Jawaban Parpol Kala Elektabilitas Jagoannya Masih Rendah

JAKARTA - Lembaga Politika Research & Consulting (PRC) bersama Parameter Politik Indonesia (PPI) merilis hasil survei nasional calon presiden dan wakil presiden potensial Pilpres 2024. 

Dalam simulasi yang melibatkan 15 nama, Ganjar Pranowo menang dengan perolehan 25 persen. Prabowo Subianto di posisi kedua dengan 22,9 persen, Anies Baswedan ketiga dengan 12,4 persen. 

 

Sandiaga Salahuddin keempat dengan 9,4 persen, Ridwan Kamil 5,8 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 5,2 persen. Ketujuh Gatot Nurmantyo 1,9 persen. 

 

Sedangkan kedelapan ada Khofifah Indar Parawansa 1,6 persen, kesembilan Tri Rismaharini 1,4 persen, Puan Maharani kesepuluh dengan 1,1 persen.

 

Sebelas Susi Pudjiastuti 0,9 persen, dua belas Airlangga Hartarto 0,8 persen, tiga belas Erick Tohir 0,6 persen, empat belas Surya Paloh 0,4 persen dan tidak tahu 10,6 persen.   

Survei ini dilakukan pada 12 November - 4 Desember 2021. Dengan melibatkan 1.600 responden di 34 provinsi. Kriteria responden berusia minimal 17 atau sudah menikah.  

 

Pengambilan dengan menggunakan metode multi stage random sampling dengan margin of error 2,5 persen dan tingkat kepercayaan 9,5 persen. 

 

Menariknya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) surplus kader untuk diusung sebagai capres. Ada 3 nama masuk dalam radar survei, yakni Ganjar Pranowo, Puan Maharani dan Tri Rismaharini. Lantas siapakah yang akan didukung PDIP? 

 

Sementara disisi lain, Airlangga Hartarto yang menjadi jagoan Golkar masih 'betah' mendapat skor 0,8 persen di 15 simulasi nama capres. Sayangnya, gacoan PKB Muhaimin Iskandar tidak masuk dalam radar simulasi tersebut. Cak Imin harus puas mendapat 0,1 persen di simulasi 32 nama capres.

 

Lantas, bagaimana tanggapan parpol soal capres jagoan yang elektabilitasnya masih rendah?

 

PDIP Ogah Pilih Antara Ganjar atau Puan

 

Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Arif Wibowo mengatakan, PDIP tidak akan terjebak pada pilihan yang dapat memicu gejolak, khususnya terkait opsi memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atau Ketua DPR Puan Maharani sebagai calon presiden 2024. 

 

Dari hasil survei PRC bersama PPI, elektabilitas Ganjar Pranowo 25 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan Puan Maharani 1,1 persen.

 

"Kita tidak bisa dihadapkan pada pilihan. Apalagi pilihan itu adalah pilihan yang provokatif, yang bertendensi memecah belah persatuan dan kesatuan," ujar Arif Wibowo dalam Rilis Survei Nasional Political Outlook: Meneropong Poros Koalisi Partai secara daring, Senin, 27 Desember. 

Soal Pilpres 2024, lanjut Arif, akan diputuskan secara langsung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Sebab, kata dia, itu merupakan hak prerogatif ketum.

Arif menilai, ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan PDIP dalam memutuskan siapa calon yang akan diusungnya nanti. Paling penting, kata dia, calon tersebut harus memberikan manfaat bagi rakyat, bangsa, negara, juga partai.

"Kalau PDI Perjuangan itu jelas, yang mau dicapai itu adalah masyarakat sama rasa sama bahagia, kalau sama rasa sama rata itu komunis. Karena sama rasa sama bahagia, maka antikebodohan, antikemiskinan. Jadi tunjukkanlah dedikasimu, kemampuanmu untuk mengentaskan kemiskinan, itu yang penting," pungkas Arif. 

 

Golkar: 2 Tahun Kerja Sungguh-Sungguh Dongkrak Elektabilitas Airlangga 

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia optimistis elektabilitas ketua umumnya akan terus meningkat menjelang waktu Pemilihan Presiden 2024.

Menurutnya, Golkar masih memiliki waktu dua tahun untuk melakukan kerja-kerja politik demi mendongkrak elektabilitas Airlangga yang kini stagnan di 0,8 persen pada simulasi 15 nama capres. 

"Ini masih ada dua tahun, tentu kita harus konsisten dengan keputusan kita. Kita harus bekerja lebih sungguh-sungguh," ujar Doli dalam Rilis Survei Nasional Political Outlook: Meneropong Poros Koalisi Partai secara daring, Senin, 27 Desember. 

Ketua Komisi II DPR itu mengatakan, Golkar memiliki mekanisme sendiri untuk mengevaluasi elektabilitas Airlangga sebagai pembanding dari hasil survei sejumlah lembaga yang menunjukkan elektabilitas ketumnya masih rendah.

Doli pun enggan berandai-andai soal kemungkinan Golkar mengusung calon lain, apabila elektabilitas Airlangga tak kunjung meningkat hingga 2024 mendatang.

"Yang jelas hari ini kita sudah memutuskan bahwa kita punya calon presiden, dan itu yang sekarang sedang dikerjakan oleh seluruh jajaran partai," pungkas Doli.

 

PKB: 2 Tahun Lagi Cak Imin Salip Ganjar 

 

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) optimis Ketua Umum Muhaimin Iskandar atau Cak Imin bisa meningkatkan elektabilitasnya sebagai calon presiden 2024. 

 

Dalam survei Politika Research & Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia (PPI) yang baru dirilis hari ini, elektabilitas Cak Imin tercatat 0,1 persen dalam simulasi 32 nama. Sementara dalam simulasi 15 nama, nama Cak Imin tidak masuk dalam radar. 

 

Wakil Ketua Umum PKB Jazuli Fawaid menilai, masih banyak waktu bagi Cak Imin untuk berada di lima besar survei capres. Bahkan, kata dia, dalam dua tahun mendatang bisa saja Cak Imin yang belakangan merubah panggilan menjadi Gus Muhaimin menyalip elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. 

Sebab menurut Jazilul, elektabilitas capres potensial baik Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto belum sampai 30 persen. Diketahui, dalam survei tersebut elektabilitas Ganjar dalam simulasi 32 nama tercatat 23,1 persen dan Prabowo 21,6 persen.

 

“Saya sudah belajar, kalau seseorang elektoralnya belum 30 persen, belum ada jaminan jadi Presiden. Artinya angka Pak Muhaimin dan Pak Ganjar sama saja, tidak ada jaminan menang. Jadi saya uber dua tahun lagi Pak Muhaimin nyalip Pak Ganjar. Bisa jadi,” ujar Jazilul dalam Rilis Survei Nasional Political Outlook: Meneropong Poros Koalisi Partai secara daring, Senin, 27 Desember. 

 

Dari riset yang ada meskipun nama tersedia hanya itu-itu saja, kata Jazilul, tidak ada yang melebihi 30 persen. 

 

"Jadi nama Mbak Puan, Pak Muhaimin, siapa saja itu enggak signifikan untuk menang hari ini. Artinya nol. Kalau nol masa kami enggak boleh optimis meski angka Ketum kami belum besar?” sambungnya.

Alih-alih pesimis, Wakil Ketua MPR itu justru akan menjadikan hasil survei ini sebagai bahan evaluasi. Jazilul menyatakan anak buah Cak Imin akan menjadikan Pemilu 2024 sebagai momentum bagi PKB. Terlebuh, kata dia, hasil survei akan berubah seiring waktu.

“Apakah bisa potret kemenangan dilihat hari ini? Saya belum yakin. Karena angkanya di bawah 30 persen. Misal Pak Ganjar, Pak Prabowo mau menang dengan 25 persen sementara momen politiknya masih dua tahun. Jadi itu tantangan. Jadi catat aja, 2024 itu momentum bagi parpol. Jadi jangan sampai hanya karena survei kita nol persen dianggap kalah. Kemarin Pak Ma’ruf aja jadi wapres. Kalo orang bilang ini karena Pak Jokowi, ya apa pun caranya politik itu momentum,” tandas Jazilul.