JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menekankan peran perempuan akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penanganan stunting, baik melalui intervensi spesifik maupun intervensi sensitif, di mana sasaran prioritasnya mencakup remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Ia pun mengapresiasi kontribusi Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dalam percepatan penurunan stunting melalui inisiasi Gerakan Ibu Bangsa untuk Percepatan Penurunan Stunting.
"Saya mengapresiasi Kongres Wanita Indonesia atas inisiasi Gerakan Ibu Bangsa untuk Percepatan Penurunan Stunting. Inisiatif Kowani ini merupakan refleksi perjuangan wanita Indonesia yang tak hentinya berkontribusi dalam segala aspek kehidupan bangsa," kata Wapres dikutip ANTARA, Jumat 24 Februari.
Demikian diutarakan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin dalam sambutannya secara daring pada Acara “Deklarasi Gerakan Ibu Bangsa untuk Percepatan Penurunan Stunting".
Dia mengatakan berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting nasional sebesar 21,6 persen.
Angka itu telah turun 2,8 persen dari tahun 2021 sebesar 24,4 persen, namun penanganan stunting masih membutuhkan upaya optimal guna mencapai target 14 persen tahun 2024, dan nol persen pada 2030, sebagaimana target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Di luar isu stunting, kata Wapres, Indonesia juga masih memiliki pekerjaan rumah lain terkait problem gizi balita yang harus dituntaskan, yakni wasting, underweight, dan overweight.
Dia menekankan peran perempuan akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan penanganan stunting, baik melalui intervensi spesifik maupun intervensi sensitif, di mana sasaran prioritasnya mencakup remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.
Selain itu, kata dia, konvergensi layanan di tingkat keluarga pada sasaran-sasaran prioritas tersebut harus dipastikan berjalan baik, di antaranya terkait konsumsi Tablet Tambah Darah, ASI eksklusif, pendampingan dan layanan kesehatan, pemberian bantuan protein hewani, serta makanan pendamping ASI bagi keluarga penerima manfaat, khususnya keluarga berisiko stunting.
"Gerakan Ibu Bangsa kiranya juga dapat menginspirasi organisasi sejenis lainnya, utamanya untuk melakukan kampanye perubahan perilaku, guna meningkatkan kesadaran dalam lingkup keluarga akan bahaya stunting dan permasalahan gizi anak lainnya, serta upaya mengatasinya," harapnya.
BACA JUGA:
Menurut Wapres, organisasi masyarakat juga dapat berperan, serta mengerahkan sumber daya dan jaringan yang dimiliki, untuk mendukung promosi kegiatan intervensi percepatan penurunan stunting hingga ke akar rumput.
"Akhir kata, Gerakan Ibu Bangsa untuk Percepatan Penurunan Stunting saya harapkan tidak hanya dapat menggerakkan segenap wanita atau para ibu, tetapi juga seluruh komponen bangsa, untuk mewujudkan aksi nyata menuju cita-cita Indonesia Emas 2045," harapnya.