12 Ribu Pasukan NATO-AS Disiagakan untuk Antisipasi Serangan Rusia ke Ukraina, Moskow Sebut Barat Histeris

JAKARTA - Sekitar 12.000 personel tentara dengan persenjataan pendukung dari Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), disiagakan seiring meningkatnya ketegangan di perbatasan Ukraina.

NATO mengatakan pada Hari Senin, pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dalam apa yang dikecam Rusia sebagai 'histeria' Barat sebagai tanggapan atas penumpukan pasukannya di perbatasan Ukraina.

Departemen Pertahanan AS di Washington mengatakan sekitar 8.500 tentara Amerika disiagakan dan sedang menunggu perintah untuk dikerahkan ke wilayah tersebut, jika Rusia menyerang Ukraina.

Ketegangan meningkat setelah Rusia mengumpulkan sekitar 100.000 tentara untuk mencapai perbatasan tetangganya.

Rusia membantah merencanakan invasi. Tetapi setelah mengepung Ukraina dengan pasukan dari utara, timur dan selatan, Moskow sekarang mengutip tanggapan Barat sebagai bukti bahwa Rusia adalah target, bukan penghasut, agresi.

Presiden Joe Biden, mendorong persatuan transatlantik, mengadakan panggilan video aman selama 80 menit dengan sejumlah pemimpin Eropa pada Senin dari Ruang Situasi Gedung Putih untuk membahas krisis Ukraina, kata Gedung Putih.

Ilustrasi militer Rusia di perbatasan dengan Ukraina. (Wikimedia Commons varlamov.ru/Ilya Varlamov)

Menyambut serangkaian pengerahan yang diumumkan oleh anggota aliansi dalam beberapa hari terakhir, Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg sebelumnya mengatakan NATO akan mengambil "semua tindakan yang diperlukan."

"Kami akan selalu menanggapi setiap kerusakan lingkungan keamanan kami, termasuk melalui penguatan pertahanan kolektif kami," kata Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 25 Januari.

Dia mengatakan pada konferensi pers, peningkatan kehadiran di sayap timur NATO dapat mencakup pengerahan kelompok tempur tambahan.

"Kami juga sedang mempertimbangkan untuk memiliki kelompok perang di tenggara aliansi itu," ungkap Stoltenberg.

Sejauh ini, NATO memiliki sekitar 4.000 tentara di batalyon multinasional di Estonia, Lituania, Latvia dan Polandia yang didukung oleh tank, pertahanan udara, serta unit intelijen dan pengawasan.

Para pejabat AS mengatakan Pentagon sedang menyelesaikan upaya untuk mengidentifikasi unit-unit tertentu yang dapat dikerahkan ke sisi timur NATO.

Salah satu pejabat mengatakan hingga 5.000 orang dapat dikerahkan, sementara seorang diplomat NATO mengatakan Washington sedang mempertimbangkan untuk secara bertahap mentransfer, beberapa pasukan yang ditempatkan di Eropa barat ke Eropa timur dalam beberapa minggu mendatang.

Ilustrasi militer Ukraina. (Wikimedia Commons/OSCE Special Monitoring Mission to Ukraine)

Sementara itu, Denmark, Spanyol, Prancis dan Belanda semuanya merencanakan atau mempertimbangkan untuk mengirim pasukan, pesawat, atau kapal ke Eropa timur, kata NATO. Diketahui, Ukraina berbatasan dengan empat negara NATO yakni, Polandia, Slovakia, Hongaria dan Rumania.

Seorang pejabat Polandia mengatakan Warsawa akan menarik garis pengiriman pasukan ke Ukraina.

Ketika ketegangan meningkat, Inggris mengatakan pihaknya menarik beberapa staf dan tanggungannya dari kedutaan besarnya di Ukraina, sehari setelah Amerika Serikat mengatakan pihaknya memerintahkan anggota keluarga diplomat untuk pergi. Diplomat AS diizinkan pergi secara sukarela.

Menanggapi situasi saat ini, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menuduh Barat 'histeris' dan menyebarkan informasi 'yang dicampur dengan kebohongan'.

"Mengenai tindakan spesifik, kami melihat pernyataan oleh Aliansi Atlantik Utara tentang penguatan, penarikan kekuatan dan sumber daya ke sisi timur. Semua ini mengarah pada fakta bahwa ketegangan meningkat," jelas Peskov.

"Ini tidak terjadi karena apa yang kami, Rusia, lakukan. Ini semua terjadi karena apa yang NATO dan AS lakukan dan karena informasi yang mereka sebarkan," tandasnya.

Terpisah, sebuah sumber delegasi Rusia mengatakan para penasihat politik dari Rusia, Ukraina, Prancis dan Jerman akan bertemu di Paris pada Rabu untuk membicarakan penyelesaian konflik di Ukraina timur, di mana sekitar 15.000 orang telah tewas sejak 2014. Upaya sebelumnya gagal menghasilkan terobosan apa pun.