Ilmuwan Bukan dari NASA Berhasil Temukan Planet Unik Kembaran Jupiter, Siapa Dia?
JAKARTA - Seorang ilmuwan yang bukan berasal dari NASA berhasil menemukan planet ekstrasurya mirip Jupiter, berjarak sekitar 379 tahun cahaya dari Bumi yang mengorbit bintang dengan massa sama dengan Matahari.
Adalah mantan perwira angkatan laut Amerika Serikat (AS) dari negara bagian Washington, Tom Jacobs. Dia menemukan planet gas raksasa tersebut dari data Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS).
Temuan ini cukup penting menurut NASA, sebab planet yang dijuluki TOI-2180 b ini cukup unik, memiliki 261 hari dalam setahun lebih panjang dibandingkan dengan banyak raksasa gas lainnya di luar Tata Surya.
Bahkan, ukurannya pun hampir tiga kali lebih besar dari Jupiter, dan lebih padat. Kemungkinan, TOI-2180 b memiliki sebanyak 105 massa Bumi dari unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium. Selain itu, dengan suhu rata-rata sekitar 170 derajat Fahrenheit, planet TOI-2180 b lebih hangat daripada suhu di Bumi.
Diakui Jacobs, penelitian yang diterbitkan di Astronomical Journal ini, membutuhkan upaya penyatuan global untuk melacak planet tersebut.
"Menemukan dan menerbitkan TOI-2180 b adalah upaya kelompok besar yang menunjukkan bahwa astronom profesional dan ilmuwan warga berpengalaman dapat berhasil bekerja sama Ini adalah sinergi yang terbaik," tutur Jacobs.
Baca juga:
Lalu Bagaimana Para Ilmuwan Menemukan Planet Mirip Jupiter Itu?
Melansir FOX News, Minggu, 16 Januari, menggunakan data TESS, para ilmuwan mencari perubahan kecerahan bintang terdekat untuk membantu menemukan planet baru. Jacobs bersama warga di Visual Survey Group memeriksa plot data TESS dan menggunakan program yang disebut LcTools, memungkinkan mereka untuk memeriksa data teleskop dengan mata.
Pada 1 Februari 2020, Jacobs melihat plot yang menunjukkan cahaya bintang dari TOI-2180 redup kurang dari setengah persen dan kemudian kembali ke tingkat kecerahan sebelumnya selama periode 24 jam.
NASA menjelaskan bahwa kejadian tersebut mungkin mengindikasikan adanya planet mengorbit yang dikatakan transit saat melintas di depan bintang itu. Namun, dengan mengukur cahaya yang redup, para ilmuwan dapat memperkirakan seberapa besar planet dan juga kepadatannya.
Visual Survey Group memberitahu Dalba dan asisten profesor Universitas New Mexico Diana Dragomir tentang kurva cahaya seperti grafik yang menunjukkan cahaya bintang dari waktu ke waktu.
"Dengan penemuan baru ini, kami juga mendorong batas jenis planet yang dapat kami ekstrak dari pengamatan TESS. TESS tidak secara khusus dirancang untuk menemukan planet ekstrasurya yang mengorbit jauh, tetapi tim kami, dengan bantuan ilmuwan warga, tetap menggali permata langka ini," ujar Dragomir.
Untuk menemukan planet, para ilmuwan juga menggunakan algoritme komputer untuk mengidentifikasi beberapa peristiwa transit dari satu bintang. Secara manual, Visual Survey Group menemukan peristiwa transit tunggal, tetapi pengamatan lebih lanjut diperlukan untuk memastikan penemuan itu valid.
Dalba menggunakan Teleskop Pencari Planet Otomatis milik Lick Observatory di California untuk mengukur goyangan bintang serta teleskop Keck I Hawaii di Observatorium WM Keck.
Dalba juga terus memburu peristiwa transit kedua, tidak ada teleskop di 14 lokasi di tiga benua pada Agustus 2020 yang mendeteksi planet, dan itu termasuk 500 hari pengamatan yang memungkinkan dia dan rekan-rekannya menghitung massa planet dan berbagai kemungkinan orbit.
“Namun, kurangnya deteksi yang jelas dalam periode waktu ini menempatkan batasan pada berapa lama orbitnya, menunjukkan periode sekitar 261 hari. Dengan menggunakan perkiraan itu, mereka memprediksi TESS akan melihat planet tersebut transit bintangnya lagi pada Februari 2022," jelas NASA.
Bulan depan, Dalba dan ilmuwan warga lainnya akan mencari tanda-tanda lagi planet tersebut. Dengan adanya Teleskop Luar Angkasa James Webb, planet ini bisa diamati sekaligus atmosfernya di masa depan, serta mencari keberadaan benda-benda kecil yang mengorbit TOI-2180 b. Meskipun sekitar 4.800 exoplanet telah dikonfirmasi, diperkirakan ada miliaran di galaksi.