Bahlil Sebut Pemerintah Habiskan Rp70 Triliun untuk Subsidi Elpiji per Tahun: Kita Dorong Penggunaan DME
JAKARTA - Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa pemerintah menghabiskan anggaran sebesar Rp70 triliun untuk subsidi liquified petroleum gas (LPG) atau elpiji per tahun.
Bahlil mengatakan harga LPG di pasar dunia yaitu 850 dolar Amerika per ton. Sementara, harga di pasar dipatok Rp5.300 per kilogram (Kg). Kata Bahlil, selama ini pemerintah mengimpor LPG sebesar 5,5 juta hingga 6 juta ton per tahun.
Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintah pun menghabiskan sekitar Rp12 triliun per 1 juta ton untuk memberikan subsidi bagi warga tidak mampu.
"Kalau kali 5,5 juta ton, sekitar Rp60 sampai Rp70 triliun habis untuk subsidi LPG," katanya dalam acara Economic Outlook Prospek Investasi 2022, Selasa, 23 November.
Karena perbandingan harga tersebut, kata Bahlil, pemerintah Tengah merancang peralihan penggunaan LPG menjadi Dimethyl Ether (DME). Peralihan tersebut akan menghemat pengeluaran negara sebesar Rp20 triliun per tahun. Adapun, DME merupakan produk dari hilirisasi batubara kalori rendah untuk menggantikan LPG.
"Hitungan kami efisiensi besar-besaran karena harga DME tidak sebesar LPG yang 850 dolar AS per ton. Maksimal 650 hingga 700 dolar AS per ton. Jadi bisa efisiensi Rp20 triliun per tahun dari total impor (LPG)," ucapnya.
Baca juga:
Sekadar informasi, pemerintah terus menggenjot proyek gasifikasi batu bara menjadi DME guna mengurangi ketergantungan impor LPG. Hal itu ditandai dengan penandatanganan kesepakatan antara PT Pertamina (Persero) dan Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan perusahaan asal Amerika Serikat Air Products & Chemicals Inc (APCI).
Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa gasifikasi batubara tersebut masuk ke dalam proyek strategis nasional (PSN) yang akan dilakukan di Tanjung Enim selama 20 tahun.
Nilai investasi yang akan digelontorkan dari APCI sebesar 2,1 miliar dolar atau setara Rp30 triliun dan dengan utilisasi 6 juta ton batubara per tahun.
Erick mengatakan, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun dan mengurangi impor LPG sebanyak 1 juta ton per tahun serta memperbaiki neraca perdagangan.