Bagikan:

Kita telah membahas keberhasilan strategi TikTok mendatangkan gelombang pengguna baru lewat "Bagaimana TikTok Menghapus Citra Alay dan Menjadi Platform Populer". Kini orang berbondong-bondong jadi selebritas TikTok. Demi popularitas yang berjalan beriringan dengan cuan. Tulisan Seri khas VOI "Taktik Naik Panggung TikTok" selanjutnya. Tentang TikTok sebagai mesin uang.

Popularitas dan kekayaan adalah dua entitas yang saling beriringan. Semakin populer seseorang, kekayaan pun mengikuti. Tak heran kini orang berlomba-lomba untuk menjadi terkenal.

Salah satu caranya dengan menjadi bintang TikTok. Sudah banyak wajah-wajah baru yang terkenal lewat platform asal China tersebut. Termasuk yang pertama kali mendapat pengikut 100 juta orang, Charli D’Amelio.

Seberapa besar pendapatannya dari TikTok? Bagaimana dengan cuan influencer dalam negeri? Mari kita kupas tuntas.

Sekalipun TikTok mulai diperkenalkan sejak tahun 2016, popularitas aplikasi yang menjadi wadah banyak kreator video lucu, edukasi, dan kreatif, justru baru meledak pada tahun 2019. Buahnya TikTok menjadi salah satu aplikasi dengan jumlah unduhan terbanyak di seantero negeri.

Lebih lagi, TikTok telah memiliki 800 pengguna aktif tiap harinya di seluruh dunia. Berkat keberhasilan itu, aplikasi yang diciptakan oleh Zhang Yiming turut pula memperkenalkan bintang (TikTok) baru.

Melansir Forbes, Rabu, 31 Maret, ada banyak anak muda yang meraih popularitas dan cuan dari TikTok. Beberapa di antaranya ada nama Charli D’Amelio dan Addison Rae Easterling yang mendapatkan pendapatan fantastis dari TikTok.

Keduanya sama-sama dapat mengumpulkan pundi-pundi pendapatan lebih dari satu juta dolar dalam setahun. Sebagian besar pendapatan itu, datang dari usaha kreatif mereka untuk memonetisasi ketenaran mereka, utamanya lewat kerja sama (endorse) dari brand (merek) ternama.

Padahal, keduanya dahulu adalah orang biasa yang kebetulan memiliki bakat menari. Berkaca pada Charli D’Amelio, umpamanya. Remaja asal Amerika Serikat (AS) itu kini dijuluki sebagai Ratu TikTok.

Hal itu dikarenakan gadis cantik berusia 17 tahun itu memiliki jumlah pengikut terbanyak di TikTok, yakni 111 juta pengikut. Untuk mendapatkan 100 juta pengikut pertama, Charli D’Amalio hanya membutuhkan 18 bulan, terhitung dari dirinya pertama kali mengunggah video pertamanya di TikTok pada juni 2019.

Berkat itu, Charli D’Amalio kini menikmati kesuksesan sebagai influencer muda. Ia juga merilis merchandise dengan mereknya sendiri, seperti hoodie edisi terbatas seharga 60 dolar.

Total pendapatannya dari TikTok bahkan ditaksir mencapai 4 juta dollar AS atau sekitar Rp. 58,8 miliar. Kesuksesan yang sama juga diraih oleh Easterling. Dua tahun lalu, dirinya hanya membuat video menari iseng-iseng yang kebetulan kemudian diunggah di TikTok.

Berkat gerakan yang begitu luwes, dengan sedikit latar belakang sebagai penari remaja, Easterling memukau banyak mata. Dia berhasil meraih puluhan jutaan penggemarnya. Apalagi, ketenarannya membuat Easterling mulai dikenali di seantero kampus Louisiana State University (LSU).

Perlahan tapi pasti, ketenaran dari Easterling mulai membuahkan gemercik dolar yang tak sedikit. Easterling yang saat ini memiliki pengikut sebanyak 78 juta, tercatat membukukan pendapatan sekitar 5 juta dolar atau setara Rp. 72 milliar.

Pendapatan influencer mikro

Bukan cuma di mancanegara. Pemain TikTok dalam negeri yang memiliki pengikut sekitar 90-100 ribu juga turut ketiban durian runtuh. Denise Chariesta, misalnya. Dalam sebuah wawancaranya ia buka-bukaan memasang tarif endorse berkisar antara Rp. 1-5 juta untuk sekali posting.

Senapas dengan itu, ketenarannya di TikTok turut mengangkat omzet bisnis toko bunganya, Fleur De DC. Dari bisnis tersebut, Denise dapat mengantongi omset sebanyak Rp. 200 juta per bulan. Jumlah tersebut terbilang lumayan untuk jumlah pengikutnya yang kala itu (2020) mencapai 94 ribu.

Boleh jadi Denise adalah salah satu pemain TikTok yang dapat melanggengkan popularitas brand. Untuk itu, setiap konten yang diperuntukkan iklan memiliki potensi menjadi endorse paling laku. Terkait hal itu, Laman Bizlap telah merincikan aspek penting untuk membuat endorse laku.

Pertama, mengetahui portofolio pemain TikTok. Kedua, pemain TikTok dengan pengikut yang aktif. Ketiga, menyesuaikan profil brand dengan pemain TikTok. Keempat, sesuaikan figur TikTok dengan dana yang dimiliki.

Ilustrasi (Sumber: Unsplash)

Ahli stategi pemasaran Inggris, James Whatley bahkan mempunyai teori tersendiri terkait model endorse paling laku di TikTok. Popularitas pemain TikTok jadi kuncinya. Ia juga menyimpulkan bahwa TikTok adalah medium yang efektif untuk membelanjakan iklan untuk pemasaran suatu brand. 

TikTok jadi bukti bahwa ragam merek-merek ternama dunia mulai meninggalkan media tradisional seperti TV atau iklan di papan reklame. Alhasil, TikTok maupun penggunanya kebanjiran pengiklan.

“(TikTok) adalah hal baru yang panas dan banyak uang yang dikeluarkan untuk itu. Cara tercepat untuk mendapatkan daya tarik di TikTok adalah dengan mendapatkan influencer nomor satu untuk mempromosikan barang Anda. Baru minggu ini TikTok dan (game computer) Fortnite mengumumkan kesepakatan kemitraan dengan kompetisi untuk membuat ulang tarian TikTok di Fortnite,” ujar James Whatley dikutip The Guardian, Rabu, 31 Maret.

“Setiap tahun selalu ada platform baru dan klien ingin mengalokasikan 10% dari anggaran mereka untuk itu. Tahun lalu adalah Instagram Stories, sebelum itu Snapchat. TikTok adalah kesayangan tahun 2020,” tambahnya. Lalu bagaimana TikToknya sendiri memperoleh untung?

Infografik (VOI/Raga Granada)

Cara TikTok dapat duit

Boleh jadi TikTok kesohor dikenal sebagai salah aplikasi berburu cuan paling menarik belakangan ini. Namun, dibalik itu semuanya TikTok terus bersaing dan memonetisasi penggunanya. Dalam persaingan itu, TikTok turut kebagian kue pendapatan yang yang besar. Sebab, TikTok dapat mendorong keterlibatan pemilik merek-merek ternama untuk berkerja-sama dengan TikTok.

"Video pendek di TikTok yang impresif, memungkinkan kreator serta brand mengkomunikasikan konten secara kreatif," ujar Head of Commercial TikTok Indonesia, Nur Lianasyah dikutip Kompas, Rabu, 31 Maret. 

Selain itu, video TikTok di klaim dapat menjangkau audiens baru. Selain lewat iklan, TikTok juga telah membangun afinitas brand dan mendorong aktivitas di luar platform mereka. Lantaran itu, TikTok membuka pintu selebar-lebarnya untuk mitra brand mulai dari skala kecil hingga korporasi yang ingin bekerjasama dengan kreator konten TikTok. Makin banyak yang bekerja sama, makin besar TikTok dikemudian hari.

"Untuk monetisasi, kami selalu menjajaki berbagai peluang baik dari segi iklan hingga content partnership dengan mitra-mitra brand dari skala kecil hingga korporasi yang ingin merangkul kreatifitas komunitas TikTok," tutup Nur Lianasyah.

Ikuti Tulisan Seri edisi ini: Meniru Cara Charli D'Amelio jadi Ratu TikTok Sejagat