Peringatkan Moskow Jangan Coba-coba Serang Ukraina, NATO Sebut Konsekuensi Ditanggung Rusia
JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg memperingatkan Rusia pada Hari Jumat, setiap upaya untuk menyerang Ukraina akan menimbulkan kerugian.
Peringatan ini dikeluarkan seiring dengan meningkatnya kekhawatiran tentang penumpukan militer Rusia, di wilayah dekat perbatasan bekas tetangga Uni Sovietnya tersebut.
Ukraina mengatakan, Moskow menempatkan sekitar 90.000 tentara di dekat perbatasan bersama mereka, setelah latihan perang besar-besaran di Rusia barat awal tahun ini.
Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan, unit tentara ke-41 Rusia tetap berada di dekat Yelnya, sekitar 260 kilometer (160 mil) utara perbatasan. Sementara, Moskow menyangkal pihaknya merencanakan invasi, menolak untuk memberikan rincian tentang pergerakan pasukan di wilayahnya sendiri.
"Jika Rusia menggunakan kekuatan terhadap Ukraina yang akan menimbulkan 'biaya', itu akan memiliki konsekuensi," ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg seperti mengutip Daily Sabah 27 November, menjelang pertemuan menteri luar negeri organisasi militer 30 negara di Latvia 30 November - 1 Desember 1, di mana kegiatan Rusia akan menjadi agenda utama.
"Ini adalah kedua kalinya tahun ini Rusia mengumpulkan konsentrasi pasukan yang besar dan tidak biasa di kawasan itu," sambung Stoltenberg kepada wartawan.
Dia menambahkan itu termasuk tank, artileri, unit lapis baja, drone dan sistem peperangan elektronik, serta pasukan siap tempur.
"Penumpukan militer ini tidak beralasan dan tidak dapat dijelaskan. Ini meningkatkan ketegangan dan berisiko salah perhitungan," tegas Stoltenberg.
Dia mengakui, "tidak ada kepastian tentang niat Rusia" tetapi mengatakan "ini adalah penumpukan militer oleh negara yang telah menginvasi Ukraina sebelumnya.”
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014, setelah presiden negara yang bersahabat dengan Moskow itu digulingkan dari kekuasaan oleh protes massa. Beberapa minggu kemudian, Rusia memberikan dukungannya di belakang pemberontakan separatis yang pecah di timur Ukraina.
Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Moskow membantahnya, dengan mengatakan orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan. Lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran yang menghancurkan jantung industri timur Ukraina yang dikenal sebagai Donbass.
Baca juga:
- Baru 12 Jam Menjabat, PM Wanita Pertama Swedia Magdalena Andersson Mengundurkan Diri
- Tolak Permintaan China Pindahkan Kapal Perang dari Laut China Selatan, Menhan Filipina: Sudah Ada dari 1999
- Selamatkan Pengemudi Wanita yang Pingsan di Jalan Tol dari Kecelakaan Maut, Pria Ini Rela Menabrakkan Mobilnya
- Resmi Sandang Dan-9 Sabuk Hitam Taekwondo, Donald Trump Sejajar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
Untuk diketahui, sebuah perjanjian damai 2015 yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman membantu mengakhiri pertempuran skala besar, tetapi upaya untuk mencapai penyelesaian politik telah gagal. Pertempuran sporadis terus berlanjut di sepanjang garis kontak yang tegang.
Sementara, NATO tidak akan dapat memberi Ukraina dukungan militer substansial pada waktunya untuk membuat perbedaan terhadap pasukan Rusia, sehingga langkah-langkah ekonomi seperti sanksi Barat lebih mungkin digunakan untuk menimbulkan biaya keuangan di Moskow.