Survei SMRC: Masih Ada Masyarakat Tak Punya Akses Internet Belajar Online
JAKARTA - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil penelitian soal kegiatan belajar daring (online) di masa pandemi.
Hasilnya, sebanyak 24 persen responden mengaku tidak memiliki akses internet. Dalam arti, belum ada jaringan internet yang menjangkau tempat mereka tinggal, atau tidak memiliki platform untuk mengakses internet.
Sementara, ada 76 persen responden yang menyatakan memiliki akses internet untuk pembelajaran jarak jauh di masa pandemi COVID-19.
"Dari yang memiliki akses internet, hampir semuanya atau 95,1 persen mengakses internet lewat Hp/smartphone. Di samping lewat smartphone, ada sekitar 25,5 persen yang mengakses internet lewat laptop," kata Manajer Kebijakan Publik SMRC Tati D. Wardi dalam pemaparan survei via webinar, Selasa, 18 Agustus.
Tati menyebut, ada kesenjangan akses internet yang terlihat dari komposisi per daerah. Sekitar 96 persen warga yang tinggal di DKI dan Banten memiliki akses internet.
Sementara, akses internet di Jawa Barat sebanyak 71 persen, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta 72 persen, Jawa Timur 74 persen, Bali dan Nusa Tenggara 77 persen, Sumatera 76 persen, Sulawesi 71 persen, Kalimantan 79 persen, serta Maluku dan Papua 77 persen.
"Hal ini menunjukkan persentase akses internet pada wilayah di luar DKI Jakarta dan Banten jauh lebih rendah," ungkap Tati.
Baca juga:
Kesenjangan ini semakin terlihat dari kategori latar belakang pendidikan. Hanya 50 persen warga berpendidikan SD memiliki akses internet. Sementara di kalangan berpendidikan SMP naik menjadi 69 persen, SMA 88 persen, dan di kalangan berpendidikan Perguruan tinggi mencapai 96 persen.
Begitu juga bila dilihat berdasarkan tingkat pendapatan. Hanya 54 persen warga berpendapatan maksimal Rp1 juta per bulan memiliki akses internet.
"Sementara di kalangan warga berpendapat Rp1-2 juta per bulan naik menjadi 70 persen, kalangan berpendapatan Rp2-4 juta per bulan 86 persen, dan di kalangan berpendapatan di atas Rp 4juta 96 persen," lanjut dia.
Survei ini dilakukan pada periode 5 Agustus hingga 8 Agustus 2020 kepada 2.201 responden. Survei dilakukan dengan menghubungi responden lewat telepon.
Responden ini merupakan masyarakat yang telah disurvei pada periode sebelumnya. Margin of error dalam survei ini sebesar 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.