MUI Harus Lebih Selektif Terima Pengurus, Jangan Lagi Kecolongan Disusupi Teroris
JAKARTA - Komisi III DPR meminta Densus 88 Antiteror Polri membongkar seluruh jejaring teroris yang ada di Indonesia. Hal ini menyusul ditangkapnya sejumlah ulama yang diduga terlibat dalam jaringan kelompok teroris, Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami dari DPR RI, khususnya Komisi III DPR memberikan apresiasi kepada Densus 88 Antiteror yang berhasil menangkap tokoh-tokoh besar kelompok teroris. Kami berharap Densus 88 terus berupaya membongkar jejaring terorisme di Indonesia,," kata Anggota Komisi III DPR, Jazilul Fawaid, Senin 22 November.
Densus 88 beberapa waktu lalu menangkap Ustaz Farid Okbah yang merupakan Ketum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI). Selain itu, Densus 88 juga mengamankan anggota Komisi Fatwa MUI, Ahmad Zain An Najah, serta Anung Al Hamat atas dugaan tindak pidana terorisme.
Farid Okbah dan Zain An Najah sudah dinonaktifkan dari kepengurusan MUI. Jazilul menegaskan, penangkapan terhadap ketiga tersangka terorisme tersebut di Bekasi, Jawa Barat itu sudah sesuai prosedur dan berdasarkan bukti yang kuat.
“Densus tidak akan melakukan penangkapan apabila tidak memiliki bukti. Dan seperti yang disampaikan Polri, penangkapan dilakukan atas pengembangan kasus termasuk pengakuan puluhan tersangka teroris yang sudah ditangkap sebelumnya,” ucap Wakil Ketua MPR RI tersebut.
“Selain itu juga ditemukan bukti-bukti dokumen yang menguatkan dugaan keterlibatan ketiga tersangka dalam jaringan teroris. Jadi Densus tidak main asal tangkap dan sudah memenuhi prosedur dalam penangkapan. Mari kita hormati proses hukum yang berlaku,” tambah Jazilul.
Dari barang bukti yang didapat Polri, Farid Okbah, Zain An Najah, dan Anung Al Hamat terkonfirmasi terlibat dalam kelompok JI dan yayasan amal milik JI, Lembaga Amal Zakat Baitul Maal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA). Ahmad Zain hingga Farid Okbah disebut terlibat dalam pendanaan kelompok teroris JI.
Jazilul pun menegaskan, Densus 88 telah bekerja secara profesional selama ini.
"Namun Densus 88 juga harus hati-hati dalam pengembangan kasus terorisme agar tidak dianggap sebagai bentuk kriminalisasi ulama," imbuhnya.
Penangkapan Farid Okbah dan Zain An Najah sempat menggemparkan lantaran kedua ulama ini merupakan tokoh yang selama ini cukup dikenal publik. Bahkan Farid Okbah sempat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dimintai masukan.
“Hal ini memang cukup disayangkan dan harus menjadi introspeksi bersama bahwa teroris sudah melebarkan jejaring ke mana-mana, bahkan ke lingkaran terdekat penyelenggara negara, termasuk MUI,” ungkap Jazilul.
Legislator dari Dapil Jawa Timur X ini pun meminta MUI lebih ketat dalam merekrut pengurus maupun anggota. Sebagai lembaga yang dipercaya masyarakat, kata Jazilul, MUI harus mengedepankan unsur kehati-hatian.
Baca juga:
- Haris Azhar Siap Bertemu Luhut di Persidangan, Punya Bukti Otentik
- Kasus Luhut Binsar Pandjaitan dan Haris Azhar 3 Kali Gagal Mediasi, Apa Langkah Selanjutnya?
- Haris Azhar: Daripada Sibuk Mempidanakan Mending Urus Papua Supaya Damai
- VIDEO: Tak Ada Mediasi dengan Haris Azhar dan Fatia, Luhut: Ketemu di Pengadilan Saja
“MUI perlu lebih selektif saat menunjuk pengurus maupun menerima anggota. Kita tidak ingin hal yang sama seperti ini terulang di kemudian hari,” sebutnya.
Lebih lanjut, Jazilul juga mengingatkan semua pihak untuk lebih waspada dengan adanya dugaan jaringan teroris ‘menyusup’ ke lembaga-lembaga negara seperti Polri, TNI, hingga BUMN. Sebab banyak dugaan muncul kelompok JI ‘ditanamkan’ di lembaga-lembaga penyelenggara negara untuk mempengaruhi kebijakan dengan cara merekrut ahli dan profesional.
“Jadi kami berharap dengan penangkapan ini, Densus 88 bisa menelusuri lebih jauh jejaring teroris di Indonesia, apakah jaringan terorisme sudah masuk ke kementerian dan lembaga negara, aparat TNI dan POLRI, BUMN, dan sebagainya sehingga kita bisa mengantisipasi serta melakukan pencegahan,” tutup Jazilul.