Smartfren Milik Konglomerat Eka Tjipta Widjaja Ekspansif dan Disambut Alibaba Group-nya Jack Ma, Bentuk Perusahaan Patungan

JAKARTA - Perusahaan dari Grup Sinar Mas milik mendiang konglomerat Eka Tjipta Widjaja yakni PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) tengah gencar dalam melakukan aksi korporasi. Hal itu pun rupanya disambut baik oleh Alibaba Group.

Kongsi konglomerasi milik taipan Jack Ma dengan perusahaan Indonesia semakin mesra usai melakukan perjanjian perusahaan patungan atau joint venture dengan Smartfren.

Adapun perusahaan patungan yang terbentuk pada 22 Desemeber 2021 adalah PT Nuri Gaya Citra (NGC). Dalam hal ini FREN membentuk NGC melalui anak usahanya PT SF Digital Commerce (SFDC).

Kepemilikan Alibaba dalam JV diwakili oleh perusahaan afiliasi yakni Fonixtree Digital Singapore Ltd. (FDSL). FDSL sendiri merupakan perusahaan yang terafiliasi dengan Whale Cloud Technology Co., Ltd, sebagai bagian dari ekosistem Alibaba milik Jack Ma.

Kerja sama kali ini mendorong percepatan transformasi digital Smartfren dengan memanfaatkan solusi teknologi Business Support System (BSS) dan Operation Support System (OSS) milik Whale Cloud.

Perusahaan itu disebut sebagai mitra penting dalam ekosistem layanan perangkat lunak Alibaba Cloud yang berfokus sebagai perusahaan global terkemuka di bidang teknologi intelejen data, dan diklaim sebagai pemimpin dunia dalam transformasi digital.

Direktur Smartfren Telecom, Anthony Susilo mengatakan pada tahap awal setoran modal untuk perusahaan patungan ini sebesar Rp7,25 miliar. Kendati begitu, dia memastikan setoran modal berikutnya jika diperlukan bakal ditentukan di kemudian hari.

"NGC didirikan dengan tujuan untuk memberikan layanan nilai tambah digital kepada pelanggan Smartfren dan diharapkan dapat meningkatkan engagement pelanggan," katanya dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, dikutip Rabu 29 Desember.

Chief Technology Officer Smartfren Shurish Subbramaniam mengatakan Whole Cloud memiliki pengalaman yang panjang dan teknologi mumpuni untuk mendukung bisnis Smartfren. Dengan kerja sama tersebut, dia meyakini dapat mengejar visi Smartfren menjadi operator seluler terbaik di Indonesia.

"Solusi BSS dan OSS terbaru dari Whale Cloud akan membawa peningkatan dan perubahan yang lebih baik terutama untuk perjalanan digital Smartfren," kata Shuris dalam siaran pers.

Sekadar informasi, Solusi BSS dan OSS dari Whale Cloud dibekali dengan teknologi native-cloud, 5G ready, end-to-end BSS/OSS suite, customer relationship management dengan skala besar, real-time billing, dan multi-channel relationship.

Di sisi lain, Smartfren bisa cukup agresif dalam melakukan aksi korporasi. Pasalnya, pada Oktober lalu, FREN melalui anak usaha Moratelindo disebut akan mengakuisisi 65 persen saham perusahaan pengelola satelit yakni PT Indo Pratama Teleglobal.

Corporate Secretary Smartfren Telecom James Wewengkang dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) membenarkan rencana akusisi tersebut.

"Pemberitaan mengenai akan berlangsungnya transaksi yang melibatkan Moratelindo dalam rencana akusisi 65 persen saham PT Indo Pratama Teleglobal adalah benar adanya. Perseroan saat ini memiliki 20,5 persen penyertaan saham di Moratelindo," jelasnya.

Pada 23 September 2021, pemegang saham menyetujui rencana pengambilalihan 145.730 saham setara 65 persen kepemilikan Indo Pratama Teleglobal dari PT Telekomunikasi Nusantara Sejahtera senilai Rp18,21 miliar pada 23 September 2021.

Di sisi lain, dengan adanya kerja sama antara Alibaba dan FREN, semakin menguatkan persepsi bahwa perusahaan teknologi asal China itu makin menggurita di Indonesia. Selain Smartfren, potensi campur tangan Alibaba dalam kongsi antarperusaahan di Tanah Air lainnya juga terjadi pada perusahaan e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Apalagi entitas usaha Alibaba yakni Ant Group melalui API (Hong Kong) Investment Limited menggenggam kepemilikan saham sebesar 13,05 persen di Bukalapak. Adapun anak usaha Alibaba itu menjadi investor utama dalam ronde pendanaan senilai 1,1 miliar dolar AS di BUKA pada Agustus 2017.

Potensi campur tangan Alibaba juga berpeluang menguat apabila perusahaan milik Jack Ma tersebut jadi menginjeksikan dananya ke Grab.