Diprotes Arteria Dahlan, Bahasa Sunda yang Dipakai di Film Nana Justru Tayang di Festival Film Berlin

JAKARTA - Pernyataan Arteria Dahlan yang membuat warganet heboh. Anggota Komisi III DPR Arteria Dahlan dianggap menyinggung bahasa Sunda saat mengkritik kepala Kejaksaan Tinggi dalam rapat kerja bersama Kejaksaan Agung.

Dia pun meminta maaf kepada warga Jawa Barat atas pernyataannya yang menuai polemik itu. Bahasa daerah seharusnya menjadi kebanggaan karena salah satu kekayaan budaya Indonesia. Ini terbukti dalam film Nana yang menggunakan bahasa Sunda.

Film yang memakai judul Before, Now & Then untuk distribusi internasional ini merupakan film karya sutradara Kamila Andini dan diproduseri oleh Ifa Isfansyah bersama Gita Fara. Film ini terseleksi untuk tayang perdana di Program Kompetisi Utama 72nd Berlin International Film Festival.

Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil menyampaikan rasa bangganya atas terpilihnya film berbahasa Sunda "Before, Now & Then" (Nana) untuk tayang di Festival Film Berlin.

"Ini ada peristiwa bersejarah. Ada film Indonesia finalis festival film Berlin dan pertama kali berbahasa daerah yaitu berbahasa Sunda," kata Ridwan Kamil dikutip dari ANTARA< Jumat 21 Januari.

Capaian itu dikatakan Ridwan perlu diapresiasi terlebih Pemprov Jabar turut memberikan dukungan dalam produksi film tersebut. Menurut Ridwan pengakuan dunia terhadap karya anak bangsa patut diapresiasi mengingat saat ini isu kebhinekaan sedang menjadi sorotan.

"Apalagi dengan isu bahasa kebhinekaan yang jadi sorotan, prestasi ini sangat membanggakan menunjukan jangan malu berbahasa daerah, lestarikan bahasa daerah dengan cara baru melalui medium film, konten dan sebagainya," ujarnya.

"Terbukti dengan kreativitas itu dunia menghargai. Kalau dunia menghargai masa bangsa kita kurang menghargai. Jadi ini poinnya kebangkitan bahasa daerah di dunia internasional melalui masuknya film Nana di Berlin Internasional Film Festival," lanjut Ridwan Kamil.

Sementara itu Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Benny Bachtiar menuturkan tradisi budaya bisa mendunia jika dikemas dengan konsep yang baik. "Kita bisa membuktikan bahwa tradisi budaya itu bisa mendunia. Ini sejarah bagi masyarakat Sunda," kata Benny.

Film "Before, Now & Then" (Nana) bisa menjadi momentum bagi pemerintah maupun industri film tanah air agar lebih mengeksplorasi potensi sejarah lokal untuk diangkat menjadi sebuah karya. Apalagi, kata Benny, banyak cerita legenda Sunda yang bisa diangkat jadi sebuah film.

"Kita kan ada legenda Lutung Kasarung, Nyi Roro Kidul itu kan ceritanya bisa diangkat dan bisa memperkaya nuansa budaya nasional," kata dia.

"Before, Now & Then" (Nana) diperankan oleh Happy Salma, Laura Basuki dan Ibnu Jamil dengan latar tahun 1960 mengangkat kisah hidup Raden Nana Sunani yang di adaptasi dari penggalan novel "Jais Darga Namaku" karya Ahda Imran.