Erick Thohir Khawatir Ada Monopoli Industri Penerbangan Jika Masalah Garuda Indonesia Tak Selesai, Merujuk pada Lion Air Group?
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa permasalahan PT Garuda Indonesia Tbk bukan sekadar pesawat, tetapi ekosistem. Karena itu, dia khawatir akan terjadi monopoli penerbangan nasional oleh industri penerbangan dalam negeri, jika permasalahan Garuda tidak segera diselesaikan.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa kemungkinan terjadi monopoli makin besar jika pemain di industri penerbangan Tanah Air berkurang. Menurut dia, hal ini merupakan logika bisnis.
"Maksudnya (Pak Erick) kalau Garuda tidak terbang lagi kan pemainnya tinggal sedikit, ini logika bisnis saja. Pemain sedikit kemungkinan monopoli akan semakin besar. Bukan menuduh pihak lain memonopoli penerbangan," ujar Staf Khusus kepada VOI, Kamis, 27 Januari.
Lion Air si 'Raja Udara' di Indonesia
Diberitakan sebelumnya, pandemi COVID-19 tak membuat persaingan antara Garuda Indonesia dengan Lion Air Group melemah. Persaingan antara maskapai ini masih tetap tinggi, meskipun industri penerbangan babak belur tertekan pandemi pada 2020.
Berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Lion Group ternyata berhasil mengungguli Garuda Indonesia di ranah rute domestik sepanjang 2020. Maskapai di bawah komando Rusdi Kirana mencatat kinerja lebih baik, dilihat dari pangsa pasar dan jumlah penumpang yang sudah dilayani.
Seperti diketahui, pandemi COVID-19 yang masuk ke Tanah Air pada 2 Maret 2020 membuat pemerintah menutup akses masuk bagi warga negara asing (WNA). Sehingga, industri penerbangan hanya melayani rute domestik.
Secara kumulatif, Lion Air Group yang terdiri dari tiga maskapai yakni Lion Air, Batik Air, dan Wings Air berhasil mengangkut hingga 21,48 juta penumpang atau memiliki pangsa pasar hingga 60,6 persen.
Namun, jika melihat secara tahunan (year on year/yoy) capaian tersebut anjlok hingga 46,2 persen. Meski begitu, angka itu tidak buruk. Sebab, capaian tersebut menggambarkan Lion Group berhasil meyakinkan mayoritas penumpang angkutan udara selama pandemi untuk menggunakan layanan mereka.
Sementara, Garuda Indonesia dan Citilink Indonesia hanya berhasil mengangkut penumpang sebanyak 10,04 juta orang dengan pangsa pasar sebanyak 28,3 persen. Pangsa pasar mereka justru menurun dibandingkan dengan realisasi 2019 yang sebesar 34,5 persen.
Corporate Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan salah satu strategi untuk menarik kepercayaan penumpang agar memilih untuk terbang menggunakan maskapainya adalah dengan mengembangkan hiburan di atas pesawat.
Adapun hiburan yang ditawarkan meliputi beragam film, bermain games, membaca majalah dan masih banyak lagi. Untuk periode ini, hal paling menarik adalah menonton film cuma-cuma dari genre seperti Indonesia, Hollywood dan jenis film Korea.
Hiburan ini, kata Danang, terkoneksi melalui wireless inflight entertainment (W-IFE) dari AirFi (PT Dua Surya Dinamika) yang diakses dari semua ponsel pintar (smartphone), tablet, laptop dengan operating system (OS) - perangkat lunak sistem yang mengatur sumber daya seperti iOS, Android, Windows, BBM, Linux dan lainnya
Baca juga:
- Merespons Perkembangan Digital, Erick Thohir Minta Telkomsel Lirik Bisnis NFT dan Metaverse
- Jokowi Beli Cabai 2 Kg Bayar Rp200 Ribu Sambil Kasih Bantuan Modal di Pasar Baru Tanjung Enim, Pedagang: Terima Kasih Pak
- Erick Thohir Menjawab Kenapa Bulog Tidak Masuk dalam Holding BUMN Pangan: Karena Mereka sebagai Stabilisator, Bisa Mengintervensi jika Harga Naik
- Erick Thohir Yakin Mayoritas Lessor Setujui Restrukturisasi Utang Garuda Indonesia
"Hiburan dengan perangkat gadget atau device masing-masing penumpang sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan penyebaran COVID-19 agar penumpang dapat menikmati hiburan yang disajikan dengan nyaman dan aman," tuturnya.
Kemudian, kata Danang, pihaknya juga menggaungkan kampanye terbang itu aman. Dengan menjamin bahwa seluruh operasional penerbangan dijalankan sesuai aspek keselamatan, keamanan serta berpedoman protokol kesehatan.
Danang mengatakan hal ini dilakukan karena rute domestik masih menjadi pasar yang harus dilayani. Sebab masyarakat tetap melakukan perjalanan dengan transportasi udara pada masa pandemi.
"Strategi pada tahun ini (2021) masih menjalankan apa yang sudah dilakukan pada 2020. Dari sisi kemudahan layanan kesehatan hingga hiburan. Hal itu karena kami masih dalam rangka analisa pasar selama masa waspada pandemi. Pada tahun ini juga kami masih memiliki optimisme tren pasar penerbangan yang lebih baik," tuturnya.
Lion Air getol melakukan ekspansi rute
Sepanjang 2020, maskapai ini juga konsisten menjaga pangsa pasarnya seiring dengan dibukanya operasional rute potensial. Rute lama juga kembali dibuka secara bertahap usai penyebaran COVID-19 dinilai semakin berkurang.
Tercatat mulai Agustus 2020, Danang mengatakan Lion Air getol melakukan ekspansi rute domestik antara lain Medan Kualanamu-Bandung, Bandung-Denpasar, Denpasar-Medan Kualanamu, Balikpapan-Bandung, Bandung-Balikpapan, Makassar-Bandung, dan Bandung-Makassar.
Kemudian, Pekanbaru-Bandung, Bandung-Pekanbaru, Palembang-Bandung, dan Bandung-Palembang. Wings Air juga melakukan hal serupa dengan membuka rute Makassar-Tana Toraja, Makassar-Palu, Kupang-Ruteng, dan Kupang-Lewoleba.
Danang mengatakan kunci penting menjaga pangsa pasar adalah dengan kerja sama bersama fasilitas kesehatan untuk kemudahan layanan rapid test antibodi yang tahun lalu masih menjadi syarat penerbangan.