Bagikan:

JAKARTA – Berlatar belakang hukum ternyata tak mengurangi kepiawaian Mahfud MD saat melakoni debat calon wakil presiden (cawapres) yang bertema ekonomi, 22 Desember lalu. Berbekal pengalamannya sebagai akademisi dan birokrat, pendamping Ganjar Pranowo itu seolah membuktikan dia juga menguasai bidang ekonomi.

Mungkin tak berlebihan bila menyebut di antara para kandidat, Mahfud MD merupakan figur paling berwawasan, memberikan penampilan yang menggabungkan kedalaman pengetahuan dengan sikap yang tenang.

Sebab, Mahfud mampu mengelaborasi keragaman strategi, keahlian, dan karakter dalam menyoroti kompleksitas persoalan yang menjadi tema debat. Menurut Jubir Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Michael Victor Sianipar, pendekatan Mahfud dalam debat menunjukkan dirinya sebagai seorang akademisi yang berpengalaman dalam memberikan pengetahuan.

Dia mencontohkan, tanggapan terhadap pertanyaan Gibran mengenai bagaimana membuat regulasi Carbon Capture and Storage, dijawab dengan tepat, karena Mahfud memang seorang ahli hukum. “Meskipun pertanyaan tersebut menyimpang dari tema utama debat, Mahfud mampu menjawabnya dengan mudah. Penjelasannya tidak hanya sekadar menjawab pertanyaan, tetapi juga suatu wacana yang mendidik, menjelaskan aspek-aspek regulasi yang kompleks dengan cukup jelas,” ujar Michael, Senin 25 Desember.

Mahfud MD saat debat cawapres. (Foto: Bambang Eros/VOI)
Caption

Dia menegaskan bahwa momen tersebut menjadi bukti pemahaman Mahfud yang mendalam tentang kebijakan dan pemerintahan, yang memperkuat posisinya sebagai seorang intelektual kelas berat di arena politik.

Meski demikian, Michael mengakui bahwa selain wawasan dan pengalamannya, Mahfud juga banyak mendapat masukan dari tim eknomi TPN termasuk dari Arsjad Rasyid, Sandiaga Uno dan Hary Tanoesoedibjo.

“Pak Mahfud juga sudah menyerap aspirasi yang ada di masyarakat. Seperti saat bertemu nelayan Marunda, Jakarta. Terhadap kondisi-kondisi di lapangan yang selama ini ditemui, beliau sudah ada solusi yang akan ditawarkan,” imbuhnya.

Penampilan Mahfud Naikkan Sentimen Positif

Mahfud sendiri mengaku puas dengan performanya di debat perdana cawapres. Dia mengungkapkan tidak ada persiapan khusus untuk menghadapi Gibran dan Cak Imin saat debat cawapres. Sebab, setiap orang memiliki kapasitas masing-masing dalam menguasai materi debat atau tidak.

“Debat itu adalah apa yang ada sekarang, yang dimiliki, lalu diperdebatkan, dia menguasai atau tidak, gitu saja. Kalau persiapan khusus dengan bidang yang begitu luas itu, saya kira, menurut saya, tidak perlu,” tuturnya.

“Bagi saya sama saja, yakin saja mulai awal sampai selesai. (Soal materi) itu sudah saya siapkan di kepala saya, sambil membaca koran, nonton tv. Yang paling memuaskan saya ada di segmen kelima karena saya konkret menyampaikan apa yang akan kita lakukan. Kita yakin penampilan di dua debat akan menaikkan elektabilitas Ganjar-Mahfud,” sambung Mahfud.

Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto juga merasa puas dengan penampilan Mahfud saat debat cawapres. Dia menilai, pria asal Madura tersebut membuktikan sebagai figur yang matang dan berpengalaman di level nasional.

Hasto menyatakan, pihaknya puas dengan penampilan Mahfud sebagai sosok berpengalaman, tegas dalam memberantas korupsi, namun selalu berbicara tentang manfaat kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan wong cilik.

Dia mengklaim, berdasarkan hasil pemantauan media sosial selama debat, sentimen positif paling tinggi mengarah ke Mahfud MD yang mencapai 39,7 persen, sementara Gibran 19,2 persen dan Cak Imin 14,4 persen.

“Kesimpulan akhir, Prof Mahfud mampu meyakinkan bahwa dengan memberantas korupsi, akan memberi manfaat bagi wong cilik berupa peningkatan kualitas pendidikan, penurunan harga kebutuhan pokok rakyat, dan penciptaan lapangan kerja secara masif,” tukas Hasto.

Pasangan Ganjar-Mahfud usai debat cawapres. (Foto: Rizky A-VOI)
Caption

Sementara Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang mengungkapkan bahwa dari riset yang dilakukan terkait perbincangan di media sosial selama debat berlangsung dalam rentang waktu 18.00--23.00 WIB di hari debat berlangsung, Mahfud MD merupakan cawapres dengan tingkat perbincangan positif tertinggi sekitar 65 persen, Penampilan Mahfud dinilai sebagai hasil dari pengalaman dengan ketenangan dalam setiap jawaban.

Demikian pula dari hasil riset Continuum Indef yang melakukan analisis respons masyarakat terkait debat cawapres dengan menggunakan pendekatan big data. Pasangan Ganjar-Mahfud mempu meraih sentimen positif sebanyak 64,03 persen dengan sentimen negatif mencapai 35,97 persen. Seperti halnya Indonesia Indicator, hasil riset Continuum Indef juga menunjukkan bahwa Mahfud MD dianggap sebagai figur cawapres yang berpengalaman.

Peneliti dari PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama menilai bahwa penampilan Mahfud MD masih memiliki kekurangan. Menurut dia, dari segi penyampaian, meskipun informatif, tidak memiliki kedinamisan dan keterlibatan emosional yang sering kali dapat memengaruhi opini publik.

“Nada bicaranya yang konsisten dan mantap terkadang terasa datar, tidak memiliki bakat retorika yang sering menjadi ciri komunikasi politik yang sukses,” ungkapnya, Sabtu 23 Desember.

Namun, lanjut Rizky, kemampuan Mahfud untuk membedah dan menyajikan isu-isu kebijakan yang kompleks dengan jelas tidak tertandingi di atas panggung, mengukuhkan perannya sebagai peserta debat yang paling berharga. Dalam debat politik, cara para kandidat mengomunikasikan gagasan mereka sering kali sama pentingnya dengan gagasan itu sendiri.

Karena itu, pendekatan Mahfud MD yang dicirikan oleh sikap akademis, tidak diragukan lagi menarik bagi audiens yang mencari kedalaman dan detail. “Namun, dalam debat politik, di mana persepsi publik memainkan peran penting, kurangnya resonansi emosional dalam penyampaiannya membatasi daya tariknya kepada audiens yang lebih luas,” kata Rizky.