Mayoritas Warga Merasa Belajar <i>Online</i> Memberatkan
Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Mayoritas warga merasa kesulitan melakukan kegiatan belajar secara daring atau online di tengah pandemi COVID-19. Mereka lebih nyaman melakukan belajar dengan cara tatap muka.

Demikian hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengenai kegiatan belajar online.Survei ini dilakukan pada periode 5 Agustus hingga 8 Agustus 2020 kepada 2.201 responden, yang dilakukan dengan menghubungi responden lewat telepon. 

Responden ini merupakan masyarakat yang telah disurvei pada periode sebelumnya. Margin of error dalam survei ini sebesar 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Dari 2.201 responden, ada 5 persen di antaranya yang masih berstatus pelajar atau mahasiswa. Sementara, 87 persen di antaranya melaksanakan belajar online dan 13 persen tidak belajar online.

Dari responden pelajar yang menjalankan belajar online, tersebut, sebanyak 92 persen merasa banyak masalah yang mengganggu dalam kegiatan belajar jarak jauh.

"Sisanya, ada 8 persen responden yang merasa tidak terganggu dengan kegiatan belajar atau kuliah online," kata Manajer Kebijakan Publik SMRC Tati D. Wardi dalam pemaparan survei melalui webinar, Selasa, 18 Agustus.

Kemudian, Tati menjelaskan ada 70 persen masyarakat dari 95 responden yang bukan berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa namun memiliki anggota keluarga dengan status pelajar atau mahasiswa.

"Sebanyak 34 persen memiliki satu orang anggota keluarga yang masih bersekolah, 29 persen memiliki 2 anggota keluarga, 6 persen memiliki 3 anggota keluarga, dan 1 persen memiliki lebih dari 3 anggota keluarga," ucap Tati.

Dari 70 persen responden, ada sekitar 67 persen responden yang merasa kesulitan membayar biaya sekolah atau kuliah secara online. Lalu, 26 persen menyatakan sedikit berat membiayai, 6 persen menyatakan tidak merasa berat, serta 1 persen tidak menjawab.

"Warga mengaku biaya pembelajaran online memberatkan, seperti menyediakan biaya pulsa secara bulanan," ungkap dia.

Sementara, ada 29 persen sisanya mengaku tidak memiliki anggota keluarga yang bersekolah, dan 1 persen lainnya tidak menjawab.