Bagikan:

JAKARTA - Nama Gibran Rakabuming Raka tiba-tiba menjadi pembicaraan di dunia politik belakangan. Bukan karena posisinya sebagai anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau Wali Kota Solo, tapi disebut sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) paling potensial di pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Kali pertama nama putra sulung Jokowi itu disebut sebagai bakal cawapres potensial diapungkan oleh Prabowo Subianto. Tepatnya, saat ketua umum Partai Gerindra itu bertemu dengan relawan Jokowi-Gibran di Solo, Jumat (19/5). Kedatangan Prabowo yang ditemani Gibran saat bertemu relawan Jokowi sontak memantik spekulasi jika Gibran akan dipinang Prabowo.

Meski keduanya enggan menanggapi persoalan capres dan cawapres, pertemuan Prabowo dengan relawan Jokowi pada Jumat (9/8) seperti memberi petunjuk kuat terkait posisi Gibran. Saat itu, Prabowo mengungkapkan jika nama Gibran memang diperhitungkan sebagai bakal cawapres.

“Gibran merupakan salah satu tokoh yang kita perhitungkan jadi cawapres,” ujar Prabowo.

Potensi Gibran sebagai bakal cawapres juga terlihat dari hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Juli 2023. Gibran berada di posisi keenam dengan elektabilitas sebesar 7,6 persen dalam simulasi 24 nama cawapres semi terbuka.

Meski masih berada di bawah Erick Thohir dengan 14,3 persen, Ridwan Kamil 13,5 persen, Mahfud MD 9,9 persen, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 9,5 persen, dan Sandiaga Salahuddin Uno 8,9 persen, Gibran mampu meraih elektabilitas sebesar 33,9 persen jika berpasangan dengan Prabowo. Angka ini tak beda jauh berbeda dengan pasangan Ganjar-Sandiaga yang memperoleh suara 35,1 persen, dan Anies-Yenny Wahid di posisi terakhir dengan 18,2 persen.

Moncernya elektabilitas Gibran sebagai cawapres ternyata juga menggoda PDI Perjuangan. Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani mengungkapkan bahwa partainya akan membuka peluang bagi Walikota Solo tersebut untuk menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo di pilpres 2024. Hal bisa terwujud bila Mahkamah Konstitusi mengabulkan gugatan usia wakil presiden menjadi minimal 35 tahun.

“Kita mencermati hal tersebut, kalau memang kemudian di MK-nya kemudian disetujui ada calon cawapres di bawah 40 tahun, ya bisa saja Mas Gibran yang maju,” ungkap Puan.

Ya, batas usia sebagai cawapres memang menjadi pengganjal jika ada capres yang berniat meminang Gibran pada kontestasi pilpres 2024. Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum membatasi usia minimal bagi seorang capres dan cawapres adalah 40 tahun.

Pasal ini sendiri tengah diuji materi di MK. Pemohon dalam perkara nomor 29/PUU-XXI/2023 adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai pemohon I dan sejumlah perseorangan WNI, yakni Anthony Winza Probowo (Pemohon II), Danik Eka Rahmaningtyas (Pemohon III), Dedek Prayudi (Pemohon IV), dan Mikhail Gorbachev (Pemohon V). Para pemohon meminta agar batas minimal usia bagi capres dan cawapres menjadi 35 tahun.

Terlepas kontroversi uji materi tentang batas minimal usia seorang capres dan cawapres, sosok Gibran saat ini memang bak magnet menjelang pilpres 2024. Pengamat politik Hendri Satrio menilai jika MK mengabulkan gugatan uji materi batas usia capres dan cawapres, maka putra sulung Jokowi tersebut akan menjadi rebutan kubu Prabowo maupun Ganjar.

Menurut dia, ada kemungkinan PDI Perjuangan dan Ganjar Pranowo akan langsung bergerak cepat untuk bisa menjadikan GIbran menjadi pendampingnya. Di sisi lain, Prabowo Subianto diprediksi akan melakukan langkah-langkah serupa untuk menggandeng Gibran.

Tapi, ada kemungkinan lain terutama terkait dengan figur Jokowi yang selama ini selalu didasari citra. Hensat menduga hal itu akan membuat MK menolak gugatan uji materi tersebut. Sebab, Jokowi akan senantiasa memikirkan citranya di masyarakat ketika ingin membuat apapun.

“Kondisi itu akan membuat MK pada akhirnya menolak karena mengakibatkan tuduhan ke Jokowi bahwa presiden cawe-cawe soal capres dan cawapres,” tuturnya.

Hensat mengaku, belakangan mendengar rumor kalau ada kemungkinan Prabowo berpasangan dengan Gibran. Jika ini terjadi, ia berpendapat, peluang Jokowi menjadi Ketua Umum Partai Gerindra jadi terbuka. “Kemungkinannya bila hal di atas terwujud, maka Jokowi akan menjadi Ketua Umum Gerindra,” imbuhnya.

Edorsemen Jokowi

Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi punya pandangan tersendiri kenapa sosok Gibran menjadi magnet politik. Dia menjelaskan, sebagai presiden, Jokowi punya keterbatasan dalam melakukan endorse kepada para capres.

“Karena itu, maka dicari sosok yang kira-kira bisa ditafsirkan sebagai endorsemen dari jokowi. Dan sosok atau proxy paling pas dari Jokowi adalah Gibran,” tuturnya.

Selain itu, belum ada dalam sejarah sejak era reformasi dimana menjelang berakhirnya masa jabatan periode dua, seorang presiden masih begitu populer dalam berbagai survei. Padahal umumnya di indonesia, seorang presiden akan melandai popularitasnya menjelang masa jabatan berakhir.

“Jokowi justru anomali karena lebih tinggi di periode kedua. Hal ini membuat efek endorsemen dari Jokowi menjadi tinggi. Persoalannya adalah tidak semua bisa memiliki akses ke Jokowi, maka figur Gibran menjadi magnet politik bagi para capres saat ini,” tukas Burhan.

Sumber VOI menyebutkan mesin politik Jokowi itu pertama diletakkan kepada Partai Gerindra dan ke dua diberikan kepada anaknya yang pertama.

"Tadinya ada tiga kandidat capres yang disiapkan Jokowi, Prabowo, Ganjar dan Erick Thohir. Sekarang setelah terbuka yang pertama untuk kandidat capresnya, taktis lainnya ada di putra pertamanya. Sayangnya terbentur oleh undang-undang. Kalau MK bisa keluarkan maka Gibran bisa jadi magnet utama mesin politik Jokowi, jika tidak maka itu hanya dansa politiknya Gibran untuk jadi Gubernur DKI," katanya.

Gibran Rakabuming Raka sendiri saat diwawancarai enggan berkomentar banyak terkait tawaran bakal calon wakil presiden dari bakal calon presiden yang diberikan Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Gibran menyebutkan saat ini dirinnya hanya berusaha menjaga komunikasi dengan semua seniornya di dunia politik.

"Saya sih tidak merasa ditarik-tarik. Saat ini saya hanya berusaha menjaga kedekatan dengan semua, berusaha menjaga komunikasi dengan semua baik itu Pak Prabowo, Pak Ganjar dan juga Pak Anies. Saya hanya tegaskan aktifitas saya di dunia politik selama ini tidak ada sangkut pautnya atau mewakili bapak saya," kata Gibran Rakabuming.

Gibran mengakui saat ini dirinya lebih sering beraktifitas dengan Ganjar Pranowo. Gibran beralasan aktifitas tersebut disebabkan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur di Jawa Tengah dan dia sebagai Wali Kota Solo.

"Siapapun senior yang datang ke Solo pasti akan saya sambut dengan baik. Meski saat ini kedekatan dalam beraktifitas saya memang lebih dekat ke Pak Ganjar Pranowo. Namun itu sebatas kerja saja," kata Gibran Rakabuming.

Gibran juga tidak berkeberatan dan terlihat berbeda saat membahas calon presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan. Putra pertama dari Presiden Jokowi ini terlihat lebih banyak tersenyum saat membahas Anies.

"Saya juga pernah makan bersama loh dengan Pak Anies saat datang ke Solo. Sampai-sampai saya ditanyakan para relawan kenapa mau makan dengan Anies, saya jawab loh kenapa enggak? Pertanyaannya dibalik,Pak Anies suka ngga makan dengan saya," kata Gibran Rakabuming sambil tersenyum.

Gibran mengajak semua anak-anak muda mulai dari milenial hingga gen z untuk tidak takut berpolitik. Pria yang mengenakan jaket dengan kaos putih di dalamnya itu mengatakan anak muda Indonesia khususnya yang masih duduk di sekolah menengah atas atau baru lulus sekolah mempunyai hak suara dan diminta untuk tidak golput.

"Anak-anak muda Indonesia saat ini sebaiknnya jangan takut dengan diksi-diksi politik sehingga mengambil langkah golput. Saya berharap semua anak muda Indonesia bisa gunakan hak suaranya dengan secara jujur dan adil tanpa ada rasa takut," ujarnya.

Terkait tudingan miring politisi senior dari PDIP Panda Nababan yang menyebutkan putra pertama Jokowi sebagai anak ingusan, dinilai Gibran merupakan hal biasa dalam dunia politik. Bahkan terkesan Gibran menikmati kritik keras dari Panda Nababan.

"Kami tidak berantem kok, itu hal yang biasakan dalam dunia perpolitikan dan beliau itu senior yang mumpuni di politik. Saya sangat menghormati beliau sebagai senior dan saya sungkem ke beliau saat bertemu, dan dia kasih buku juga ke saya yang tebal banget. Saat dievaluasi ya saya diam saja dan mendengarkan dengan baik," kata Gibran.

Jika tudingan anak ingusan itu dinilai sebagai salah satu strategi politik untuk meningkatkan popularitasnya Gibran memberikan respon yang sangat tenang.

"Sebutan sebagai anak ingusan itu saya terima. Ilmu dia lebih banyak daripada saya makanya saya diam. Seharusnya sih tidak perlu takut dengan manuver anak ingusan seperti saya. Dan bila ini untuk meningkatkan pamor tidak juga, sebelum dihina pamor saya sudah naik kok," kata Gibran Rakabuming Raka.