Sempat Jadi Miliarder Kini Warga Tuban Susah Cari Makan, Indef Pernah Ingatkan Lebih Baik Beli Hewan Ternak Dibanding Mobil Pajero dan Fortuner
JAKARTA - Warga Desa Sumurgeneng, Tuban, Jawa Timur sempat viral di media massa karena mendadak menjadi miliarder dan membeli mobil mewah secara beramai-ramai, usai mendapatkan ganti rugi pembebasan lahan proyek kilang ke PT Pertamina (Persero). Namun, kenikmatan yang dirasakan warga tak berlangsung lama, uang yang mereka dapatkan habis.
Kini, warga Desa Miliarder tersebut tidak memiliki pekerjaan dan mereka pun kehilangan pendapatan tetap. Bahkan, beberapa warga harus menjual ternaknya untuk bertahan hidup.
Apa yang bisa dipelajari dari fenomena tersebut?
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan bahwa ada yang salah dalam hal pengelolaan keuangan para warga. Dimana seharusnya uang yang diterima dari hasil penjualan tanah tersebut digunakan untuk investasi yang menguntungkan.
Lebih lanjut, Tauhid mengatakan pelajaran yang bisa diambil dari fenomena tersebut adalah, ketika menerima uang yang besar butuh diimbangi dengan pengetahuan yang baik tentang bagaimana mengelola uang. Apalagi, sudah banyak diingatkan sejak awal para warga menerima uang.
"Sudah banyak diingatkan (untuk diinvestasikan ke sektor produktif), tapi kadang-kadang mereka sudah merasa memiliki uang sebanyak itu, akhirnya tergoda untuk habis dalam satu waktu," tuturnya saat dihubungi VOI, Kamis, 27 Januari.
Tauhid mengatakan jika uang yang didapat dari hasil ganti rugi pembebasan lahan proyek kilang tersebut diinvestasikan ke sektor perbankan, setidaknya ada keuntungan yang dapat dinikmati para warga.
"Bisa di sektor keuangan, titip katakanlah di perbankan di SBN yang paling aman, misalnya. Lumayan 8 persen setahun, kalau punya Rp1 miliar ya paling tidak (mendapat) Rp80 juta. Memang kesannya Rp1 miliar banyak tapi kan cepat habis. Justru harus diinvestasikan ke situ," katanya,
Tak hanya di sektor perbankan, kata Tauhid, masyarakat juga sebenarnya bisa menginvestasikan uang yang dimiliki ke sektor riil. Seperti peternakan.
"Nah sektor riil, memang harus dipilih-pilih. Misalnya peternakan, itu kan ada ilmu dan hitungan-hitungannya, harus dibina," jelasnya.
Tauhid juga menyayangkan langkah warga yang justru memilih barang konsumtif ketimbang investasi yang menguntungkan. Karena itu, tidak heran jika sekarang warga desa melakukan unjuk rasa kepada Pertamina.
"Tetapi itu masalahnya masyarakat sudah keburu uang itu habis untuk konsumsi. Karena pemasukan tidak ada, lahan tidak bisa digunakan. Otomatis begitu," katanya.
Baca juga:
- Dapat Duit dari Pertamina, Warga Tuban Borong Mobil Pajero Sport dll, Indef: Mendingan Beli Hewan Ternak
- Agar Tak Menyesal Seperti ‘Miliarder’ Tuban, Warga Terdampak Tol Yogyakarta-Bawen Harus Bijak Gunakan Uang Ganti Rugi
- Proyek Kilang Pertamina yang Bikin Warga Tuban Mendadak Jadi Miliader Bernilai Rp210 Triliun
Seperti diketahui, pembebasan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak di Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, seluas 21.410 meter membuat warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi miliarder. Setelah mendapat pembayaran, mereka secara kompak memborong mobil.
Belum lama ini, kedatangan 17 mobil baru ke desa itu sempat viral. Mobil yang dikirimkan belum semuanya. Sebab, jumlah mobil yang diborong warganya sebanyak 176 unit. Bahkan, satu rumah ada yang membeli dua sampai tiga mobil baru, dari merek Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Fortuner, hingga Toyota Innova Venturer.
Adapun jumlah warga terdampak mencapai 280 jiwa. Mereka menyepakati lahan miliknya dijual untuk proyek nasional. Pertamina membayar dengan kisaran Rp600 hingga Rp800 ribu per meter. Bahkan, ada warga yang mendapat ganti rugi sampai Rp26 miliar.
Sebelumnya, Tauhid sudah mengingatkan bahwa membeli mobil merupakan hak warga Tuban. Namun, kata dia, sangat disayangkan jika uang hasil pembayaran ganti rugi lahan digunakan untuk membeli dua hingga tiga unit mobil.
"Akan lebih baik uangnya digunakan untuk membeli sesuatu di sektor produktif. Apakah membeli hewan ternak, (sehingga) mereka bisa bekerja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi lagi. Tidak dilarang untuk membeli kendaraan, tapi jangan dihabiskan untuk sektor konsumsi. Sayang uangnya," katanya, saat dihubungi VOI, Kamis, 18 Februari 2021.