Ubah Konsep Jadi Community Mall, Dirut Sarinah: Berbeda dengan Grand Indonesia
JAKARTA - Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati menjelaskan pihaknya tengah melakukan transformasi konsep bisnisnya. Hal ini menurutnya, bertujuan untuk menarik minat generasi milenial untuk datang.
Lebih lanjut, Fetty mengatakan, transformasi yang sedang dilakukan perseroan akan menjadikan Sarinah unik, dan tidak untuk menyaingi mal-mal di sekitarnya, seperti Grand Indonesia maupun Plaza Indonesia.
"Konsep yang akan kami angkat di Sarinah ialah konsep community mall, jadi enggak head to head dengan Grand Indonesia dan Plaza Indonesia dan lainnya. Tapi menjadi mall khusus dan unik karena mengandalkan komunitas, neighborhood dan public engagement. Itu yang menjadi daya tarik khusus untuk Sarinah," ucapnya, dalam konferensi pers pencanangan perdana transformasi Sarinah di pusat pembelanjaan Sarinah, Jakarta, Selasa, 18 Agustus.
Menurut Fetty, ada empat area yang menjadi bisnis Sarinah ke depan yaitu retail, trading, digital dan property. Khusus untuk retail selama ini Sarinah dikenal sebagai toserba atau department store, transformasi yang dilakukan akan mengubah konsep tersebut menjadi speciality store.
Fetty mengatakan, konsep speciality store dipilih karena lebih relevan untuk konsumen dengan pola belanja yang modern. Menurut dia, dengan konsep ini, produk yang akan ditawarkan Sarinah berupa fesyen, kerajinan, kesehatan dan kecantikan, aksesoris hingga tas.
Mengenai produk, kata Fetty, Sarinah juga akan membuat capacity builder bekerja sama dengan SMESCO, swasta dan kementerian lain untuk membuat UMKM naik kelas. Tak hanya itu, Sarinah juga akan membuat wadah untuk melakukan ekspor, meningkatkan kualitas produk dan desain.
Fetty mengatakan, Sarinah juga akan mengunggulkan budaya kuliner dengan menyajikan masakan nusantara pada bisnis food and beverage. Kedai kopi juga akan tersedia di mal Sarinah.
Baca juga:
Untuk menjangkau pelaku usaha internasional dan merambah turis mancanegara, Sarinah juga menghadirkan toko bebas pajak (duty free) dengan menempatkan lokasi tidak hanya di pusat kota, tetapi juga Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng serta Ngurah Rai, Bali.
Fetty berujar, produk karya UMKM yang sudah terkurasi dari berbagai kategori akan dipajang di Trading House. Sarinah diharapkan bisa menjadi agregator dan pusat data produk UMKM Indonesia untuk dipasarkan secara online dan offline.
"Trading House menjadi showcase produk yang sudah terkurasi dan bisa menjadi 'meeting hub' antara mitra internasional dan UKM," ucapnya.
Fetty menjelaskan, konsep baru yang akan dihadirkan Sarinah yakni zona budaya (culture zone) yang memberi edukasi baik budaya kuliner, seni hingga pengalaman (experience). Untuk memfasilitasi pekerja milenial, Sarinah juga menyediakan co-working space yang sebelumnya tidak ada di mal tersebut.
"Kami akan menjaga kekhasan produk Sarinah dan Sarinah diharapkan menjadi icon city atau destination. Sarinah menjadi must visit place di kemudian hari dan menjadi game changer untuk semangat lokalitas," tuturnya.