TikTok Digugat Mantan Karyawan karena Tak Peduli dengan Kesehatan Mentalnya

JAKARTA - Seorang mantan moderator TikTok menggugat media sosial tersebut dan perusahaan induknya ByteDance, karena dilaporkan gagal melindungi kesehatan mentalnya setelah dia harus menonton berjam-jam video yang menyebabkan trauma.

Dalam gugatan class action yang diajukan mantan moderator TikTok, Candie Frazier, mengklaim bahwa dia telah memutar video yang melibatkan kanibalisme, kecelakaan yang mengakibatkan bagian tertentu hancur, penembakan di sekolah, bunuh diri, dan bahkan jatuh dari sebuah gedung.

Menurut gugatan Frazier, sebanyak 10.000 moderator konten TikTok terus-menerus terpapar pornografi anak, pemerkosaan, pemenggalan kepala, dan mutilasi hewan.

"Penggugat mengalami kesulitan tidur dan ketika dia tidur, dia mengalami mimpi buruk yang mengerikan," ungkap gugatan itu.

Menambah masalah, TikTok diduga mengharuskan moderator untuk bekerja shift 12 jam dengan hanya makan siang satu jam dan dua kali istirahat hanya dalam waktu 15 menit.

“Karena banyaknya konten, moderator konten diizinkan tidak lebih dari 25 detik per video, dan secara bersamaan melihat tiga hingga sepuluh video pada saat yang sama," ujar Frazier dalam gugatannya.

Di satu sisi, TikTok memang memiliki aturan untuk membantu moderator mengatasi pelecehan anak dan gambar traumatis lainnya. Di antaranya, perusahaan membatasi shift moderator hingga empat jam dan memberikan dukungan psikologis. Namun gugatan Frazier menyatakan, TikTok gagal menerapkan pedoman itu.

Moderator konten mengambil beban untuk menonton video traumatis yang muncul di media sosial, memastikan bahwa pengguna tidak harus melihat dan mengalaminya. Sejatinya, perusahaan teknologi besar seperti TikTok harus mengakui dalam formulir persetujuan bahwa pekerjaan itu dapat menyebabkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Frazier juga mengklaim bahwa raksasa media sosial tersebut tidak memiliki pengamanan teknis seperti mengaburkan atau mengurangi resolusi video mengganggu yang harus ditonton oleh moderator.

Dengan gugatan class action, Frazier berharap TikTok membayarnya serta moderator konten lainnya atas cedera psikologis yang mereka derita. Dia juga ingin pengadilan memerintahkan perusahaan menyiapkan dana medis untuk moderator konten.

Seorang juru bicara TikTok mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengomentari litigasi yang sedang berlangsung. Tetapi, TikTok mengklaim bahwa pihaknya bekerja keras untuk mempromosikan lingkungan kerja yang peduli bagi karyawan dan kontraktor kami.

"Tim Keselamatan kami bermitra dengan perusahaan pihak ketiga dalam pekerjaan penting membantu melindungi platform dan komunitas TikTok, dan kami terus memperluas berbagai layanan kesehatan sehingga moderator merasa didukung secara mental dan emosional," kata juru bicara TikTok seperti dikutip dari Metro, Selasa, 28 Desember.