Menlu Turki: Sebelum Taliban Mengambil Alih, Kami Mengelola Bandara Kabul Secara Militer, UEA Secara Sipil
JAKARTA - Turki, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA) dapat mengoperasikan Bandara Internasional Kabul Hamid Karzai Afghanistan secara trilateral, kata Abu Dhabi kepada Ankara, Menteri Luar Negeri Mevlüt Cavuşoğlu mengungkapkan Senin.
"Sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan, kami mengelola sisi militer bandara Kabul dalam lingkup NATO. Bagian sipil dipimpin oleh perusahaan UEA," sebutnya menjawab Daily Sabah dalam konferensi pers seperti dikutip 27 Desember.
Dia menunjukkan bahwa perusahaan beroperasi di sana selama sekitar satu setengah tahun.
"Pemerintahan Taliban telah menyatakan akan menerima proposal dari berbagai negara," tandasnya.
"Kami membuat kesepakatan dengan Qatar," ia menyoroti, merujuk pada upaya Ankara dan Doha untuk mengoperasikan bandara. Baru-baru ini, delegasi teknis dari Turki melakukan perjalanan ke Doha untuk berkoordinasi dengan pihak Qatar.
"Teman-teman kami di Doha terus mendiskusikan apa yang bisa dilakukan jika perusahaan gabungan (Qatar dan Turki) mengambil alih pengoperasian bandara."
Namun, dia menekankan bahwa Qatar dan Turki belum mencapai kesepakatan dengan Taliban. Menurutnya, adalah normal bahwa berbagai negara membuat penawaran selama proses itu.
Penguasa de facto UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), melakukan kunjungan resmi ke Ankara bulan lalu. Menlu Cavuşoğlu mengatakan masalah itu dibahas secara singkat di sela-sela pertemuan.
"Mereka (UEA) mengatakan kami dapat mengoperasikan bandara secara trilateral," ungkapnya.
Tidak ada pihak yang membuat tawaran konkret kepada pihak lain mengenai operasi bersama, tambahnya, menunjukkan bahwa diskusi serupa dengan Doha tidak terjadi antara kedua negara.
Menlu Cavuşoğlu mengatakan pada Hari Senin, Turki dapat bersama-sama mengoperasikan lima bandara di Afghanistan dengan Qatar setelah pembicaraan di Doha dan Kabul.
Sebelumnya, Turki telah bekerja dengan Qatar untuk membuka kembali bandara di ibukota Afghanistan untuk perjalanan internasional. Namun, perbaikan diperlukan sebelum penerbangan komersial dapat dilanjutkan.
Untuk diketahui, setelah Taliban menguasai negara itu, Turki menawarkan bantuan teknis dan keamanan untuk mengoperasikan bandara Kabul. Menjaga bandara tetap terbuka setelah pasukan asing menyerahkan kendali sangat penting untuk menjaga Afghanistan tetap terhubung dengan dunia dan mempertahankan pasokan bantuan yang tidak terputus untuk didistribusikan.
Baca juga:
- Keras Terhadap Etnis Uighur dan Muslim, China Copot Ketua Partai Komunis di Xinjiang
- Perangi Nazi saat Perang Dunia II: Mendiang Karolos Papoulias Dekat dengan Arafat hingga Khadafi, Kritisi Intervensi NATO
- Berduka atas Wafatnya Uskup Agung Desmond Tutu, Ratu Elizabeth II: Tak Lelah Bela Hak Asasi Manusia
- Sekjen NATO Bakal Gelar Pertemuan Rusia - Dewan NATO pada 12 Januari
Pemerintah Turki telah mengambil pendekatan pragmatis terhadap peristiwa baru-baru ini di Afghanistan. Menggarisbawahi bahwa realitas baru telah muncul di Afghanistan, Ankara mengatakan akan bergerak maju sesuai dengan itu sambil menjaga komunikasi dengan semua pemimpin yang relevan tetap terbuka.
Sebagai anggota NATO, Turki mempertahankan kedutaan besarnya di Afghanistan setelah negara-negara Barat menarik diri menyusul pengambilalihan Taliban dan telah mendesak negara-negara itu untuk meningkatkan keterlibatan. Pada saat yang sama, dikatakan Ankara akan bekerja sepenuhnya dengan Taliban jika mereka membentuk pemerintahan yang lebih inklusif.