JAKARTA - Saiful Munjani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei mengenai kondisi ekonomi di masa pandemi COVID-19 saat ini dan tahun depan. Hasilnya, masyarakat lebih banyak yang menilai keadaan ekonomi nasional akan lebih baik.
Menurut mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, hal itu belum tentu bisa terwujud. Bahkan, kata dia, masalah ekonomi yang sebenarnya akan muncul di awal tahun 2021.
Saat ini, kondisi ekonomi masyarakat memang sudah melemah. Namun, sekarang pemerintah masih membantu meringankan beban dengan kebijakan bantuan sosial, restrukturisasi kredit, hingga pemberian insentif pajak.
"Coba lihat, setelah 6 bulan, kondisi ekonominya balik tidak? Perputaran uangnya bisa jalan tidak? Dalam kondisi mereka yang direstrukturisasi namun belum bisa bayar kredit di tahap selanjutnya, pada saat itulah real problem muncul," kata Chatib dalam diskusi virtual, Kamis, 25 Juni.
Kemudian, saat ini dunia usaha juga melakukan penyesuaian berupa perampingan beban pengeluaran dan peningkatan platform berbasis teknologi. Akibatnya, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan perusahaan. Dengan begitu, otomatis daya beli masyarakat akan menurun.
"Ekspektasi masyarakat soal kondisi ekonomi membaik tahun depan bisa berubah kalau daya beli tidak meningkat. Lalu, perusahaan menganggap buat apa mereka berusaha melakukan kredit untuk menunjang usahanya kalau enggak ada yang membeli barang mereka," Chatib.
Guna menangkal hal ini, tentu pemerintah harus putar otak. Begitu juga dengan kebijakan ekonomi yang diambil harus tepat.
"Dunia usaha enggak akan expand (berkembang, red) kalau permintaan tidak di-boost. Jadi, pemerintah harus ada kebijakan fiskal, bukan moneter," lanjut dia.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, hasil survei SMRC menunjukkan bahwa sebanyak 34 persen masyarakat menilai kondisi ekonomi nasional akan lebih baik. Sementara, 27 persen masyarakat menganggap ekonomi akan lebih buruk. Lalu, sebanyak 20 persen menganggap tidak ada perubahan dan 18,6 masyarakat menjawab tidak tahu.
Survei ini dilakukan pada periode 18-20 Juni 2020 kepada 1.978 responden. Survei dilakukan dengan menghubungi responden via telepon. Responden ini merupakan masyarakat yang telah disurvei pada periode sebelumnya. Margin of error dalam survei ini sebesar 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.