Ingin Investasi di Tengah Pandemi COVID-19? 3 Hal Ini Harus Kamu Perhatikan

JAKARTA - Mengelola keuangan di masa krisis akibat pandemi COVID-19 ini harus dilakukan dengan hati-hati. Namun, di tengah kondisi sulit ini bukan berarti masyarakat tidak dapat berinvestasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mulai investasi.

Perencana Keuangan Aidil Akbar mengatakan, pada kuartal II 2020 kemarin, pertumbuhan ekonomi tercatat minus 5,32 persen. Bahkan, di kuartal III berbagai prediksi menyebut Indonesia akan masuk jurang resesi.

Namun, Aidil berujar, pemerintah telah melakukan berbagai cara agar perekonomian di kuartal III lebih baik. Meski kuartal II minus, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih nomor 3 terbaik di dunia dibandingkan negara lain, seperti Eropa.

Di tengah kesulitan akibat pandemi COVID-19 ini, kata Adil, masyarakat masih bisa untuk berinvestasi. Namun, harus memperhatikan tiga langkah penting agar investasi tersebut menguntungkan bukan justru merugikan.

Pertama, siapkan terlebih dahulu dana darurat. Aidil mengatakan, sebelum memutuskan untuk berinvestasi sangat penting untuk memperhatikan dana darurat atau dana likuid. Sebab, saat ini kondisi ekonomi dalam ketidakpastian.

Lebih lanjut, Aidil menjelaskan, dana darurat ini berfungsi sebagai cadangan atau simpanan yang dapat digunakan jika situasi darurat menghampiri. Artinya, dana ini tidak dapat diganggu dan harus diperkuat sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

"Dana untuk investasi jangka pendek sangat dibutuhkan. Sukuk ritel SR013 memenuhi kriteria tersebut dari sisi keuangan, sangat baik untuk digunakan dalam kondisi darurat. Meski 3 tahun tenornya, ini masih bisa digunakan untuk investasi jangka pendek atau menengah, bisa untuk emergency fund," tuturnya, dalam peluncuran Sukuk SR013 secara virtual, Jumat, 28 Agustus.

Kedua, disarankan untuk melunasi utang-utang yang bersifat konsumtif. Selain menguatkan cashflow, kata Aidil, calon investor juga harus memperhatikan utang yang dimiliki. Menurut dia, masyarakat yang bisa bertahan dipastikan punya dana likuid.

Setelah utang terbayarkan, Adil mengatakan, uang yang tersisa bisa dialokasikan untuk berinvestasi. Selama ini, masyarakat cenderung mengandalkan investasi dengan jenis deposito. Padahal, investasi di sukuk bunga justru menguntungkan. Imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dan juga memiliki risiko yang rendah. 

"Selama ini masyarakat lumrah mengandalkan tabungan dan deposito, tetapi return rendah. Sukuk SR013 ini sangat cocok karena memiliki return 6,05 persen dan minim risiko. Berdasarkan referensi yang saya punya, bunga deposito tertinggi hanya 5,25 persen," katanya.

Langkah terakhir yang harus diperhatikan sebelum berinvestasi adalah memilih investasi yang aman. Aidil mengingatkan, agar masyarakat tak mudah tergiur investasi dengan iming-iming imbal hasil tinggi dan tak masuk akal.

Menurut Adil, investasi bodong bisa terjadi karena ada pelaku dan kurangnya edukasi terhadap masyarakat. Namun, tidak jarang orang-orang berpendidikan tinggi pun menjadi korban investasi bodong.

"Edukasi saat ini banyak di media sosial, tapi akhirnya keputusan investasi dipertimbangkan ke feeling, bisa kaya mendadak, return lebih tinggi, jadi banyak yang memutuskan investasi di luar kebiasaan," ujarnya.