengan beberapa titik ketidak nyamanan dalam film Kukira Kau Rumah. Membahas tentang sakit, tentu ada ketidaknyamanan yang dipertontonkan. Atau adegan yang sulit diterima nalar akan muncul, karena memang kita jarang peduli dengan kesehatan mental.