Menelusuri Jejak Peradaban Islam Lewat Masjid Bersejarah di Indonesia dan Dunia
Ilustrasi (VOI/Raga Granada)

Bagikan:

Selama Ramadan, frekuensi umat Islam mengunjungi masjid meningkat. Wajar saja sebab di bulan ini ada ganjaran lebih untuk mereka yang getol beribadah. Namun selain menjadi tempat beribadah, masjid juga merupakan pusat peradaban umat Islam. Tulisan Seri khas VOI "Serba-Serbi Ramadan" selanjutnya akan menelusuri jejak peradaban Islam lewat masjid-masjid bersejarah yang ada di Indonesia dan dunia. 

Secara harfiah, masjid berarti tempat sujud (sholat). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masjid diartikan sebagai rumah atau bangunan tempat beribadah orang Islam. 

Meski begitu, masjid tak cuma tumbuh sebagai pusat ibadah umat Islam. Masjid juga menjadi pusat dari kebudayaan Muslim. Bersamaan dengan itu, masjid memuat cerita terkait penyebaran Islam di dunia. Berikut beberapa masjid bersejarah yang ada di Indonesia dan dunia.

Masjid al-Atiq (Jakarta) 

Masjid al-Atiq (Sumber:Wikimedia Commons)

Keberadaan masjid-masjid tua menjadi bukti bahwa Islam di Jakarta begitu kuat. Sekalipun kala itu, Jakarta di bawah kontrol pemerintah kolonial Belanda. Jumroni dalam jurnalnya berjudul Masjid Bersejarah di Jakarta (2006), membawa kembali ingatan akan masjid-masjid tua itu. Salah satu yang paling tua yakni Masjid al-Atiq. 

Masjid al-Atiq adalah masjid yang berlokasi di Kampung melayu Besar, Tebet, Jakarta Selatan. Masjid ini digadang-gadang telah dibangun oleh pendiri Kerajaan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin pada tahun 1500. 

Secara arsitektur masjid ini memiliki kemiripan dengan masjid yang telah dibangun oleh Walisongo. Apalagi, masjid ini atapnya berbentuk prisma bersusun tiga, serupa dengan Masjid Demak dan Gresik.

Kendati demikian, masjid ini sempat tak terurus dan kumuh. Kemudian, Pangeran Jayakarta yang kebetulan bersama pasukannya sedang dalam perjalanan menuju Jakarta melihat masjid Al-Atiq tak terawat. Atas perintahnya kemudian, masjid ini diperbaiki sekitar tahun 1619. Masyarakat sekitar mengenal masjid ini dengan sebutan masjid kandang kuda, karena penduduk sekitar banyak memiliki mata pencaharian sebagai pengusaha sado.

Hingga kini, struktur keaslian masjid hanya tongkat khotib yang berada di mimbar masjid. Sisanya, sudah berubah dan menyesuaikan bangunan dengan selera zaman.

Masjid al-Alam (Jakarta)

Masjid al-Alam (Sumber: Wikimedia Commons)

Masjid al-Alam berlokasi di Marunda, Jakarta Utara. Masjid ini didirikan oleh penakluk Sunda Kelapa, Fatahillah pada 1527. Serupa dengan Masjid al-Atiq, arsitektur masjid al-Alam menyerupakan masjid yang dibangun Walisongo, Masjid Demak. Meski begitu, masjid ini tak begitu besar. bahkan, menyerupai mushalla.

Sejak dulu kala, masjid ini dijuluki masjid gaib. Penyebabnya karena proses pembangunan masjid dilakukan dalam waktu sehari semalam saja. Keunikan lainnya masjid ini hadir pada letak plafon yang hanya setinggi dua meter dari dalam tanah. Ukuran kecil tersebut menjadi alasan masjid ini terpelihara hingga hari ini.

Masjid as-Salafiyah (Jakarta)

Masjid as-Salafiyah (Sumber: Wikimedia Commons)

Masjid as-Salafiyah berolaksi di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Masjid ini juga dibangun Pangeran Jayakarta ketika dirinya dipukul mundur dari Sunda Kelapa oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen pada 1620. Oleh sebab itu, masjid ini awalnya bernama Masjid Pangeran Jayakarta. Apalagi, dikisahkan di masjid ini sering kali digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menggalang dukungan melawan Belanda.

Dalam artian, selain sebagai tempat beribadah, masjid ini juga digunakan sebagai sarana dakwah dan menggalang semangat perlawanan. Yang paling menarik, di masjid ini pula diyakini oleh warga setempat sebagai tempat peristirahatan terakhir –makam-- Pangeran Jayakarta dan beserta pengikutnya.

Masjid Luar Batang (Jakarta)

Masjid Kampung Luar Batang (Wikimedia Commons)

Masjid Luar Batang adalah masjid yang berlokasi di kampung tua Luar Batang. Masjid ini berdiri tahun 1739. Sedang Kampung Luar Batang sering kali dijuluki dengan "Kampung Keramat.” Kata keramat sendiri disematkan karena adanya sebuah makam seorang ulama kesohor bernama Sayid Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus yang letak makamnya kini berada di dalam Masjid Luar Batang.

“Suatu lembaran yang dibagi-bagi di Masjid Luar Batang menceritakan: Beliau meninggal pada 27 Juni 1756 dalam usai 40 tahun. Jenazahnya diusung dalam kurung batang hanya ditandu ke kuburan Tanah Abang seperti seharusnya. Namun, sesampainya di kuburan, jenazah habib tiada lagi dan ternyata sudah kembali ke rumahnya,” ujar Adolf Heuken dalam buku Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta (2007).

“Hal ini terjadi berulang kali. Maka, disepakati bahwa jenazah ini dikebumikan di rumahnya yang karenanya disebut Luar Batang,” tambah pastor berkebangsaan Jerman tersebut.

lebih lengkap terkait sejarah Kampung Luar Batang, kami pernah mengulasnya dalam tulisan “Sejarah Kampung Luar Batang: Dari Persinggahan ABK hingga Destinasi Ziarah.”

Tak heran, karena kisah, itu makamnya mulai menarik banyak peziarah. Peziarah pun tak hanya didominasi oleh mereka yang berasal dari pelosok Nusantara, melainkan juga datang dari luar negeri, seperti Tiongkok, Brunei Darussalam, hingga Belanda dan mereka yang datang dari Timur Tengah. Saking banyaknya, penjualan benda keramat di lokasi makam dapat mencapai 8 ribu gulden dalam setahun.

Indonesia baru bagian kecil dari jejak peradaban agama yang turun di Tanah Arab. Di belahan dunia lain khususnya di Jazirah Arab, masjid bersejarah lebih banyak dan lebih dekat dengan jejak penyebaran awal Islam di Bumi. Apa saja itu?

Masjidil Haram (Makkah)

Masjidil Haram (Unsplash)

Tentu semua umat Islam di seluruh dunia tampak akrab dengan Masjidil Haram. Di sana terdapat Ka’bah sebagai kiblat umat Islam dalam melaksanakan kewajiban sholat. Tercatat lebih dari empat juta orang rutin melaksanakan ibadah tahunan di Masjidil Haram.

Selain untuk haji, Masjidil Haram biasa dikunjungi untuk pelaksanaan ibadah umrah. Kendati demkian, berdasarkan sejarahnya, Ka’bah lah yang lebih dulu dibangun sebelum adanya masjid Haram. Kiblat utama umat Islam ini dibangun pada era Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail.

Masjid Nabawi (Madinah)

Masjid Nabawi (Wikimedia Commons)

Masjid Nabawi adalah masjid yang berusia hampir 1.400 tahun. Masjid Nabawi juga telah mengalami banyak perluasan dari awalnya sebagai bangunan sederhana, hingga sekarang menjadi Masjid terbesar kedua di dunia.

Dalam sejarahnya, masjid yang dibangun langsung oleh Nabi Muhammad ini dapat menampung hingga satu juta jamaah. Kemegahannya terlihat dari 10 menara setinggi 105 meter yang mengelilingi Masjid Nabawi.

Masjid al-Aqsa (Yerusalem)

Masjid al-Aqsa (Wikimedia Commons)

Masjid al-Aqsa dibangun pada tahun 705. Bagi umat Islam kehadiran masjid ini sangat penting dan suci. Apalagi, menurut hadist dari Imam Bukhari, masjid ini jadi situs tersuci ketiga.

Berkat itu, berdoa di sana dapat bernilai seribu doa. Daya tahan bangunan pun mengagumkan, al-Aqsa telah bertahan dari banyak gempa bumi dan terus dilestarikan hingga kini.

Masjid Quba (Madinah)

Masjid Quba (Wikimedia Commons)

Masjid Quba adalah salah satu masjid tertua di dunia. Tercatat, masjid ini dibangun oleh Nabi Muhammada pada 622. Atau setelah sang nabi beremigrasi dari Mekah ke Madinah.

Meski tertua di dunia, masjid ini tak sebesar masjid yang dijelaskan sebelumnya. Sebab, Masjid Quba hanya dapat menampung hingga 20 ribu jamaah saja.

Infografik (VOI/Raga Granada)