Bisakah Depresi Jadi Penyebab Penyakit Fisik? Begini Pendapat Ahli
JAKARTA - Depresi adalah salah satu jenis gangguan mental paling umum terjadi dan mempengaruhi lebih dari 16 juta orang dewasa di Amerika Serikat, menurut Institut Kesehatan Mental Nasional dilansir dari Healthline, Rabu, 29 Desember.
Gangguan mood ini menyebabkan sejumlah gejala emosional, termasuk perasaan sedih terus-menerus dan hilangnya minat pada hal-hal yang dulu pernah dinikmati. Depresi juga dapat menyebabkan gejala gangguan kesehatan fisik.
Depresi dapat membuat Anda merasa sakit fisik dan menyebabkan gejala seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri di beberapa bagian tubuh. Depresi lebih dari sekadar rasa sedih dan membutuhkan perawatan.
Depresi memengaruhi sakit fisik dalam beberapa cara. Menurut pakar kesehatan, Timothy J. Legg, PhD, PsyD, berikut beberapa gejala sakit fisik yang disebabkan oleh depresi.
Diare, sakit perut, dan maag
Tahukah Anda, otak dan sistem pencernaan terhubung secara langsung. Depresi, kecemasan, dan stres telah terbukti mempengaruhi pergerakan dan kontraksi saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan diare, sembelit, dan mual.
Emosi juga dapat memengaruhi produksi asam lambung sehingga tak jarang saat seseorang sedang stress, maka risiko naiknya tukak lambung meningkat. Ada beberapa bukti bahwa stres dapat menyebabkan atau memperburuk refluks asam.
Selain itu, ada juga hubungan antara penyakit refluks gastroesofageal atau GERD dan kecemasan. Depresi juga telah dikaitkan dengan sindrom iritasi usus besar.
Gangguan tidur
Masalah tidur juga jadi gejala depresi. Indikasinya termasuk kesulitan tidur atau banyak tidur, tapi tidak nyenyak. Sebenarnya, ada banyak kaitan yang menghubungkan depresi dan masalah tidur. Depresi dapat menyebabkan atau memperburuk insomnia sedangkan insomnia dapat meningkatkan risiko depresi. Efek kurang tidur juga memperburuk gejala depresi lainnya, seperti stres dan kecemasan, sakit kepala, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
Depresi dan stres berkaitan erat dan keduanya telah terbukti berdampak pada jantung dan tekanan darah. Stres dan depresi yang tidak terkendali dapat menyebabkan, irama jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi, dan kerusakan pada arteri. Sebuah studi 2013 menemukan bahwa depresi sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Selain itu, disebutkan juga bahwa depresi dapat mengganggu pengelolaan tekanan darah.
Sakit kepala
Menurut National Headache Foundation, 30 hingga 60 persen orang dengan depresi mengalami sakit kepala. Gejala depresi, stres, dan kecemasan terbukti menyebabkan sakit kepala dan tegang. Depresi pun bisa meningkatkan risiko sakit kepala berulang dengan intensitas yang lebih kuat dan durasi lebih lama.
Terganggunya imunitas
Depresi berdampak buruk pada sistem kekebalan tubuh dalam beberapa cara. Saat tidur, sistem kekebalan menghasilkan sitokin dan zat lain yang membantu tubuh melawan infeksi. Kurang tidur, yang merupakan gejala umum depresi, mengganggu proses ini, meningkatkan risiko infeksi dan penyakit.
Ada juga bukti bahwa depresi dan stres berkaitan erat dengan peradangan. Peradangan kronis berperan dalam perkembangan sejumlah penyakit, termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker.