Wamen BUMN Tantang Pertamina dan PLN, Soal Apa?
JAKARTA - Kebutuhan energi yang bersih dan ramah lingkungan terus meningkat sejalan perubahan iklim. Kebutuhan ini mendorong transfomasi sistem energi kedua yang akan terjadi secara masif dalam kurun waktu lima hingga 10 tahun ke depan.
Wamen BUMN Budi Gunadi Sadikin mengatakan, perubahan sistem energi kedua ini juga menjadi tantangan untuk dua perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang energi yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
"Perusahaan-perusahaan tambang, minyak akan sangat berubah. Saya bilang ke Pertamina apa yang terjadi kalau misalnya mobil combustion engine, mobil yang berasal dari transisi energi zaman pertama berubah jadi mobil listrik. 65 persen income Pertamina berasal dari bahan bakar bensin akan sangat buruk," tuturnya, dalam diskusi virtual, Rabu, 12 Agustus.
Tak hanya Pertamina, kata Budi, kondisi itu juga akan terjadi di PLN. Budi bilang, sebagian besar pembangkit PLN menggunakan batu bara. Menurut dia, nantinya batu bara akan menjadi bahan baku yang sulit dan mahal untuk digunakan.
"Tapi saya juga bilang ke PLN apa yang akan terjadi dengan mereka? Karena sebagian besar dari pembangkit PLN berasal dari bahan batu bara, yang nanti akan menjadi lebih mahal, lebih sulit dan lebih dimusuhi. Lebih menjadi sangat negatif bagi industri-indutri yang ingin membeli energi dari PLN," katanya.
Baca juga:
Menurut Budi, kondisi ini jangan dipandang sebelah mata ataupun dianggap enteng. Ia menegaskan, sejumlah langkah perlu dilakukan oleh kedua perusahaan pelat merah ini agar bisa bertahan ketika perubahan energi kedua terjadi.
"Kita perlu mengubah sistem, kita perlu mengubah strategi pembangkitnya dari pembangkit sifatnya karbon base menjadi renewable base. Kita harus memikirkan bahwa pembangkit yang renewable tidak tersedia 24 jam kali 7 day. Kita harus memikirkan temporary storage," ucapnya.
Budi mengatakan, transformasi sistem energi kedua nantinya juga akan mengubah distribusi energi itu sendiri. Awalnya masyarakat mendapatkanya dengan cara disediakan oleh perusahaaan, namun nantinya masyarakat dapat membangun sendiri.
"Kemudian distribusinya juga akan berubah karena orang-orang akan membangun solar sel di rumahnya masing-masing. Perubahan sistem energi 5-10 tahun ke depan akan sangat masif, sama seperti perubahan energi pertama itu menciptakan banyak losers. Perusahan yang membangun kapal layar kalah dengan perusahaan yang membangun kapal uap," jelasnya.