Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah menargetkan penerapan program mandatori biodiesel 40 persen (B40) pada Juni 2021. Langkah pemerintah ini mendapat dukungan dari stakeholder sektor industri kelapa sawit sebab dianggap dapat menyejahterakan 16 juta petani sawit.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia sebagai negara nomor lima terbesar penghasil sawit di dunia tentu memiliki posisi strategis dan menentukan dalam bisnis sawit dunia.

Lebih lanjut, dia mengatakan, pengelolaan sawit menjadi bahan bakar tidak hanya dapat menekan beban impor bahan bakar minyak tetapi juga menghemat penggunaan anggaran negara.

"Setahun ke depan baik oleh Kementerian ESDM dan BPPT yang akan bekerjasama melalui uji coba dicampurkannya B30 dan B10 terhadap kendaraan bermotor. Saya berharap program ini berjalan dengan baik, tepat waktu sehingga membawa banyak manfaat bagi masyarakat," katanya, dalam acara Exclusive Interview oleh CNBC Indonesia yang bertajuk "Biodisel Pascapandemi COVID-19, Lanjut atau Terhenti?" Kamis, 30 Juli.

Biodiesel B40 adalah bahan bakar minyak (BBM) yang komposisinya terdiri dari campuran B30 sebanyak 40 persen bahan bakar nabati dan 10 persen kandungan D100. B40 ini nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Mengingat, pemerintah Indonesia berkomitemen untuk mengunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.

Sementara itu, Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit, Eddy Abdurrachman mengaku, optimistis bahwa penerapan mandatori B40 bisa terealisasi pada Juni tahun depan. BPDP siap mendukung langkah pemerintah.

Menurut Eddy, selama ini BPDPKS beri dukungan dalam rangka B40 dalam riset-riset kerja sama dan tahapan udah ujicoba khususnya di sektor transportasi. Sehingga sesuai time line B40 bisa diimplementasi di Juni 2021.

Terkait dengan kesiapan masyarakat untuk menggunakan biodiesel, menurut dia, selama ini secara tak sadar masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan biodiesel.

"Secara enggak sadar masyarakat sebetulnya gunakan. Ada beberapa sektor yang manfaatkan program B30 pertama usaha mikro perikanan pertanian. Kalau kita lihat nelayan gunakan B30. Transportasi juga. Pengembangan listrik PLN gunakan B30 sekarang, dan industri-industri sekarang gunakan solar biodiesel," ucapnya.

Biodisel Dapat Selamatkan Petani Sawit

Sependapat, Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor mengatakan, masyarakat sudah familiar dengan biodiesel setidaknya sejak 2015. Pada dasarnya kesiapan masyarakat sudah sangat baik.

"Isi ke pom bensin padahal solar udah biodiesel. B20, B30 kalau kita isi itu B30," katanya.

Tumanggor mengatakan, pengembangan B40 untuk kendaraan bermotor merupakan langkah yang tepat. Sebab, jika proyek biodiesel ini dihentikan akan berdampak pada 16 juta jiwa petani sawit Indonesia.

"Intinya begini bahwa ada 16 juta yang terlibat dalam perkebunan dan industri sawit. Berandai-andai kalau tidak lanjut maka korbannya 16 juta jiwa," tuturnya.

Selain itu, kata dia, manfaat lain dari pengembangan B40 ini adalah Indonedia akan memiliki energi terbarukan yang luar biasa. Apalagi, produksi sawit Indonesia mencapai 48 juta ton yang di mana 70 persen untuk ekspor dan 30 persen untuk konsumsi dalam negeri.

"Kalau ini kita tidak jadikan biodisel harga itu pasti kan turun, katakan kalau sekarang di atas 600 bisa itu jadi seperti tahun 2015 itu sudah mendekati harga 500 dan saat itu ekonomi kita langsung melemah. Kenapa? Karena penerimaan devisa kita turun drastis," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional Budi Santoso Syarif menambahkan produk B30 maupun nanti B40 pastinya melalui proses uji di kendaraan masyarakat. Selain, biodiesel juga ramah lingkungan termasuk nantinya di masa depan sampai B100.

"Seperti yang disampaikan Pak Tumanggor uji tes sepanjang 40 ribu KM dijalankan tiap hari dan berbagai kontur jalan dan temperatur. Kita lewati Dieng, jadi disampaikan ke masyarakat itu sudah diuji B30," katanya.