Rusia, China, Inggris, AS dan Prancis Sepakat Tidak Ada yang Bisa Menangi Perang Nuklir
JAKARTA - China, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Prancis telah sepakat bahwa penyebaran lebih lanjut senjata nuklir dan perang nuklir harus dihindari, menurut pernyataan bersama oleh lima kekuatan nuklir yang diterbitkan oleh Kremlin pada Hari Senin.
Dikatakan, kelima negara yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap tanggung jawab utama mereka untuk menghindari perang antara negara-negara nuklir dan untuk mengurangi risiko strategis, sambil bertujuan untuk bekerja dengan semua negara untuk menciptakan suasana keamanan.
"Kami menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan tidak boleh diperangi," bunyi pernyataan dalam versi bahasa Inggris, mengutip Reuters 4 Januari
"Karena penggunaan nuklir akan memiliki konsekuensi yang luas, kami juga menegaskan bahwa senjata nuklir, selama mereka terus ada, harus melayani tujuan defensif, mencegah agresi, dan mencegah perang," sambung pernyataan tersebut.
Prancis juga merilis pernyataan itu, menggarisbawahi lima kekuatan menegaskan kembali tekad mereka untuk kontrol senjata nuklir dan perlucutan senjata. Mereka akan melanjutkan pendekatan bilateral dan multilateral untuk pengendalian senjata nuklir, katanya.
Pernyataan dari apa yang disebut kelompok P5 datang ketika hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Moskow telah jatuh ke titik terendah sejak akhir Perang Dingin, sementara hubungan antara Washington dan Beijing juga berada pada titik terendah karena berbagai ketidaksepakatan.
Pentagon pada bulan November secara tajam meningkatkan perkiraannya tentang proyeksi persenjataan senjata nuklir China selama beberapa tahun mendatang, dengan mengatakan Beijing dapat memiliki 700 hulu ledak pada tahun 2027 dan mungkin 1.000 pada tahun 2030.
Washington telah berulang kali mendesak China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian pengendalian senjata baru (New Start).
Sementara, ketegangan geopolitik antara Moskow dan negara-negara Barat telah meningkat, karena kekhawatiran tentang pembangunan militer Rusia di dekat negara tetangga Ukraina. Moskow mengatakan dapat memindahkan pasukannya di sekitar wilayahnya sendiri jika dianggap perlu.
Kamis lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada rekannya dari Rusia Presiden Vladimir Putin, kemungkinan langkah di Ukraina akan menarik sanksi dan peningkatan kehadiran AS di Eropa, di mana ketegangan tinggi setelah penumpukan militer Rusia di perbatasan.
Baca juga:
- Tutup Tahun, Hong Kong Resmi Larang Penjualan Produk Berbahan Baku Gading Gajah
- Diduga Rekam Karyawan Wanita Asing Saat Mandi, Pemilik Pabrik Diperiksa Polisi
- Gagal Pulihkan Pemerintahan Sipil, Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok Pilih Mengundurkan Diri
- Empat Partai Politik Sepakat Bangun Koalisi, Kabinet Baru Belanda Catat Rekor Jumlah Wanita dalam Pemerintahan
Untuk diketahui, pejabat AS dan Rusia akan mengadakan pembicaraan keamanan pada 10 Januari untuk membahas kekhawatiran tentang aktivitas militer masing-masing dan menghadapi meningkatnya ketegangan di Ukraina, kata kedua negara.
Sementara, sebuah konferensi tentang perjanjian nuklir besar yang akan dimulai pada Hari Selasa di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), telah ditunda hingga Agustus karena pandemi COVID-19.