Jalan Panjang Peperangan Uni Soviet dan Afghanistan
JAKARTA - Sejak dahulu kala, Afghanistan dan Rusia adalah karib. Ketika dua negara ini masih sama-sama berbentuk monarki, hubungan itu terjaga dengan baik. Memasuki peralihan zaman, hubungan dua negara mengalami banyak dinamika.
Saat Tsar Nicolas II bersaing dengan Inggris berebut perluasan wilayah, kerajaan Afghanistan sudah menjadi sekutu Tsar Rusia. Hubungan baik berlanjut pada masa Uni Soviet. Kala itu, Uni Soviet menegaskan kekariban mereka lewat bantuan jutaan rubel emas, senjata, amunisi, serta pelatihan militer untuk Afghanistan.
Riak-riak perpecahan kedua negara berawal dari runtuhnya Kerajaan Afghanistan akibat kudeta yang dilakukan oleh Mohammad Daoud. Ia menuding Raja Zahir --yang saat itu berkuasa-- melakukan korupsi. Raja Zahir kala itu juga dinilai gagal memperbaiki ekonomi Afghanistan. Segala desakan itu akhirnya mendorong Raja Zahir menyerahkan kekuasaannya pada 17 Juli 1973.
Mohammad Daoud naik ke tampuk kekuasaan. Langkah besar pertama yang dilakukan Mohammad Daoud adalah membubarkan sistem monarki dan menggantinya dengan sistem republik. Mohammad Daoud berambisi mereformasi Afghanistan dengan cara membuka keran kebebasan berpolitik, berpendapat, berorganisasi dan menumbuhkan beragam ideologi hidup di Afghanistan.
Sayang, kebebasan itu justru memicu jatuhnya kekuasaan Mohammad Daoud sendiri. Ia dinilai gagal mereformasi Afghanistan. Gelombang protes pun bermunculan di tengah masyarakat. Protes yang secara masif dilancarkan oleh Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan yang berideologi komunis. Pada April 1978, Mohammad Daoud digulingkan dari kekuasaannya. Bahkan, ia beserta seluruh keluarganya dijatuhi hukuman mati.
Menyusul penggulingan Mohammad Daoud, Sekretaris Partai Demokrasi Afghanistan Muhammad Taraki maju sebagai Presiden Dewan Revolusi Republik Demokratik Afghanistan dengan Hafizullah Amin sebagai wakilnya. Selama memimpin, rezim Taraki yang merhaluan komunis menerapkan program revolusi bergaya Uni Soviet.
Laju revolusi bentukan Taraki memunculkan perlawanan dari kalangan Islam konservatif yang tergabung dalam kelompok Mujahidin. Mereka menganggap jalan revolusi itu bertentangan dengan Islam. Lalu, pada tahun 1978, Mujahidin memulai pemberontakan di wilayah Nuristan. Perang saudara tak terelakkan. Perpecahan antara kelompok pro-Taraki dan pro-Mujahidin menyebar hingga seluruh wilayah Afghanistan.
Sialnya, wakil Taraki, yakni Hafizullah Amin mencoba memanfaatkan kondisi ini untuk merebut kekuasaan dari Taraki dengan cara mendukung dan memanfaatkan kelompok Mujahid. Hafizullah jugalah yang meminta bantuan Amerika Serikat dengan dalih menghentikan dominasi komunis di Afghanistan.
Permintaan bantuan Hafizullah disambut dengan cepat oleh Amerika. Pada 3 Juli 1979, Presiden Jimmy Carter menandatangani perintah operasi CIA untuk melawan rezim komunis dan membantu Hafizullah di Afghanistan. Bantuan diberikan dalam bentuk uang serta pasokan senjata untuk kelompok Mujahidin. Tak hanya itu. Hafizullah juga menggalang kekuatan dari Pakistan dan Arab Saudi.
Dengan kekuatan sebesar itu, konflik makin melebar. Tercatat, 24 dari 28 provinsi dilanda kekacauan akibat pemberontakan kelompok Mujahidin. Mereka berhasil membantai sekitar seratus penasihat militer Uni Soviet pendukung Taraki. Pada 14 September 1979, Taraki dibunuh. Pelaku pembunuhan yang diduga orang suruhan Hafizullah membekap Taraki dengan bantal ketika ia tertidur.
Usai kekuasaan ia genggam. Hafizullah Amin merancang rencana untuk menyingkirkan segala musuhnya, termasuk orang-orang yang setia kepada Uni Soviet. Melihat pengkhianatan Hafizullah Amin, Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan kemudian melancarkan pemberontakan balasan dengan meminta bantuan Uni Soviet. Bantuan itu datang berupa pasukan terjun payung yang mulai mendarat di Kabul pada 23 Desember 1979.
Memasuki perang dingin
Selanjutnya, Uni Soviet melancarkan Operasi Badai 333 dengan menurunkan pasukannya ke Kabul. Pasukan skala besar itu meliputi 280 pesawat tempur dan tiga kelompok tentara, dengan total sekitar 8.500 pasukan. Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan pun mengerahkan kekuatan massa dalam pemberontakan itu. Semangat pemberontakan itu adalah menggulingkan Hafizullah Amin demi mengembalikan kekuasaan Afghanistan di bawah ideologi komunisme.
Operasi ini berhasil meski sempat menghadapi perlawanan sengit dari kelompok pemerintahan dan Muhajidih. Beberapa hari berhadap-hadapan, Uni Soviet berhasil mengambil alih kekuasaan Ibu Kota Kabul dan menangkap Hafizullah Amin. Seperti pendahulunya, Mohammad Daoud, Hafizullah Amin juga dihukum mati. Tanggal 28 Desember 1979, Komite Pusat Revolusi Afghanistan mengeksekusinya. Komite ini juga yang kemudian menunjuk Babrak Karmal, seorang loyalis Uni Soviet sebagai kepala pemerintahan yang baru.
Untuk memperkuat posisinya, Uni Soviet mengirimkan kembali pasukan tambahan melalui wilayah utara Afghanistan. Sementara, kelompok Mujahidin mulai melancarkan strategi dan serangan baru. Sementara itu, Mujahidin terus melakukan perlawanan dengan menerapkan strategi gerilya. Mereka menyerang dengan cepat, lalu kembali ke gunung.
Bagi Mujahidin, Uni Soviet adalah orang asing yang harus diusir. Mereka bahkan memproklamirkan perang suci melawan Uni Soviet dalam rangka menarik dukungan dari negara tetangga di Timur Tengah. Selama pendudukan Uni Soviet di Afghanistan, peran Amerika Serikat terus berjalan. Mereka lah yang memberikan senjata, amunisi hingga rudal anti pesawat kepada pasukan Mujahidin. Rudal tersebut berhasil dipergunakan Mujahidin untuk menembak jatuh pesawat tempur Uni Soviet.
Perang Afghanistan yang berlangsung selama puluhan tahun itu merupakan salah satu bentuk perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat sebagai dua negara adidaya yang bersaing pasca-perang dunia kedua. Amerika Serikat sebagai pemimpin Blok Barat dan Uni Soviet selaku pemimpin Blok Timur.
Upaya perdamaian
Pada November 1986, Muhammad Najibullah muncul sebagai jawaban atas perdamaian. Kepala Polisi Afghanistan itu dipilih sebagai presiden. Dari jabatannya, Muhammad Najibullah berupaya keras menyelesaikan perang saudara yang berlangsung. Kala itu, Uni Soviet tak lagi memberi bantuan dalam bentuk prajurit, melainkan sebatas bantuan ekonomi. Sementara, Amerika Serikat yang berkongsi dengan Pakistan juga tak menghentikan dukungan untuk kelompok Mujahidin.
Muhammad Najibullah sendiri mencoba membangun dukungan untuk pemerintahannya melalui jalur reformasi. Pemerintahan Afghanistan di bawah Muhammad Najibullah segera melakukan rekonsiliasi nasional dengan menjauhkan diri dari sosialisme demi terwujudnya nasionalisme Afghanistan. Pemerintahan Muhammad Najibullah juga menghapus dominasi satu partai dan membiarkan nonkomunis bergabung dalam pemerintahan.
Dialog pun dibuka antara kelompok Mujahidin dan kelompok lain. Afghanistan juga menjadikan Islam sebagai agama resmi. Selain itu, segala referensi tentang komunisme dihapuskan. Segala langkah itu berhasil mengurangi pengaruh Uni Soviet di dalam pemerintahan Afghanistan. Namun, langkah itu tak serta merta menarik simpati kelompok Mujahidin pada rezim Muhammad Najibullah.
Invasi ke Afghanistan ini merupakan yang pertama kali dilakukan Uni Soviet di luar wilayah Blok Timur. Pendudukan wilayah Afghanistan ini berakhir pada tahun 1989, saat Uni Soviet dipimpin oleh Mikhail Gorbachev. Uni Soviet mulai menarik pasukan mereka pada 15 Mei 1988. Pasukan Uni Soviet terakhir meninggalkan Afghanistan pada bulan Februari 1989.
Akhir perang Afghanistan ini membuat Uni Soviet didera kerugian, seperti 15.000 tentara tewas, kerugian finansial yang sangat besar bagi negara, dan menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.