Rencana Google dan Meta Bikin Kabel Data Bawah Laut ke Asia Temui Titik Terang
JAKARTA - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Komisi Komunikasi Federal (FCC) untuk segera mengizinkan perusahaan induk Google, Alphabet dan induk Facebook, Meta untuk menggunakan sistem kabel bawah laut.
Sistem itu nantinya bertujuan untuk menangani pertumbuhan lalu lintas internet dengan sejumlah negara di Asia. Melalui sistem tersebut, baik Alphabet maupun Meta akan mengirim dan menerima data pada Pacific Light Cable Network sepanjang 8.000 mil.
Diketahui, sistem kabel serat optik bawah laut akan menghubungkan Amerika Serikat, Taiwan, Filipina, dan Hong Kong. Sekitar 300 kabel bawah laut membentuk tulang punggung internet, mentrsnsmisikan 99 persen lalu lintas data dunia.
Meta meminta izin untuk menggunakan bagian Filipina-ke-AS, sementara Alphabet telah meminta izin untuk terhubung ke Taiwan. Kedua perusahaan berkomitmen untuk melindungi privasi dan keamanan data AS, terutama terhadap operasi intelijen China.
"Sistem kabel meningkatkan kapasitas internet antara Amerika Serikat dan Filipina untuk membantu orang tetap terhubung dan berbagi konten. Kabelnya aman dan data dilindungi melalui enkripsi canggih," ungkap juru bicara Meta seperti dikutip dari Reuters, Sabtu, 18 Desember.
Baca juga:
- Fitur Belanja Online di Google Chrome Bikin Pengguna Hemat Anggaran
- Berkah atau Musibah? Meta Bangun Pusat Data Terbesar di Zeewolde, Penduduk Khawatir Sedot Listrik
- Berpengalaman di Pilkada, Mendagri Tito Minta Kepala Daerah di Aceh Netralisir Hoaks Vaksin COVID
- Di Aceh Mendagri Tito Minta Pemda Penuhi Target Vaksinasi 70 Persen
Alphabet dan Meta sebelumnya pernah berencana ingin menggunakan kabel jaringan ke Hong Kong, yang dikendalikan oleh Beijing. Sayangnya, beberapa lembaga pemerintah AS merekomendasikan untuk membatalkan rencana itu pada tahun 2020 lalu.
Departemen Kehakiman mengatakan perjanjian keamanan nasional dengan Alphabet dan Meta diperlukan mengingat akan ada upaya berkelanjutan China untuk memperoleh data pribadi yang sensitif dari jutaan orang AS.
Sebab itu, Alphabet akhirnya memilih negara di Asia lainnya tanpa melirik China, karena perusahaan membutuhkan koneksi data untuk menangani lalu lintas yang meningkat antara pusat datanya di Taiwan dan AS.
Namun, keduanya harus menepati hal-hal yang tertuang dalam perjanjian. Alphabet dan Meta harus melakukan penilaian risiko tahunan terhadap data sensitif, dan mereka harus dapat membatasi atau menghentikan lalu lintas data melalui kabel dalam waktu 24 jam.