Wawancara Pertama dan Sepak Terjang Bens Leo Sang Pengamat Musik
JAKARTA - Kabar duka menyelimuti dunia musik Indonesia. Pengamat musik, Benedictus Benny Hadi Utomo atau akrab disapa Bens Leo meninggal dunia pada Senin 29 November 2021.
Bens Leo mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Menurut unggahan Stanley Tulung, Bens Leo meninggal pukul 08.24 WIB karena terinfeksi COVID-19.
“Telah berpulang sahabat kita wartawan legenda BENS LEO di ICU Rs. Fatmawati pd pk 8.24. Semoga alm. Diampuni dosa2nya dimuliakan disisi Tuhan Ymk dan dalam husnul fatimah,” kata Stanley Tulung.
Pihak keluarga kemudian merilis tulisan yang berisi pengumuman meninggalnya Bens Leo. Mereka berharap di tengah pandemi COVID-19, para kerabat dan teman terdekat bisa mengirimkan doa dari rumah masing-masing.
Tidak hanya Bens Leo, menurut keterangan sahabatnya lewat unggahan Instagram, Niny Sunny, istri dan anak Bens Leo juga dirawat di rumah sakit akibat COVID-19.
Profil Bens Leo
Bens Leo lahir pada pada 8 Agustus 1952. Ia menikah dengan dokter ahli gizi bernama dr. Pauline Endang Praptini MS, Sp.GK. Pernikahan keduanya dikaruniai seorang anak bernama Addo Gustaf.
Soal musik dan film, tidak ada yang tak kenal Bens Leo. Bens Leo bukan cuma pengamat. Ia juga aktif di dalam ekosistem industri hiburan.
Bens Leo dikenal keras menentang pembajakan musik. Menurut Bens Leo, pembajakan bukan hanya tentang perusahaan rekaman atau pemerintah, tetapi juga sesama musisi. Bens Leo juga menjelaskan pembajakan memicu penurunan penjualan karya musik dalam bentuk fisik.
"Empat atau lima tahun lalu, saya pernah diwawancara soal pembajakan. Dari rilis yang saya terima keberadaan CD original masih 10%, sekarang tinggal 1% original dan 99% bajakan. Ini parah kan?" kata Bens Leo, pada Rabu 31 Juli 2013, melansir Liputan 6.
Wakil Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana memberantas pembajakan CD, VCD, atau DVD yang beredar di mal-mal. Langkah tersebut lalu disambut begitu baik oleh Bens Leo.
Sebelum terjun di dunia jurnalisme musik, Bens Leo sempat ingin mengikuti pendidikan AKABRI. Namun Bens Leo gagal mengemban ilmu di AKABRI karena terlambat mendaftar di sekolah penerbangan Curug.
Namun kegagalan Bens Leo tersebut justru menuntunnya menjadi salah satu jurnalis dan pengamat musik paling disegani di Indonesia. Mengutip Museum Musik Indonesia, rekam jejak jurnalisme Bens Leo ada dalam berbagai rubrik seperti artikel di Majalah Aktuil, Saya dan Event Organizer, Saya dan Produser Musik, Saya dan Media Cetak, Saya Radio, TV; Saya dan Media Digital, Saya dan Keluarga, Menjadi Keluarga R.Hartomo, Saya Menjadi Juri, Saya dan Museum Musik Indonesia, Saya dan Sahabat Jurnalis, 50 Tahun Berkarya.
Karya jurnalisme musik Bens Leo
Tulisan pertama Bens Leo dimuat pada 1971. Tulisan tersebut merupakan wawancaranya dengan salah satu anggota Koes Ploes yaitu Tonny Koeswoyo.
Saat melakukan wawancara, Bens Leo masih berusia 19 tahun. Wawancara dengan Tonny Koewoyo pun terbilang nekat karena Bens Leo hanya memiliki perlengkapan seadanya saat itu.
Namun Tony Koewoyo saat itu tetap mengiyakan wawancara tersebut. Setelah wawancara selesai, Bens mengirimkan artikel hasil wawancara tersebut ke Berita Yudha Sport & Film.
Seminggu setelahnya, artikel Bens yang berjudul Sejarah Koes Bersaudara itu dimuat sebagai headline di surat kabar. Bens Leo kemudian direkrut untuk menulis di rubrik Seni Budaya.
Tony Koeswoyo lalu memberi Bens Leo referensi untuk mewawancarai Panbers. Artikel dari wawancaranya dengan Panbers dikirim ke majalah Aktuil. Dari Aktuil, nama penanya sebagai jurnalis berubah dari Benny SW menjadi Bens Leo.
Sejak saat itu tulisan Bens Leo mewarnai majalah Aktuil, baik tulisan hasil wawancara, liputan, maupun informasi seputar musik. Pada 1976, Bens Leo melakukan liputan pertama ke luar negeri. Ia meliput World Popular Song Festival di Tokyo, Jepang.
Pada Oktober 2021, Bens Leo meluncurkan buku bertajuk Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik. Buku tersebut diluncurkan bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-69 tahun sekaligus perjalanan karier yang ke-50 tahun.
Buku Bens Leo dan Aktuil, Rekam Jejak Jurnalisme Musik diketahui terbagi dalam tiga babak besar. Babak-babak tersebut memuat artikel hasil wawancara Bens Leo dengan para musisi dan laporan hasil liputan Bens Leo saat jadi wartawan Aktuil perwakilan Jakarta.
*Baca Informasi lain soal MUSIK atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.
BERNAS Lainnya
Baca juga:
- Bagaimana Get Back Mengubah Persepsi Kita tentang Kehancuran The Beatles
- Mutasi Virus Memang Lumrah, Tapi Varian Baru Virus COVID-19 B.1.1.529 Ini Pengecualian
- Healing, Healing, Healing, Billing
- Korut Hukum Mati Penyelundup Film Korsel tapi Juga Pernah Culik Sutradara Korsel untuk Majukan Perfilman Korut