Bagikan:

JAKARTA - Dua belas tersangka yang diyakini telah melakukan serangan ransomware terhadap perusahaan atau infrastruktur di 71 negara kini "ditargetkan" dalam penggerebekan di Ukraina dan Swiss, kata Europol pada Jumat, 29 Oktober.

Seorang juru bicara badan kepolisian Eropa menolak untuk mengomentari apakah ada tersangka yang ditahan dalam penggerebekan tersebut. Operasi tersebut merupakan hasil kerja sama antara penegak hukum dan otoritas kehakiman di tujuh negara Eropa dan Amerika Serikat.

Europol mengatakan 12 tersangka diyakini telah melakukan serangan siber yang mempengaruhi 1.800 korban di seluruh dunia.

Salah satu perusahaan yang diyakini menjadi sasaran para tersangka dalam kasus tersebut adalah pembuat logam Norsk Hydro ASA, yang pada 2019 mengalami serangan ransomware yang melumpuhkan sebagian produksinya, kata polisi Norwegia dalam pernyataan terpisah.

Perusahaan menolak untuk membayar para peretas, katanya pada saat itu, tetapi menderita kerugian sebesar puluhan juta dolar sebagai akibat dari gangguan pada operasinya. Bisnis lain yang diduga terkena tuntutan ransomware tidak disebutkan namanya.

“Semua tersangka yang ditargetkan memiliki peran berbeda dalam organisasi kriminal profesional yang sangat terorganisir ini,” kata Europol dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters. Para tersangka lainnya disebut bertanggung jawab atas peretasan dan lainnya untuk pencucian hasil melalui cryptocurrency.

Selama penggerebekan, polisi menyita lebih dari 52.000 dolar AS tunai, lima mobil mewah, dan peralatan komputer dan telepon yang sedang diperiksa untuk menemukan bukti dan petunjuk investigasi baru, kata Europol.

Pihak berwenang dari Norwegia, Prancis, Belanda, Ukraina, Jerman, Inggris, Swiss, dan Amerika Serikat terlibat dalam tindakan keras tersebut bersama dengan Europol dan Eurojust, badan kerja sama peradilan Uni Eropa.