Gibran Pasang Foto Profil Bareng Ganjar, Kode Dukungan?

JAKARTA - Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka kembali mengganti foto profil Instagram dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Penampakan ini sontak membuat publik bertanya-tanya apakah Gibran mendukung Ganjar dalam pencapresan, mengingat sebelumnya putra sulung Presiden Joko Widodo itu menyebut bahwa orang Solo penuh dengan kode-kode.

Menyoroti hal itu, Pengamat politik Dedi Kurnia Syah mengatakan justru dalam politik Jawa, kode-kode tidak terbuka secara vulgar. Menurutnya, dengan intensitas Gibran dua kali memasang kode dengan Ganjar hanya sebatas senior dan junior saja. 

"Kalau dua orang ini tidak punya relasi yang relevan mungkin ada kaitan dengan hubungan Pilpres. Tapi yang jadi persoalan ini adalah pemimpin dan yang dipimpin, artinya Ganjar sebagai gubernur, Gibran sebagai wali kota di provinsi yang sama," ujar Dedi kepada VOI, Jumat, 12 November. 

Karena itu, menurutnya, dalam konteks ini mengarahkan dukungan Gibran ke Ganjar bukan sesuatu yang tepat. Artinya ada tafsir yang lain yang mungkin hanya sekedar soal profiling semata. Bahkan pernah juga memasang dengan Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto.

"Dalam kondisi itu, Gibran dengan usia politiknya yang masih belia belum begitu mampu atau belum produktif memproduksi kode-kode dalam kancah politik nasional. Artinya masih mengalir saja tanpa ada orientasi politik sama sekali," kata Dedi.

Meskipun, lanjutnya, di sisi lain bagi Ganjar atau tokoh lain pemasangan foto berdua di arena publik bisa dikapitalisasi ke arah politik. Ganjar, kata Dedi,bisa saja dalam kondisi ini akan memanfaatkan bahwa dia termasuk dalam tokoh yang mungkin dianggap dekat dengan putra presiden Jokowi dan sesama kader PDIP.

"Beda lagi kalau Gibran pasang dengan ketum Golkar, dari sisi kepartaian dia bukan kader. Dari sisi bawahan atasan juga Gibran diluar kewenangan Menko Perekonomian, sehingga ada nuansa politik muncul. Terlebih kedatangan  Airlangga ke Surakarta waktu itu tentu dalam dua misi, satu aktiftas Kemenko satu lagi aktifitas partai Golkar, dari situ baru kode politik bisa disematkan," jelas Dedi.

Oleh karena itu, Direktur Eksekutif IPO itu menilai bahwa dalam politik Jawa, kode yang mengemuka hanyalah ilusi. ?"Yang banyak terjadi malah dibelakang," katanya.

Dedi pun menilai, bahwa pemasangan foto profil Gibran dan Ganjar tidak ada irisannya bahwa anak presiden itu memilih Ganjar sebagai capres, bukan Puan Maharani.

"Saya kira tidak ada, kecuali dalam kontestasi politik terang-terangan menyatakan bahwa Ganjar sebagai calon pemimpin tokoh yang layak menggantikan bapaknya, maka itu urusan lain," kata Dedi.

"Tapi kalau profil picture, kemudian narasi tidak jelas soal dukungan saya kira tak sampai sana. Dan PDIP Jawa Tengah saya rasa solid sekali, artinya Ganjar mungkin saja mengupayakan momentum semacam itu mengemuka sehingga menguntungkan nama Ganjar tapi kalau hitung-hitungan suara, Ganjar dan Puan masih lebih unggul Puan Maharani," sambungnya.

Sederhananya, tambah Dedi, Puan di PDIP adalah sosok yang diamanatkan untuk menjamin kemenangan di Jawa Tegah. "Perolehan suara di gubernur dengan koalisi parpol Ganjar, dibandingkan Puan yang hanya satu Dapil saya yakin Puan tetap unggul," tandas Dedi.