Merasakan Taylor Swift

JAKARTA - Sepanjang akhir pekan, kita dapat melihat banyak orang di media sosial membagikan tautan atau cuplikan film pendek All To Well yang dirilis Taylor Swift. Merayakan patah hati massal. Taylor Swift mengingatkan kita betapa ia dekat. Karya-karyanya. Kisah cintanya. Isi hati dan kepalanya.

Lagu dan film pendek All Too Well dirilis tepat dengan perilisan album rekam-ulang "Red (Taylor's) Version". Berbeda dengan versi sebelumnya yang hanya lima menitan, Taylor Swift kali ini merilis lagu All Too Well versi asli nan lengkap dengan durasi sepuluh menit lebih.

Dalam lagu itu Taylor Swift mengisahkan kisah cinta dengan proses perpisahan yang menyakitkan. Taylor Swift melantunkannya secara puitis, metaforis, tapi juga detail. Saking detailnya hingga para penggemar dapat berteori soal kisah di balik lagu. Kisah yang sulit dilupakan.

"'Cause there we are again in the middle of the night

We're dancing 'round the kitchen in the refrigerator light

Down the stairs, I was there

I remember it all too well, yeah."

Film pendek All Too Well menegaskan segala asumsi penggemar, yang sebenarnya pun sudah cukup terang. Taylor Swift, sebagai sutradara, penulis, sekaligus pemeran membuat film pendek ini terpersonalisasi. Ia menggambarkan dengan detail setiap penerjemahan visual lirik-lirik lagu.

Latar tempat yang ditampilkan, mobil yang dikendarai hingga para pemeran dalam film pendek menunjukkan detail-detail penting dari kisah All Too Well. Film pendek ini menggaet Sadie Sink (Stranger Things) dan Dylan O'Brien (The Maze Runner).

Sadie dan Dylan merepresentasikan perbedaan usia yang jauh. Penampilan keduanya memandu penggemar ke kisah cinta Taylor Swift bersama Jake Gyllenhaal. Di luar konteks keaslian cerita, Taylor Swift ternyata penulis klip video yang baik, meski bukan penulis film yang oke.

Kita akan menemukan banyak lompatan adegan, terutama dalam tayangan-tayangan yang merepresentasikan kenangan. Kita juga akan menemukan transisi cerita yang terasa kasar. Menonton All Too Well sebagai film pendek, rasanya banyak kekurangan teknis.

Tapi menikmatinya sebagai klip video, All Too Well terasa disusun baik karena sejatinya aspek-aspek visual ditampilkan dengan acuan lirik lagu. Jika mendalami alur, Taylor Swift menulis lirik lagu All Too Well dengan kronologis acak, seperti kenangan yang kemunculannya tak terkendali. Perasaan yang dijelaskan Taylor Swift lewat kutipan Pablo Neruda di pembuka film pendek.

"Love is so short, forgetting is so long."

>

Taylor Swift yang dekat dan memikat

"All Too Well itu relate banget sama gue, hahaha," tulis Windi Astari merespons pesan teks VOI, Senin, 15 November.

Menurut Windi, satu nilai penting dari Taylor Swift adalah keasliannya. Betul. Taylor Swift menciptakan sendiri hampir semua nomor hit-nya. Hal-hal ini yang diyakini Windi memperkuat kesan personal dalam karya-karya Taylor Swift.

"Gue suka penyanyi yang karyanya personal gini. Jadi dekat, ya. Seenggaknya secara emosi. Yang dia lewatin, honestly, beberapa bisa gue rasain di proses hidup gue," tambahnya.

Azwina Asmi menegaskan perasaan yang mirip dengan Windi. Azwina, yang mengikuti Taylor Swift sejak awal kemunculannya bermain musik balada dan country bahkan menyebut Taylor Swift sebagai teman tumbuhnya.

"Kalau di film, gue tumbuh bareng Harry Potter. Kalau musik, ini kayaknya Taylor Swift salah satunya. Banyak yang lain. Tapi gue jarang suka penyanyi cewek. Taylor Swift salah satunya, dan malah gue ikutin banget. Apalagi setelah transisinya dia kan," Azwina kepada VOI.

Transisi yang dimaksud Azwina adalah yang terjadi pada 2014, ketika Taylor Swift merilis lagu tunggalnya, Shake It Off. Ketika itu, Taylor Swift yang dikenal sebagai musisi balada dan country keluar dari zona nyaman dan menjadi penyanyi pop.

Kebintangan menyambut Taylor Swift. Bintang country, Brad Paisley merespons bahagia transformasi musik Taylor Swift. Kepada E! Online, Paisley menyebut Taylor Swift membawa penyegaran, yang membantu Taylor Swift lebih dekat dengan makin banyak orang.

Salah satu aksi panggung Taylor Swift (Instagram/@taylorswift)

"Ia berani menyatakan perubahan itu meski berisiko. Seolah (Taylor Swift) ingin menyatakan 'Saya akan berevolusi melebihi apa yang kalian tahu selama ini,'" tutur Paisley.

Shake It Off betulan sukses. Dirilis 18 Agustus 2014, Shake It Off terjual lebih dari 544 ribu salinan dalam waktu sepekan. Billboard menyebut ini sebagai rekor penjualan lagu tunggal paling laris tahun 2014. Shake It Off pun bertengger di puncak The Hot 100 Billboard.

Sebagai musisi country, Taylor Swift juga cemerlang. Ia termasuk 40 musisi berpenghasilan terbanyak pada 2013. Ia mengumpulkan 39 juta dolar AS tahun itu. Selain itu kesuksesan Taylor Swift ditegaskan oleh tujuh trofi Grammy Awards yang dikumpulkannya selama berbalada.

Sebuah studi tentang lagu Taylor Swift pernah dilakukan oleh peneliti di Northwestern University. Mereka memelajari elemen-elemen dalam musik Taylor Swift dan pengaruhnya terhadap otak pendengar. Ada alasan kenapa kita terus mengulang-ulang sebuah lagu, bukan?

Satu benang merah yang memantik nikmat dari lagu-lagu Taylor Swift dijelaskan para peneliti sebagai "titik balik melodi." Titik balik ini memunculkan kejutan-kejutan di antara bagian lagu yang berbeda, baik itu verse, chorus, bahkan bridge.

Taylor Swift dalam sebuah sesi rekaman (Instagram/@taylorswift)

Contoh lagu yang dipaparkan para peneliti adalah Our Song, sebuah nomor awal dari Taylor Swift. Struktur lagu semacam ini mengacak ekspektasi pendengar. Pendengar cenderung tak bisa memprediksi apa yang terjadi pada bagian ke bagian lagu Taylor Swift.

"Dalam musik Swift, titik balik ini sering dicapai dengan menggunakan melodi satu nada di satu bagian lagu ... Ketika paduan suara membumbung tinggi pada skala musik, itu seperti aliran energi," tertulis dalam artikel BBC.

Para peneliti juga menggunakan teknik pencitraan otak untuk mendalami bagaimana otak kita merespons musik tertentu. Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional untuk mengukur aktivitas di berbagai wilayah otak ketika peserta mendengarkan musik yang tidak mereka kenal. Reaksi 'kejut' ini yang ditangkap terjadi saat mendengar lagu Taylor Swift.

Selain disusun dalam struktur penuh kejutan, lagu-lagu Swift juga memunculkan interaksi antara sistem kerja otak dan struktur yang terlibat dalam menganalisis dan memanggil memori. Para peneliti juga menyimpulkan lagu-lagu Swift memiliki daya pikat lebih kuat terhadap orang-orang sentimentil yang dominan secara emosi.

Dekat, memikat, penggerak

Billie Eilish (Instagram/@billieeilish)

Melampaui sensasi kedekatan dan keterpikatan, Taylor Swift juga penggerak. Pada tahun 2014, Billie Eilish berada di sebuah paduan suara.

Ia masih belajar piano saat itu, ketika Taylor Swift meramalkan kemunculan Billie Eilish di masa depan dalam pidatonya sebagai penerima penghargaan Billboard's Woman of the Year di ajang Women in Music 2014.

Billie Eilish mengingat itu. Perasaan-perasaan yang muncul ketika mendengar pidato lampau Taylor Swift diceritakan Eilish dalam pidatonya sebagai penerima penghargaan yang sama --Billboard's Woman of the Year-- di tahun 2019.

"Pada tahun 2014, dia (Taylor Swift) memenangi penghargaan ini. Dan dia pada dasarnya berkata, 'Saat ini, calon wanita terbaikmu tahun ini ada di suatu tempat dalam pelajaran piano, di paduan suara, dan kita perlu merawatnya,'" Eilish menutur, menunjukkan ia masih mengingat betul detail perkataan Taylor Swift.

"Dan saya berusia sebelas tahun saat itu. Dan saya berada di paduan suara dan belajar bermain piano. Dan Anda (Taylor Swift) merawat saya. Terima kasih," tambah Eilish, yang saat itu berusia 17 tahun.

*Baca Informasi lain soal BERITA INTERNASIONAL atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya