Usai Membunuh 1 Keluarga di Jepang, Pelaku Masih Sempat Main Komputer dan Makan Es Krim Sebelum Kabur
JAKARTA - Satu keluarga tewas dibunuh dengan keji di Setagaya Ward Tokyo 20 tahun lalu. Siapa pelaku pembunuhnya, belum berhasil ditemukan polisi. Padahal ribuan bukti sudah dikantongi polisi.
Ada banyak fakta-fakta yang berhasil dikumpulkan polisi dalam mengusut kasus ini. Bagaimana tidak, 280.000 petugas sudah dan masih terlibat dalam penyelidikan hingga saat ini.
Polisi sudah memiliki lebih 16.000 informasi dari publik. Belum lagi hadiah 20 juta yen untuk informasi yang mengarah pada penangkapan si pembunuh atau pembunuh.
Tapi yah itu tadi, jejak pelaku raib tak berbekas.
Baca juga:
- 75 Ribu Orang Sudah Diperiksa, Tapi Kasus Kematian Mahasiswi yang Dibakar Tahun 1996 Belum Terpecahkan
- Pria Berbadan Kecil dan Berjas Hujan Kuning di Dekat Rumah Mahasiswi yang Dibakar Tahun 1996, Pelaku?
- Rp1 Miliar Disiapkan untuk Pemberi Informasi Pelaku Pembunuhan Mahasiswi Jepang 25 Tahun Lalu
- 25 Tahun Berlalu, Baru Informasi ini yang Didapat Polisi untuk Menemukan Pembunuh Mahasiswi Tahun 1996
Dilansir dari Japan Today pekan lalu, Mikio Miyazawa (44 tahun); istri Yasuko (41 tahun); putrinya Niina (8 tahun) dan putranya Rei (6 tahun) ditemukan tewas pada pagi hari tanggal 31 Desember 2000. Rei dicekik hingga meninggal. Sedangkan tiga lainnya ditikam sampai mati.
Polisi menemukan cukup banyak jejak pelaku di rumah korban. Ada sidik jari dan bukti lain yang menunjukkan si pembunuh masih sempat menggunakan komputer dan makan es krim usai melakukan pembunuhan.
Bahkan pelaku juga diduga kuat masih ada beberapa jam di dalam rumah sebelum pergi keesokan paginya sebelum fajar.
Polisi menjamin tidak akan pernah menyerah sampai kasus ini diselesaikan. Salah satu usahanya adalah 11 Desember kemarin polisi membagikan brosur di stasiun kereta Seijogakuenmae untuk meminta bantuan informasi kepada warga yang lewat. Dan ini dilakukan setiap tahun dengan harapan seseorang akan memberikan informasi baru.
Polisi juga manekin yang mengenakan pakaian yang mirip dengan apa yang diyakini telah dikenakan oleh si pembunuh.
Polisi menyimpulkan pakaian, termasuk sweter, dan pisau yang ditinggalkan di tempat kejadian telah dibeli di Prefektur Kanagawa. Tiga jenis pewarna fluoresen bubuk ditemukan di sepatu dan tas yang ditinggalkan di tempat kejadian. Di saku sweter, yang baru dijual dua bulan sebelum pembunuhan terjadi, ditemukan jejak burung yang berjatuhan, pohon zelkova Jepang, dan daun willow.