JAKARTA - Polisi menembaki para pengunjuk rasa yang mencoba menyerbu gedung parlemen Kenya, yang menyebabkan sedikitnya lima pengunjuk rasa tewas, puluhan lainnya terluka.

Beberapa bagian gedung parlemen dibakar ketika anggota parlemen di dalamnya meloloskan undang-undang untuk menaikkan pajak, Selasa, 25 Juni.

Dalam situasi kacau, pengunjuk rasa membuat kewalahan polisi dan mengusir mereka dalam upaya menyerbu kompleks parlemen. Api terlihat berasal dari dalam.

Polisi melepaskan tembakan setelah gas air mata dan meriam air gagal membubarkan massa.

Jurnalis Reuters menghitung lima mayat pengunjuk rasa di luar parlemen. Seorang paramedis, Vivian Achista, mengatakan 10 orang ditembak.

Paramedis lainnya, Richard Ngumo, mengatakan lebih dari 50 orang terluka akibat tembakan. Dia mengangkat dua pengunjuk rasa yang terluka ke dalam ambulans di luar gedung parlemen.

“Kami ingin menutup parlemen dan setiap anggota parlemen harus mundur dan mengundurkan diri,” kata pengunjuk rasa Davis Tafari, yang mencoba masuk parlemen, kepada Reuters. “Kami akan memiliki pemerintahan baru,” imbuh demonstran.

Protes dan bentrokan juga terjadi di beberapa kota besar dan kecil di seluruh negeri.

Parlemen menyetujui rancangan undang-undang keuangan tersebut, dan meneruskannya ke pembahasan ketiga oleh anggota parlemen. Langkah selanjutnya adalah mengirimkan undang-undang tersebut ke presiden untuk ditandatangani. Dia dapat mengirimkannya kembali ke parlemen jika dia keberatan.

Para pengunjuk rasa menentang kenaikan pajak di negara yang sudah terguncang akibat krisis biaya hidup, dan banyak juga yang menyerukan agar Presiden William Ruto mundur.

RUU keuangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pajak tambahan sebesar 2,7 miliar dollar AS sebagai bagian dari upaya meringankan beban utang yang besar, dengan pembayaran bunga saja menghabiskan 37 persen pendapatan tahunan.

Pemerintah telah memberikan beberapa kelonggaran, berjanji untuk membatalkan usulan pajak baru atas roti, minyak goreng, kepemilikan mobil dan transaksi keuangan. Namun hal itu belum cukup memuaskan para pengunjuk rasa.


The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)