JAKARTA - Seorang ilmuwan planet Kun Wang dari Universitas Washington di St. Louis mengungkapkan fakta menarik bahwa Planet Mars tidak akan pernah memiliki kehidupan. Wang beralasan, karena ukuran Mars jauh berbeda dari Bumi yang laik huni.
"Nasib Mars telah ditentukan sejak awal," ungkap Wang.
Menurut penelitian Wang yang diterbitkan di PNAS dan dikutip dari Science Alert, Kamis, 23 September, hal ini karena perbedaan ukuran. Diameter Mars hanya 53 persen alias setengah ukuran dari Bumi, dan itu akan membuat Mars tidak mungkin bergantung pada zat yang mudah menguap yang vital bagi kehidupan, seperti air.
"Kemungkinan planet berbatu tidak semuanya dapat menahan air yang cukup untuk memungkinkan kelayakhunian dan lempeng tektonik, dengan massa melebihi Mars," ujar Wang.
Meskipun ada banyak perbedaan antara Bumi dan planet terestrial lainnya di Tata Surya, mungkin sulit untuk memastikan faktor mana yang layak untuk kehidupan, dan faktor mana yang menghambatnya.
Untuk menyokong suatu kehidupan, satu hal yang dibutuhkan kehidupan di Bumi adalah air. Jadi jika ada air di suatu planet itu artinya planet tersebut layak huni. Mars dulunya memiliki permukaan air, hal itu terbukti dalam meteorit Mars yang keluar dari Bumi, digali dari Planet Merah ketika Tata Surya masih muda.
Namun, saat ini yang terlihat hanya Mars diselimuti debu, kering dan sunyi, bahkan setiap air di permukaannya membeku. Transisi dari planet yang relatif basah ke tempat debu yang gersang terkadang dikaitkan dengan hilangnya medan magnet Mars.
"Meteorit Mars adalah satu-satunya sampel yang tersedia bagi kita untuk mempelajari susunan kimiawi Mars," kata Wang.
BACA JUGA:
Meteorit Mars itu memiliki usia bervariasi dari beberapa ratus juta hingga empat miliar tahun dan mencatat sejarah evolusi volatilitas Mars. Melalui pengukuran isotop elemen volatil sedang, seperti kalium, Wang dapat menyimpulkan tingkat penipisan volatil planet massal dan membuat perbandingan antara badan Tata Surya yang berbeda.
Hasilnya menunjukkan bahwa Mars kehilangan lebih banyak volatil daripada Bumi selama pembentukannya, tetapi mempertahankan lebih banyak daripada Bulan dan Vesta, keduanya secara signifikan lebih kecil dan lebih kering daripada Mars.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa Mars pernah sangat basah. Korelasi baru antara gravitasi dan retensi volatil ini dapat membantu membatasi seberapa banyak air yang pernah dimiliki Mars.
Selain itu, salah satu faktor yang memengaruhi keberadaan air cair di permukaan planet adalah suhunya, terkait dengan kedekatannya dengan bintang induknya. Terlalu dekat maka air menguap, terlalu jauh maka menjadi beku.
"Berdasarkan ukuran dan massa, kita sekarang tahu apakah sebuah planet ekstra surya adalah kandidat untuk kehidupan, karena faktor penentu tingkat pertama untuk retensi volatil adalah ukuran," tutur Wang.