Israel Berencana Buka Lowongan untuk Tenaga Kerja Asing, Terutama untuk Industri Teknologi Tinggi

JAKARTA – Israel berencana ingin mengimpor pekerja asing untuk sektor teknologi tingginya sebagai percobaan untuk mengimbangi kekurangan tenaga kerja di era pandemi.  Menteri Keuangan Israel, Avigdor Lieberman, mengatakan hal itu pada Senin, 13 Desember.

Dalam sambutannya kepada legislator partainya, Lieberman mengatakan Israel mengalami kekurangan tenaga kerja di seluruh perekonomian secara keseluruhan selama pandemi virus corona. Para pengusaha mulai menuntut tindakan nyata dari pemerintah, termasuk izin kerja untuk orang asing.

"Kami akan melakukan semacam eksperimen di sektor teknologi tinggi. Kami akan menyetujui mendatangkan pekerja asing , bahkan untuk sektor teknologi tinggi," kata Lieberman dalam wawancara, yang disiarkan di televisi Israel dan dikutip Reuters.

Lieberman tidak memberikan angka atau kerangka waktu untuk persidangan di industri teknologi tinggi Israel yang sedang booming, yang sudah mengumpulkan keuntungan hingga 25 miliar dolar AS (Rp 357 triliun ) tahun ini.

Orang asing saat ini tidak diizinkan masuk ke Israel dalam upaya untuk memperlambat penyebaran varian Omicron COVID-19.

Avi Hasson, CEO Start-Up Nation Central, sebuah kelompok nirlaba yang mengikuti ekosistem teknologi Israel, mengatakan sektor ini menderita "kekurangan puluhan ribu karyawan yang cukup kronis ".

Gaji di industri teknologi di Israel disebut jauh lebih tinggi daripada rata-rata negara lain, dan sektor ini mempekerjakan sekitar 10% dari tenaga kerja nasional. Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, mengatakan dia berharap angka itu akan naik menjadi 15%.

Perusahaan teknologi lokal di Israel saat ini bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan dengan ratusan perusahaan multinasional dengan pusat R&D di Israel, termasuk Apple, Facebook, Microsoft, IBM, Google, dan Intel. Ini membuat kebutuhan tenaga kerja teknologi sangat terbuka di Israel. Tertarik untuk bekerja di sana?