Minus 5,32 Persen, Erick Thohir: Ekonomi Indonesia Diselamatkan PSBB
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut, perekonomi Indonesia di tengah tekanan pandemi COVID-19 masih jauh lebih baik ketimbang ekonomi negara-negara The Group of Twenty (G20).
Menurut Erick, kondisi ini disebabkan karena keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memilih diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketimbang lockdown dalam penanganan COVID-19.
Lebih lanjut, Erick mengatakan, ekonomi Indonesia akan jauh terpuruk ketika lockdown menjadi alternatif pemerintah untuk pencegahan penyebaran COVID-19.
"Bayangkan kalau kita lockdown betapa hancur ekonomi kita. Nah, kita lihat sekarang, kita punya ekonomi jauh lebih bagus daripada negara G-20," ujarnya, dalam diskusi virtual, Jumat, 7 Agustus.
Namun, Erick menegaskan, meski kontraksi ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari pada negara G20, pemerintah tidak serta merta melakukan pemulihan ekonomi secara keseluruhan. Artinya, pemulihan ekonomi akan dilakukan secara bertahap.
Misalnya, kata Erick, di sektor pariwisata, pemerintah lebih memfokuskan wisatawan domestik ketimbang wisatawan luar negeri. Meski wisatawan mancanegara mampu memberikan devisa bagi negara.
Lebih lanjut, Erick menjelaskan, keputusan ini bukan tanpa alasan. Menurut Erick, dalam penganan pandemi COVID-19 pemerintah harus menginjak rem dan gas pada waktu yang tepat. Karena itu, membuka pariwisata untuk wisatawan mancanegara justru akan menimbulkan klaster baru penyebaran virus ini.
"Step 1,2,3 kan ini periodik. Tetapi di dalam step itu kan pasti ada overlapping perjalanannya. Pariwisata nanti saja, enggak juga. Pariwisata lokal tetap kita dorong. Kita benar-benar mau membuka pariwisata kita sampai ke luar negeri? Enggak siap, jangan dulu. Kenapa? Nanti klaster-klaster baru akan tumbuh," ucapnya.
Baca juga:
Erick berujar, berdasarkan data pariwisata jumlah sumbangan terbesar justru berasal dari wisatawan dalam negeri. Jumlahnya mencapai 90 persen.
Karena itu, gas dalam arti membuka pariwisata. Sedangkan, rem artinya menutup sementara pariwisata untuk wisatawan mancanegara.
"Kita protect kepada warga negara kita toh. Alhamdulillah dengan Bali dibuka, Yogya, Bandung kemarin saya lihat itu kan pertumbuhannya sudah mulai balik. Walaupun tidak 100 persen, 30-40 persen tetapi sudah alhamdulillah dibanding negara lain," ucapnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini naik memburuk dari kuartal I 2020 yang mencapai 2,97 persen dan kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga konstan pada kuartal II 2020 sebesar Rp2.589,6 triliun.
"Maka perekonomian Indonesia kuartal II 2020 yoy dibandingkan kuartal II 2019 kontraksi 5,32 persen. Kalau kita bandingkan dengan kuartal I 2020 quarter to quarter, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 4,19 persen," katanya, dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 5 Agustus.
Sementara itu, lanjut dia, secara kumulatif semester I 2020 terhadap periode yang sama tahun lalu, mengalami kontraksi sebesar 1,26 persen.
Suhariyanto menjelaskan, kontraksi sebesar 5,32 persen itu merupakan yang terendah sejak kuartal I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13 persen.