JAKARTA - Trauma penolakan di masa kanak-kanak dapat berasal dari berbagai pengalaman di mana anak merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, atau tidak berharga. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan anak merasa diabaikan secara emosional atau kesepian, misalnya;
Pengabaian atau Penelantaran Orang Tua
Seorang anak yang mengalami pengabaian, di mana kebutuhan emosional atau fisik dasar mereka terus-menerus tidak terpenuhi, dapat mengembangkan rasa penolakan yang mendalam. Misalnya, jika orang tua tidak tersedia secara emosional, terus-menerus tidak ada, atau meninggalkan anak (misalnya, melalui perceraian atau penelantaran), anak tersebut mungkin menginternalisasi dirinya sebagai pribadi yang tidak layak untuk dicintai atau diperhatikan.
Pengucilan Sosial oleh Teman Sebaya
Trauma penolakan juga dapat muncul ketika seorang anak terus-menerus dikucilkan oleh teman sebayanya. Hal ini dapat terjadi di lingkungan sekolah di mana anak tersebut dikucilkan dari kegiatan kelompok, tidak diundang ke pertemuan sosial, atau diganggu dan dikucilkan. Perasaan tidak diinginkan oleh teman sebayanya dapat berdampak signifikan pada harga diri dan rasa memiliki anak.
Sering Mendapat Kritik atau Kurangnya Kasih Sayang dari Orang Tua
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan di mana dia sering dikritik atau jarang menerima penguatan dan kasih sayang yang positif dapat mengalami trauma penolakan. Misalnya, jika seorang anak terus-menerus diberi tahu bahwa dia tidak cukup baik, atau jika prestasinya diremehkan dia mungkin mulai percaya bahwa dia memiliki kekurangan. Yang menyebabkan rasa takut berkepanjangan akan penolakan dan harga diri yang rendah.
Mengenali trauma penolakan dalam kehidupan dewasa sangat penting untuk memulai proses penyembuhan. Trauma ini dapat bermanifestasi dalam berbagai cara, dan penyajian gejalanya mungkin berbeda antara pria dan wanita.
Dalam kehidupan dewasa, beberapa tanda umum trauma penolakan meliputi:
Takut Ditinggalkan
Orang dengan trauma penolakan mungkin memiliki ketakutan yang kuat untuk ditinggal sendirian atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai. Ketakutan ini dapat menyebabkan perilaku yang bergantung dalam hubungan atau menghindari pembentukan hubungan dekat sama sekali.
Harga Diri Rendah
Trauma penolakan dapat mengikis harga diri dan kepercayaan diri, yang menyebabkan individu mencari validasi dan persetujuan dari orang lain secara terus-menerus. Kebutuhan konstan untuk validasi eksternal ini dapat menjadi tanda luka penolakan yang mendasarinya.
Sulit Mempercayai Orang Lain
Orang yang mengalami trauma penolakan mungkin kesulitan memercayai orang lain, selalu mengantisipasi penolakan atau pengkhianatan dalam hubungan. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam membentuk hubungan yang tulus dan mempertahankan batasan sehat.
Meskipun gejala trauma penolakan mungkin muncul secara berbeda pada pria dan wanita, rasa sakit dan ketakutan yang mendasarinya terhadap penolakan bersifat universal. Sangat penting mengatasi masalah ini guna menyembuhkan batin Anda dan menumbuhkan rasa cinta dan penerimaan terhadap diri sendiri.
Tiga kiat menyembuhkan trauma penolakan secara mandiri
Berbelas kasih kepada diri sendiri
Berlatihlah untuk berbelas kasih kepada diri sendiri dan bersikap baik kepada diri sendiri. Akui rasa sakit dan trauma Anda tanpa menghakimi, biarkan diri Anda merasakan dan memproses emosi dengan cara sehat.
Terkoneksi dengan inner child
Terhubunglah dengan inner child Anda melalui visualisasi atau latihan menulis. Meninjau kembali pengalaman masa lalu dengan belas kasih dan pengertian dapat membantu menyembuhkan luka penolakan dan memelihara inner child Anda.
Tetapkan Batasan
Tetapkan batasan sehat dalam hubungan dan utamakan kesejahteraan emosional Anda. Belajar untuk mengatakan tidak dan menegaskan kebutuhan Anda sangat penting untuk menyembuhkan trauma penolakan dan membangun rasa hormat terhadap diri sendiri.
Untuk trauma penolakan, tiga pendekatan terapi terbukti sangat efektif menurut informasi yang dilansir dari Inner Sparkle Therapy, Selasa, 17 Desember.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
CBT membantu individu mengidentifikasi dan menantang pola pikir dan keyakinan negatif yang terkait dengan penolakan. Dengan membingkai ulang keyakinan ini, individu dapat mengembangkan mekanisme penanganan lebih sehat dan meningkatkan harga diri.
BACA JUGA:
Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan Mata (EMDR)
EMDR adalah teknik terapi yang berfokus pada pemrosesan trauma masa lalu melalui stimulasi bilateral. Pendekatan ini dapat efektif dalam mengobati luka penolakan mendalam dan memfasilitasi penyembuhan di tingkat bawah sadar.
Terapi Sistem Keluarga Internal (IFS)
Terapi IFS berfokus pada penyembuhan luka emosional dengan bekerja dengan berbagai aspek diri, termasuk anak batiniah. Dengan memelihara dan mengintegrasikan bagian-bagian ini, individu dapat menemukan penyembuhan dan keutuhan dari trauma penolakan.
Mengenali dan menangani trauma penolakan adalah langkah kuat menuju penyembuhan anak batiniah Anda dan menumbuhkan cinta dan penerimaan diri.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)